Kamis, 03 Juli 2025

DITUNJUK, DIUTUS, DAN DIPERLENGKAPI

Lukas 10:1-11, 16-20

Hari ini kita merenungkan bagaimana Yesus menunjuk, mengutus, dan memperlengkapi murid-murid-Nya, bukan hanya yang dua belas, tetapi juga tujuh puluh murid lainnya. Ini bukan hanya sejarah, tapi juga panggilan hidup kita hari ini sebagai pengikut Kristus.

Pertama, Sebenarnya muncul pertanyaan, mengapa Yesus mengutus 70 murid yang lain. Namun, pemilihan tujuh puluh murid mengingatkan kita pada Kejadian 10, yang mencatat daftar 70 bangsa keturunan Nuh. Ini bukan angka kebetulan. Tuhan memakai simbol ini untuk menyatakan bahwa pengutusan-Nya adalah untuk seluruh dunia, bukan hanya untuk bangsa Yahudi.

Hal menarik juga akan kita temukan bila kita menengok pasal sebelumnya, dalam Lukas 9. Yesus hanya mengutus kedua belas rasul. Namun di pasal 10, jumlah dan lingkupnya diperluas. Hal ini tentu akan mengubah persepsi kita, karena seringkali kita berpikir bahwa yang diutus hanya orang-orang tertentu saja. Entah yang diutus hanya mereka yang cakap berbicara, punya latar belakang teologi, hafal ayat-ayat Alkitab, dll. Namun, pengutusan 70 murid ini menangkis persepsi tentang eksklusivitas kerasulan. Artinya: pada waktu pengutusan bukan hanya untuk para rasul, namun terbuka bagi siapa saja. Sehingga, di masa kini kitab isa melihat bahwa tugas pengutusan itu bukan hanya milik pendeta, misonaris, penginjil, tetapi juga untuk semua umat, yakni untuk semua orang yang percaya kepada-Nya.

Kadang, kita berpikir; aku ini siapa dan bisa apa? Kalau demikian, tidurlah dalam satu ruangan tertutup dengan ditemani satu ekor nyamuk saja. Terganggu, bukan? Kalau nyamuk saja bisa memberi dampak, apalagi hidupmu. Beritakanlah!

Kedua, mengapa Yesus katakana bahwa Dia mengutus mereka sebagaimana mengutus kawanan domba di Tengah-tengah serigala? Apakah ini semacam tindakan yang menakut-nakuti agar mereka bisa serius?

Sebagai orang yang hidup di Indonesia, tentu kita akan berpikir ke sana. Bahwa, pengutusan itu mengerikan, bahkan tak jarang bisa merenggut nyawa. Namun, kita harus sadar bahwa konteks penulisan Lukas ada dalam struktur Masyarakat tertentu. Apa artinya?

Pengutusan ini terjadi dalam konteks penjajahan Romawi. Menariknya, dalam mitologi Romawi, kota Roma didirikan oleh Remus dan Romulus yang konon disusui oleh seekor serigala betina (Lupa Capitolina). Serigala menjadi simbol kekuatan, kekuasaan, bahkan kekejaman Romawi. (bandingkan dengan logo tim sepakbola AS Roma)

Dalam hal ini, Yesus ingin agar para murid berangkat dengan kesadaran bahwa mereka menyebarkan Injil di Tengah kondisi yang tidak mudah. Ada kekuatan politis yang tidak bisa mereka remehkan. Namun, hal ini bukan bermaksud menakut-nakuti, namun agar mereka memiliki taktik dan strategi tertentu dalam menjalankan misi Allah. Yesus tidak mau mereka berangkat dengan gegabah. Ada ancaman, tekanan, dan represi yang jelas di depan mata. Namun justru ke sanalah Injil dibawa. Di tengah dominasi kekuasaan, Injil datang membawa pembebasan, kelegaan, dan pengharapan. Saat Yesus mengutus mereka dengan menyinggung hal Romawi, berarti jelas inti pesan yang disampaikan, yakni pembebasan dan pemulihan bangsa.

Ketiga, ketika para murid kembali, mereka bersukacita karena berhasil. Bahkan roh-roh pun takluk kepada mereka (ayat 17). Tapi Yesus mengoreksi fokus mereka. Keberhasilan pelayanan memang menggembirakan, tetapi itu bukan intinya. Mereka ternyata berfokus pada hasilnya, namun lupa apda sesuatu yang lebih penting. Sebenarnya, hal itu manusiawi, karena menyelebrasikan sebuah pencapaian tidak ada salahnya. Namun di sini lah justru Yesus mengajak mereka kembali pada core misi itu sendiri. Mengapa ini penting? Karena jika hanya fokus pada hasil: Ketika ditolak, kita bisa kecewa, marah, dan pahit lalu berhenti mengabarkan kebaikan Allah. Namun, ketika berhasil, kita bisa jatuh dalam kesombongan dan kepuasan, lantas berhenti. Yesus menghendaki, agar mereka menyadari bahwa bukan itu yang layak disyukuri. Lukas 10:20 dituliskan, Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Terdaftar di sorga, itulah intinya. Hal ini bukan berarti langsung merujuk pada keselamatan, namun respon kita atas keselamatan yang sudah Tuhan berikan. Artinya, mari Jalani tugas pengutusan ini bukan dengan berat hati atau beban, namun sukacita dan syukur atas anugerah kerselamatan yang sudah Tuhan beri. Dan satu lagi, bahwa mereka tidak perlu kagum akan keberhasilan, karena memang Tuhan sudah memperlengkapi kita yang sudah diutus oleh-Nya.

Di ayat 1 dijelaskan, Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Hal ini semestinya menyadarkan kita, bahwa pekerjaan ini bukanlah milik kita, namun milik-Nya. untuk itu, mari kerjakan sebaik-baiknya!