Minggu Paskah VI
Kisah Para Rasul 16:9-15; Mazmur 67; Wahyu 2:10; 22 - 22:5; Yohanes 14:23-29
Menjelang pembaptisan, pak Pendeta bertanya kepada katekisan, untuk
mengetahui sejauh mana mereka mempersiapkan diri setelah mengikuti katekisasi.
Kepada seorang remaja, pak pendeta bertanya, “Apa yang menjadi ciri khas
seorang beriman Kristen?”
Remaja itu diam mencari-cari jawaban, mencoba mengingat yang diajarkan
oleh guru katekisasi. Namun, toh tidak diingatnya. Secara spontan ia menjawab, “kasih
dan pelayanan.”
Mendengar jawaban tersebut, pak pendeta mengernyitkan dahi. Maka
cepat-cepat remaja itu meralat jawaban. “Mmm…maaf pak, maksud saya salib dan Alkitab.”
Pendeta itu tersenyum puas, dan menyatakan remaja itu lulus alias siap untuk
dibaptis. (dikutip dan disesuaikan dari buku Agus Gunadi, “Seinci Waktu, Sekaki
Permata 2”)
Kisah yang ini menggambarkan keadaan yang terjadi bila yang diajarkan
adalah agama. Agama yang sedang dibuktikan dari ciri khas atau atribut
keagamaannya. Namun pertanyaannya, apakah benar bahwa atribut keagamaan Kristiani
cukup membuktikan diri kita seorang Kristen, pengikut Kristus?
Mari kita belajar dari Yohanes 14:25-27, saat itu Yesus mengajar kepada
para murid bahwa Allah adalah Bapa yang mengenal anak-anakNya, mencintai satu
per satu, dan senantiasa menyertai mereka. Bukan hanya menjelaskan, Yesus juga
memberi petunjuk bahwa bukti penyertaan Allah Bapa adalah,
Akan
hadir seorang Penghibur yakni Roh Kudus.
Roh Kudus hadir menyertai bukan hanya untuk menghibur, tapi juga sebagai
penolong (ay.16) yang akan membela dan menguatkan murid-murid serta orang-orang
lemah. Jean Vanier mengatakan Roh Penghibur hadir menyingkirkan rasa cemas
karena kesepian, membawa rasa aman, damai dan persekutuan, serta memberi
inspirasi dan daya dorong bagi untuk maju karena Ia memegang, membawa, dan
tinggal dalam diri kita.
Tetapi tak semua orang dapat dengan mudah memahaminya. Setelah Filipus
diberi jawaban, Yudas – yang bukan Iskariot – ganti bertanya “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak
menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (ay.22)
Hal ini ditanyakan kepada Yesus, mungkin karena para murid tidak yakin
bahwa dunia akan mendengar kesaksian mereka. Mereka ingin Yesus sendiri yang
mengatakan kepada dunia tentang hal tersebut sebab dunia butuh bukti yang jelas.
Kalau berbicara mengenai Allah yang mahakuasa, kejadian alam cukup jelas
membuktikan kemahakuasaan Allah. Tetapi membuktikan Allah adalah Bapa yang mengenal
anak-anakNya, mencintai satu per satu, dan senantiasa menyertai mereka, tentu
tidak mudah.
Orang sangat mungkin akan menjawab aku tidak merasakannya. Hidup ini
terlalu keras, semakin sulit, dan makin tidak adil. Kalau Tuhan mengenal,
mencintai habis-habisan, dan menyertai, mengapa orang tuaku menderita sakit
menahun? Mengapa aku sukar mendapatkan pekerjaan yang layak? Mengapa masih ada
penipuan, pemerkosaan, pemerasan, dan kekerasan terjadi dimana-mana? Mengapa
masih ada yang menjadi korban kecurangan oknum politikus? Bukankah Allah yang
mengenal, mencintai, dan menyertai anak-anakNya akan bertindak mengganjar
orang-orang jahat setimpal dengan kejahatannya dan kami mendapat keadilan?
Pertanyaan-pertanyaan itu menggambarkan bahwa untuk meyakinkan banyak
orang bahwa Allah adalah Bapa kita butuh bukti yang kuat. Tetapi Yesus tidak
melakukan dengan hadir diseluruh penjuru bumi di masa hidupNya, karena Ia
memiliki rencana untuk melibatkan murid-muridNya. Murid-muridNya, termasuk kita
gereja hari ini adalah komunitas orang beriman yang akan melanjutkan tugas
perutusan-Nya. Mereka dan kitalah yang akan menyatakan Yesus kepada dunia. Kitalah
yang diutusNya menunjukkan bukti!
Dari Yohanes 14 : 23 kita mendapati Yesus memberi petunjuk bahwa bukti
penyertaan Allah Bapa adalah dengan;
Menuruti
firman-Ku
Menuruti firmanNya yang bagaimana? Pada dasarnya yang dimaksudkan dengan
firmanNya adalah taat melakukan tindakan kasih; saling melayani, berbela rasa,
dan hidup dalam persekutuan dengan orang lain, tidak menghakimi atau menghukum,
tetapi mengampuni, bahkan mencintai musuh. Persis seperti yang Yesus lakukan
kepada dan bersama murid-muridNya saat itu dengan menyembuhkan orang sakit,
menghibur orang susah, menerima orang yang ditolak, mengampuni orang yang
berdosa, membela orang yang lemah secara sosial.
Membuktikan kasih Allah Bapa yang yang mengenal anak-anakNya, mencintai
satu per satu, dan senantiasa menyertai umat dalam setiap tantangan hidup di
bumi bukan hanya dengan menceritakan keajaiban karya Tuhan, juga bukan dengan
memenangi perbedatan tentang pokok-pokok agama yang sukar dibuktikan. Tugas
kita adalah membuktikan kasih penyertaan Allah, yang harusnya terwujud dalam
hidup sesehari dimana kita lebih suka mengampuni ketimbang menghakimi, menerima
ketimbang membatasi, menghargai ketimbang merendahkan, dan mempermudah
ketimbang mempersulit hidup mereka.
Kita bisa saja tidak yakin mampu melaksanakannya sebagaimana para murid
yang tidak cukup yakin mampu melakukannya tanpa kehadiran Yesus dalam
keseharian mereka. Terlebih realita hidup hari ini memberi tantangan yang keras,
sulit, tidak adil dan banyak kepalsuan. Tetapi ingatlah pula bahwa Yesus tak
benar-benar pergi, karena Ia hadir dalam Roh Kudus, sang penolong, sang
penghibur di dalam diri orang-orang yang percaya kepada Yesus.
Saat kita merasa tak cukup kuat, Roh Kudus yang mengajar, mengingatkan,
dan mendorong kita untuk terus menunjukkan bukti bahwa Allah adalah Bapa yang
peduli dan penuh cinta.
BUKAN kehebatan kita, dan jelas BUKAN atribut keagamaan Kristiani kita
yang membuktikan, tetapi ROH KUDUS yang menolong kita TAAT DALAM IMAN DAN KASIH.
– ypp –
Biarlah Yesus lingkupimu dengan
Roh dan KasihNya
dan memuaskan dahaga jiwamu
Biarlah Dia angkat bebanmu,
memulihkan hidupmu
Bak merpati dan Roh yang turun
atasmu
“Spirit Song”: John Wimber, terj. Juswantori Ichwan