Tanyakanlah!
- Tanyakanlah pada mereka yang punya pekerjaan lebih dari satu bidang, “Apakah penghasilanmu sehari sudah cukup untuk hidupmu?”
- Tanyakanlah pada orang yang sedang mengejar karier, “Apakah seminggu bekerja lima hari sudah cukup untuk menjamin prestasi dalam kariermu?”
- Tanyakanlah pada mereka yang sedang persiapan menikah, “Apakah penghasilan kerjamu berbulan-bulan sudah cukup untuk menyelenggarakan pesta pernikahan seperti yang kamu inginkan?”
- Tanyakanlah pada keluarga yang sedang mendaftarkan anaknya untuk sekolah, “Apakah bertahun-tahun bekerja sudah cukup untuk membayar sekolah?”
#1 Marilah Berefleksi!
Pengkhotbah menunjukkan betapa sia-sianya berusaha, bahkan seperti menjaring angin. Lelah berusaha, namun tidak mendapatkan hasil apa-apa. Pengkhotbah menggunakan gaya penulisan untuk menegur manusia dan pola pikirnya. Sebab, manusia berusaha untuk menghasilkan segala sesuatu dan terus-menerus berharap agar hasilnya selalu sesuai dengan keinginannya. Bahkan dalam kenyataan hidup, sering kali harapan itu berakhir pada kekecewaan. Maka, Pengkhotbah menekankan pentingnya kembali kepada Tuhan, yang sebenarnya adalah “bagian yang hilang” dari intensitas usaha manusia. Tujuan Pengkhotbah adalah agar segala sesuatu yang sudah diusahakan itu memampukan kita untuk menemukan maksud Tuhan di dalamnya.
Mazmur 49 menekankan pentingnya memahami bahwa bukan hanya manusia yang berusaha, tetapi sesungguhnya Allah tidak pernah berhenti berusaha dalam kehidupan ini. Mazmur juga mengutarakan hal yang kontras, yaitu manusia yang percaya kepada Allah namun lebih suka berfokus pada kemampuannya sendiri. Padahal, Allah tidak diam. Dia turut bekerja saat kita merasa lelah dalam pergumulan-pergumulan kita.
Kemampuan berefleksi adalah kemampuan menemukan maksud Tuhan di tengah berbagai aktivitas kita. Lelah itu pasti, tapi mulai sekarang, menemukan Tuhan di antara kelelahan kita adalah sebuah kehausan. Sebab, jika kita mampu menemukan maksud-Nya, sekali pun hari-hari ini kita lelah, namun kita tetap merasakan kebahagiaan karena semakin yakin bahwa Tuhan beserta. Seperti tujuan Pengkhotbah, yaitu agar kita sebagai pembaca tidak jatuh dalam kekecewaan akibat harapan yang tinggi. Seperti tujuan Mazmur, yaitu agar kita sebagai pembaca juga tidak larut hanya pada rasa percaya tapi benar-benar mengutamakan Dia dalam semua usaha kita. Makin giat kita berusaha, makin giat juga kita berefleksi, agar sekecil apa pun usaha kita, kita mampu melihat Tuhan yang mendatangkan hasil terbaik untuk kita, keluarga, pelayanan rutin gereja, serta orang-orang di sekitar kita.
#2 Mulailah Merasa Cukup!
Rasul Paulus menasehati jemaat di Kolose agar mereka segera meninggalkan kehidupan dalam kebiasaan mereka yang lama. Paulus menekankan pentingnya merespons keselamatan yang sudah dikerjakan Yesus itu dengan menjadi “manusia baru”, yaitu manusia yang bersedia untuk hidup dalam Tuhan dan tidak lagi berfokus pada kegalauan akan persoalan-persoalan pemenuhan kebutuhan, pemenuhan gengsi, juga memuaskan diri sendiri.
Yesus mengajarkan bahwa iman memampukan kita mengelola harta milik dengan cara yang berbeda. Bahkan, bisa jadi tidak seperti cara kebanyakan orang. Kepemilikan harta seharusnya tidak boleh memengaruhi semangat pertumbuhan iman setiap orang. Namun pada kenyataannya, sejak zaman Yesus, Dia sendiri sudah berjumpa dengan karakter orang yang lebih mengutamakan hartanya daripada imannya. Bahkan, orang kaya itu menjumpai Yesus agar Yesus memberi perhatian pada harta milik orang itu, bukan pada imannya. Kalimat akhir dari Yesus, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendirim tetapi tidak kaya di hadapan Allah.” (ayat 21) menjadi pesan yang sangat kuat karena Yesus memperbarui pemahaman kita.
Dari bagian-bagian ini, kita diajak untuk meninggalkan kebiasaan lama kita, yaitu sering merasa kurang dan jarang merasa cukup atas semua pemberian-Nya dalam kehidupan kita. Kita terjebak pada tuntutan, tapi lupa bahwa ada tuntunan. Kita terjebak pada kekuatiran, bahkan melupakan ketenangan. Kita lupa untuk mengucap syukur atas semua yang “cukup”, yang sudah Dia hadirkan dalam hidup kita.
Marilah Lanjutkan Usaha Kita!
Berusaha boleh, tapi jangan sampai patah semangat karena merasa sedang menjaring angin. Berusaha boleh, tapi jangan sampai kehilangan maksud Tuhan dalam kehidupan kita. Berusaha boleh, asalkan kita tidak lupa untuk mengucap syukur atas semua kecukupan yang Dia berikan.