Yesaya 1 : 10 – 18; Mazmur 32 : 1 – 7; 2 Tesalonika 1 : 1 – 4, 11 – 12;
Lukas 19 : 1 – 10
Saudaraku, kualitas hidup
seseorang bukan semata ditentukan dari kehadiran saja melainkan dari dampak apa
yang ia beri pada lingkungan sekitar maupun sesama. Karena benda mati saja
berdampak. Contoh, pena akan dinyatakan berdampak ketika kehadirannya bisa dipakai
untuk menulis catatan, dll. Maka, hidup menjadi berarti ketika kita bukan hanya
hadir tetapi juga mempunya dampak. Demikian juga dengan hidup orang percaya.
Dalam Yesaya 1 : 10 – 18
mengisahkan tentang kejemuan (kebosanan, ketidaksukaan) dan kebencian Tuhan
(ay. 11, 14) atas ibadah orang Israel. Mereka begitu aktif memberi persembahan
kepada Tuhan (ay. 11). Namun ibadah mereka yang baik itu tidak berdampak dalam
kehidupan sehari-hari sebab hidup mereka tidak berdampak buat sesama. Tangan
yang mereka pakai untuk berdoa ternyata tangan yang sama juga penuh dengan
darah (ay. 15). Tentu bukan darah korban persembahan tapi darah sesama. Itu
sebabnya, di awal bacaan Tuhan menyebut mereka Sodom dan Gomora karena
perbuatan jahat mereka di hadapan Tuhan.
Kejahatan apa saja yang
dilakukan oleh orang Israel? Hal itu terjawab lewat harapan Tuhan untuk orang
Israel di akhir bacaan kita. (ay. 16 – 17) Tuhan menginginkan agar umat Israel membasuh
atau membersihkan diri mereka dari dosa, berhenti berbuat jahat, belajar berbuat
baik, mengusahakan keadilan untuk anak-anak yatim dan perjuangkan perkara para
janda. Jika mereka mau berdampak buat sesama, bukan hanya buat Tuhan melalui
persembahan korban bakaran, Tuhan berkenan untuk menghapus segala dosa mereka (ay. 18)
untuk itu seperti kata pemazmur dalam Mazmur 32 : 1 – 2, “berbahagialah yang
diampuni pelanggarannya.”
Berbeda dengan orang-orang
Yehuda, jemaat di Tesalonika justru melakukan hal-hal yang berdampak baik. Itu
sebabnya, dalam surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Tesalonika : 1 – 1 -
4 Paulus, Silwanus dan Timotius bersyukur atas iman dan kasih jemaat di
Tesalonika. Sekalipun kehidupan mereka penuh derita, penindasan dan
penganiayaan (ay. 4) sebab mereka minoritas sebagai orang percaya. Namun apa
yang mereka rasakan tidak membuat mereka berhenti untuk berdampak bagi sesama.
Hal ini terlihat di ay. 3, Paulus sampaikan karena imanmu
makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.
Dampak yang mereka tunjukkan tak perlu jauh-jauh ke orang yang tidak mereka
kenal atau asing. Mereka memulai dampak justru dari lingkup terkecil dan di sekitar
mereka. Bahkan apa yang mereka lakukan juga berdampak jauh kepada Paulus,
Silwanus dan Timotius.
Saudaraku, bukan hanya dalam surat Paulus karena dalam kitab
Injil Lukas, Yesus juga menunjukkan bahwa Ia juga berdampak dan Ia pun mau
mengajak orang lain untuk berdampak. Injil Lukas 19 : 1 – 10 menceritakan
Zakheus yang kala itu adalah kepala pemungut cukai mengetahui bahwa Yesus
datang ke kota Yerikho, tempat ia tinggal. Ia yang kala itu sekalipun seorang pemimpin namun juga
dianggap sebagai orang berdosa karena pekerjaannya yang dianggap banyak orang mengambil
jatah pajak lebih dari yang seharusnya.
Namun bagaimanapun tanggapan orang lain tentang dirinya, ia
tak peduli karena yang ia butuhkan adalah melihat Yesus. Hal ini terlihat dari
bagaimana ia berusaha untuk melihat Yesus dengan berusaha memanjat pohon ara. Hal
itu tentu penuh resiko. Bagaimana kalau ia jatuh? pastinya bukan hanya malu,
ditertawakan tetapi juga tubuhnya bisa terluka parah. Saat Zakheus berusaha untuk
melihat Yesus. Yesus pun melihat Zakheus, memanggil Namanya padahal baru
pertama kali emreka bertemu dan berkata (ay.
5) “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”Lalu
Zakheus turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tentu apa yang Yesus lakukan
ini bukan gratifikasi.
Namun apa yang Yesus lakukan
ini mau memberi pengampunan dan dampak bagi Zakheus. Karena itu, (ay. 8)
Zakheus berkata “Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan,
setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada
sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Saudaraku, dari bacaan di
Injil Lukas, Yesus mau mengajarkan bahwa Ia mau berdampak bagi orang lain
melalui kehadiranNya dalam rumah dan hidup Zakheus. Demikian juga akhirnya
Zakheus mau berdampak bagi hidup orang lain.
Dari seluruh bacaan hari
ini, kita belajar untuk menjadi umat Tuhan yang saleh di hadapan Tuhan. Namun kesalehan
kita bukan hanya kita wujudkan untuk Tuhan tetapi juga harus berdampak untuk
sesama. Bagaimana dengan kita dan keluarga kita? Apakah hidup kita dan keluarga
kita sudah berdampak bagi sesama? Setidaknya di dalam keluarga kita? (jemaat diberi
waktu untuk sharing bersama pasangan/keluarga yang hadir/PF memberi
contoh-contoh dampak yang bisa ditunjukkan oleh di dalam keluarga). Selamat
berdampak. Tuhan memampukan kita semua. Amin. (mc)