Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus
Kisah Para Rasul 1:1-11 | Lukas 24:44-53
Kunto Aji, penyanyi asal Jogja melantunkan salah satu lagunya
dalam ikatan album mantra-mantra, yaitu lagu pilu membiru. Lagu
itu mencoba mengajak pendengarnya untuk berpulih dari luka dan rasa tidak
terima karena ditinggalkan orang terkasih. Rasa tidak terima itu biasanya
berbuntut pada sebuah keinginan untuk menyampaikan sesuatu yang belum sempat
terkatakan, namun ditinggal pergi lebih dulu. “kalau saja aku punya kesempatan,
aku ingin menyampaikan sesuatu padanya” Demikian kira-kira perasaan itu. Entah
itu ungkapan sayang, atau sepenggal kata maaf yang selama ini menghuni ujung
lidah. Tentu saja, sesuatu yang disampaikan untuk terakhir kali itu adalah
sesuatu yang teramat penting. Penting sekali. Mungkin ada di antara kita yang
sampai sekarang masih memiliki rasa itu. Tapi biarlah kita percaya Tuhan
memulihkan kehidupan kita.
Ibu bapak saudara sekalian, mengapa kita membicarakan itu di
hari indah ini? Bukankah hari ini adalah peristiwa yang begitu mulia, dimana
Anak Manusia itu kembali kepada Bapa di Sorga? Iya, ada kaitan antara kedua
peristiwa ini. Kita tahu melalui bacaan kita, bahwa penghujung Injil Lukas dan
pembuka Kisah Para Rasul menyajikan peristiwa yang berkesinambungan. Kedua buku
itu memang adalah buku yang berkelindan satu dengan yang lain, karena ditulis
oleh orang yang sama. Para murid yang hendak ditinggalkan Yesus, mengajukan
satu pertanyaan. Ingat, pertanyaan itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk
disampaikan. Apa pertanyaan itu? “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Itulah pertanyaan terpenting
mereka untuk disampaikan. Masa-masa terakhir itu mereka gunakan untuk
memohonkan pemulihan bagi Israel agar bisa lepas dari Romawi, dan berjaya seperti
sedia kala. Mungkin mereka sudah begitu muak dan jengah untuk terus hidup dalam
penindasan dan penjajahan. Segala sesuatu terlalu sulit untuk dijalani. Mereka
ingin lepas dari itu semua. Untuk itulah, pemulihan bangsa menjadi sesuatu yang
paling penting untuk mereka sampaikan. Namun, mari kita bertanya,
bagaimana menurut Yesus? Apa yang terpenting untuk disampaikan?
Injil Lukas mencatat peristiwa ini di penghujung bukunya. Kristus
bercakap dengan para murid untuk terakhir kalinya. Kali ini, Yesus mengucapkan
sesuatu yang tentunya juga sangat penting sebelum ia naik ke Sorga. Setelah Ia
mengucapkan bahwa Mesias harus menjalani semua hingga mati, Ia melanjutkanya; dan
lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan
dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem (Lukas 24:47). Kita lihat, dalam ayat itu Yesus menekankan
bahwa ada hal yang HARUS disampaikan kepada segala bangsa, yakni
PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN DALAM NAMA-NYA. Ternyata, inilah hal penting yang
Yesus inginkan, agar mereka sampaikan. Bukan sekedar pemulihan bangsa,
tapi berita kepada segala bangsa, yaitu pertobatan dan pengampunan.
Pertanyaannya, bagaimana kedua hal itu di sampaikan dalam nama Yesus? Kita akan
merenungkannya satu per satu.
Pertama, mengenai pertobatan. Mengapa Yesus menganggap ini
penting untuk disampaikan oleh murid-murid-Nya? Dalam Injil yang sama,
Lukas 5:32 mencatat, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi
orang berdosa, supaya mereka bertobat”. Kesaksian itu seakan menjadi
penegasan Yesus untuk apa Ia datang ke dunia, dan siapa yang menjadi target-Nya.
Ya, orang berdosa untuk bertobat. Hal ini berarti, murid-murid harus
menyampaikan maksud kedatangan Yesus ke dunia, bahwa keselamatan yang Ia
berikan, juga berbarengan dengan ajakan untuk bertobat. Allah bukan hanya rindu
menyatu bersama anak-anak-Nya, namun juga rindu melihat umat-Nya memiliki pertobatan
dalam kehidupan. Jikalau demikian adanya, bukankah itu yang sudah kita jalani,
yakni bukan hanya gempita perayaan Paskah, namun ajakan ebrtobat sejak Rabu
Abu? Berarti pertama-tama, pertobatan itu terlebih dulu harus disampaikan kepada
diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum menuju segala bangsa.
Ibu bapak saudara sekalian, apa maksudnya bahwa pertobatan
harus disampaikan dalam nama-Nya? Di dunia ini, hukuman atas sebuah kesalahan
menjadi sebuah hal yang teramat wajar. Entah itu tindak criminal yang
mengakibatkan seseorang dipenjara, atau seorang bapak yang menyabet anaknya
karena memecakan perabot rumah tangga. Martin Luther King Jr. pernah berkata
bahwa kekerasan hanya akan melipatgandakan kekerasan. Berarti, hukuman bukanlah
solusi. Ketika Yesus bertemu dengan perempuan yang berzinah, Ia melindunginya,
dan akhirnya berkata kepadanya, ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11). Kita
melihat bahwa Yesus tidak menggunakan metode hukuman, namun melindunginya dan
mengajaknya bertobat dengan cara tidak berbuat dosa lagi. Berarti, pertobatan
macam inilah yang diinginkan Yesus, bukan menghukum namun melindungi dan
mengajak. Bagaimana jika ada yang bersalah kepada kita, apakah akan menyalahkan
dan menghukumnya, apa malah melindungi dan mengajaknya bertobat? Yesus
menghendaki, kita menjadi pribadi yang merangkul, bukan memukul.
Kedua, mengenai pengampunan. Kita tahu persis, bahwa Yesus
turun ke dunia untuk memberikan pengampunan kepada manusia. Itulah keselamatan
yang Ia berikan dalam peristiwa salib. Lalu, apa maksudnya memberitakan
pengampunan dalam nama Yesus? Iya, kita tahu bahwa tidak ada keselamatan di
luar nama Yesus. Iya dan amin! Itulah iman kita. Akan tetapi, jangan sampai itu
membuat kita jumawa dan superior. Lalu, bagaimana cara menyampaikannya? Kita
tentu sepakat, kita tidak akan berteriak dan berkoar bahwa Yesus mengampuni
kita semua, mungkin kita malah akan disangka gila. Namun satu hal, ketika kita
sudah merasa diampuni, apakah kualitas kehidupan kita menunjukkan sebagaimana
orang yang sudah diampuni? Orang yang bersalah, besar kesalahannya, diampuni,
akan memiliki kelegaan dan kemauan untuk memperbaiki kesalahan. Nah, bagaimana
dengan kita?
Selain sikap sebagai pribadi yang diampuni, apakah kita mau
mengampuni? Paulo Coelho pernah menulis, God always offers us a second chance.
Berapa kali Tuhan memberi kesempatan kepada kita? Selalu. Ia adalah Allah
yang selalu meberikan kesempatan kedua bagi siapapun yang memohon ampun
pada-Nya. Jika Allah adalah Sang Pemberi Kesempatan Kedua, apakah kita juga mau
memberikan kesempatan itu? Ketika kita semua mau saling mengampuni, itulah saat
dimana pengampunan kita sangat kuat disampaikan kepada segala bangsa.
Pada Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus ini, kita diajak untuk
menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan. Keduanya harus mampir ke diri
kita terlebih dahulu, baru kemudian kita bisa menyampaikannya kepada yang lain.
Untuk melakukan itu, kita perlu kekuatan. Sebelum naik ke Sorga, Yesus berkata;
“tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, …”
(Kis 1:8). Kata ‘kuasa’ di sini berasal dari kata δύναμιν à dunamin à power à yang berarti daya, kekuatan, energi. Kenapa kita butuh itu?
Karena memberitakan pertobatan dan pengampunan butuh kekuatan besar. Mahatma
Gandhi pernah berkata, the weak can never forgive. Forgiveness is the
attribute of the strong. Iya, pertobatan dan pengampunan itu butuh
kekuatan, untuk itulah Tuhan Yesus katakana itu semua. Untuk itulah,
beritakanlah, karena Tuhan memberikan kita daya untuk melakukan itu. Namun
sebelumnya, kenakanlah pada diri kita terlebih dahulu. Amin