Minggu Paskah VII
Yohanes 17:1-11
Bacaan Injil hari ini adalah doa
Yesus Kristus agar para murid menyatu dengan Allah dan berkarya. Mengenai
persatuan dan karya ada sebuah kisah menarik.
Alkisah, ada sekawanan burung
merpati yang terbang untuk mencari makanan. Mereka dipimpin oleh raja mereka. Suatu
hari, saat telah terbang jauh dan sangat lelah. Raja merpati mendorong mereka
untuk terbang sedikit lebih jauh.
Burung merpati terkecil terbang
dengan kecepatan maksimal dan menemukan beberapa beras bertebaran di bawah
pohon beringin. Maka semua burung merpati mendaran dan mulai makan.
Tiba-tiba sebuah jaring jatuh di
atas mereka dan mereka semua terjebak. Mereka melihat seorang pemburu mendekati
membawa sebuah sangkar besar. Burung-burung merpati itu dengan putus asa
mengepakkan sayap mereka untuk mencoba keluar dari jaring, tapi sia-sia.
Raja punya ide. Ia menyarankan
semua burung merpati untuk terbang bersama membawa jaring itu bersama mereka.
Ia mengatakan bahwa ada kekuatan dalam kesatuan.
Maka, setiap merpati mengambil
sebagian jaring dan bersama-sama mereka terbang membawa jaring itu. Pemburu itu
mendongak takjub. Dia mencoba mengikuti mereka, tapi mereka terbang tinggi di
atas perbukitan dan lembah.
Mereka terbang ke sebuah bukit
dekat sebuah kota kuil dimana tinggal seekor tikus yang bisa membantu mereka.
Tikus itu adalah teman sejati raja merpati. Saat tikus mendengar suara keras
mendekat, ia bersembunyi. Raja merpati dengan lembut memanggilnya. Seketika
tikus itu senang melihatnya.
Raja merpati itu menjelaskan
bahwa mereka terjebak dalam perangkap dan membutuhkan bantuan tikus untuk
menggerogoti jaring dengan giginya dan membebaskan mereka.
Tikus setuju, lalu mengatakan
bahwa ia akan membebaskan raja terlebih dahulu. Raja bersikeras bahwa tikus itu
harus membebaskan rakyatnya terlebih dahulu dan raja yang terakhir.
Tikus memahami perasaan raja dan
memenuhi keinginannya. Ia mulai memotong jaring dan satu per satu merpati
dibebaskan termasuk raja merpati.
Burung-burung merpati itu
mengucapkan terima kasih pada tikus dan terbang bersama, bersatu dalam kekuatan
mereka.
Demikianlah indahnya persatuan,
dan kisah ini menyadarkan kita bahwa dalam persatuan selalu terkandung
keberagaman. Keberagaman tanpa kesatuan tujuan tentu tak akan mudah
menghasilkan karya, sebab bayang-bayang perpecahan bisa sewaktu-waktu merusak
karya. Yesus Kristus pun menyadari bahwa murid-murid-Nya mungkin saja mengalami
perpecahan sebab mereka beragam dan mereka harus berkarya di tengah keberagaman.
Oleh karena itu Ia berdoa untuk kesatuan tujuan para murid dan bahkan pada
perikop selanjutnya Yesus berdoa bagi orang-orang yang akan mendengarkan
kesaksian para murid-Nya.
Mengapa?
Landasan doa Yesus tak lain
adalah kesatuan antara Bapa dan Anak.
Ay. 11 menggambarkan kesatuan
itu, “supaya mereka menjadi satu sama
seperti KITA”
Doa ini memiliki implikasi nyata,
bahwa Gereja harus bersatu karena gereja berada di dalam kesatuan Bapa dan Anak
dalam kuasa Roh Kudus. Mengingkari kesatuan gereja sama halnya dengan
mengingkari kesatuan Bapa dan Anak. Itu berarti, sekalipun dalam kenyataannya
kita masih terus memperjuangkan wujud kesatuan gereja itu, kita harus mulai
dari sebuah pengakuan bahwa memang gereja sudah satu.
Kok bisa sudah satu? Bukannya
Gereja itu beragam. Nah, kesatuan gereja tidak boleh kita pahami sebagai
keseragaman. Sebab unity berbeda,
bahkan berlawanan, dengan uniformity.
Kesatuan gereja tidak bisa dipakai sebagai alasan penghilangan keunikan
masing-masing anggota. Sebab sama seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus— Allah kita
satu, namun majemuk dalam menunjukkan kemurahan-Nya. Lihatlah Ia yang satu itu
mendekati kita sebagai Bapa dan seperti Ibu yang merawat dan menjaga
anak-anakNya, sehingga untuk kesalahan kita mendapat pengampunan yang besar. Ia
juga mendekat dengan berinkarnasi menjadi manusia yang menyapa dan mengajar
kita secara manusiawi mengalami suka dan duka – hidup dan mati – demi memberikan
teladan nyata. Ia mendekati kita bahkan dari dalam diri kita melalui nurani
kita sehingga kita dapat merasakan penyertaan-Nya setiap saat sepanjang hidup
kita.
Demikianlah seyogianya gereja-gereja
merayakan perbedaan dan keunikannya masing-masing. Mungkin saja orang-orang
kristen tidak akan pernah mengorganisir gereja dengan cara yang sama. Orang
Kristen tidak menyembah/ beribadah kepada Allah dengan cara yang sama, melayani
dengan kebiasaan dan praktek yang berbeda, namun kesatuan orang kristen harus
melampaui semua perbedaan-perbedaan dengan menyatu dalam kasih Bapa Anak dan
Roh Kudus, yakni dengan memandang kemajemukan sebagai sebuah keindahan yang
harus dirawat dengan tepat.
Bagaimana caranya? Jalanilah kehidupan
menggereja dengan syukur dan kegembiraan ketika berjumpa dengan
keunikan-keunikan. Dengan syukur dan kegembiraan, tentu gereja dapat berkarya
bersama dalam semangat saling melayani dan membangun gereja dengan kekaguman
satu pada yang lain. Saat kesatuan dalam kemajemukan itu mewujud nyata, maka percayalah
akan ada buah karya yang dihasilkan, yaitu banyak orang akan merasakan
kehadiran dan kuasa Tuhan dalam rupa kesatuan itu sendiri. Oleh karena itu
menyatulah dengan Allah dan sesama murid Kristus untuk berkarya!
Mengapa harus berkarya? Sebab
Kristus, sang Teladan kehidupan kita pun berkarya di dunia. Ia berkarya di
tengah dunia untuk mempermuliakan Bapa! Kelahiran, kehidupan, kematian,
kebangkitan dan kenaikan-Nya adalah bagian dari kemuliaan-Nya. Ia menjalani
jalan kemuliaan itu dengan berkarya dalam kesederhanaan, penolakan dan
penderitaan. Semua dilakukan untuk membuat dunia tahu Bapa yang mengutus-Nya.
Kerapkali kita berhenti untuk
menyatu dalan karya pelayanan dan kesaksian sebab kita tak ubahnya dunia yang
suka hitung-hitungan dalam mengenali kasih, keselamatan dan Allah sendiri.
Kasih, keselamatan dan Allah masih sering kita cari dengan hitungan matematika,
“sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?” atau dalam tuntutan
matematis, “kami telah menginggalkan ini dan itu, menyumbang ini dan itu di
sana, apakah imbalannya, kok belum kelihatan?” Bila kita masih sibuk berhitung
maka kita masih belum mengenali cara Allah berkarya. Padahal kita didoakan-Nya
untuk hidup dalam kesatuan, kekeluargaan, kesetiakawanan, dan persekutuan di
mana hitung-hitungan seharusnya tidak berlaku lagi.
Hanya bila kita sungguh mau
menyatu dengan Allah, maka kita akan siap berkarya bersama Allah yang
mempersatukan kita. Sebab dengan menyatu kita akan tahu benar bahwa kuasa kasih-Nya
menggerakkan setiap orang yang dikasihi-Nya untuk berkarya merengkuh siapa
saja. Baik orang-orang yang secara jelas mengikut Yesus dan mengaku percaya,
maupun semua orang yang berusaha untuk menghormati dan mencintai mereka yang
berbeda dan yang berusaha untuk hidup berdasarkan kebenaran dan keadilan. Kasih Allah juga tertuju bagi mereka yang
lemah di tengah wabah, yang membutuhkan bantuan kasih yang nyata, yang
tertindas oleh kebijakan elitis, dan yang terus mengupayakan perlawanan dengan
menapaki jalan kasih dan bukan jalan kekerasan. Untuk itu menyatulah utuh
bersama Allah, sebab rintanganmu berat untuk wujudkan kesatuan kekeluargaan,
kesetiakawanan, dan persekutuan dalam karya nyata di tengah dunia hari ini! Amin.
ypp