Sabtu, 18 Juni 2022

KUASA KRISTUS MEMBAWA PERUBAHAN

    

             

(Minggu Biasa) 

Lukas 8 : 26 - 39 


    Saudaraku, apa yang akan kita lakukan kalau lagi jalan trus kita lihat dari arah berlawanan ada orang yang berjalan ke arah kita tapi ia telanjang, kotor penuh debu, dan penuh luka? Kemungkinan besar kita akan menghindar dari orang itu, cari jalan lain, putar balik atau bersembunyi. Sebab bisa jadi kita berpikir orang itu aneh ngga berpakaian, gila dan berbahaya.  

    Tapi saudaraku, berbeda dengan kita. Yesus dalam bacaan diceritakan Ia baru saja naik ke darat artinya baru saja Ia sampai di Gerasa, (ay. 27 dan 29 menceritakan):

-      ada seorang pria dari kota itu tanpa pakaian (telanjang)

-      tinggal di pekuburan karena dihindari masyarakat dan diusir oleh keluarga, maka kemungkinan tubuhnya kotor penuh debu/tanah karena tidur di kuburan,

-      ia dirasuki setan-setan (ay. 30 namanya legion: kerasukan banyak setan – legion itu sama dengan 6.000 tentara Romawi, itu berarti setannya kuat dan buanyak)

-      juga diseret-seret oleh roh jahat yang berarti kemungkinan tubuhnya penuh banyak luka

 

    Dalam kondisi yang kacau balau itu, dijauhi oleh masyarakat dan keluarga, orang itu datang menemui Yesus. Untuk apa? apakah minta pertolongan? ternyata tidak! Lantas untuk apa ia menemui Yesus dan bagaimana bisa ia mengenal Yesus? Ternyata yang datang dan mengenal Yesus bukan orang yang sakit itu, tetapi setan-setan yang ada dalam tubuh orang itu. Ay. 28 mencatat, ketika ia (setan) melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur (jatuh dengan muka mengenai tanah) di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: “Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu supaya Engkau jangan menyiksa aku. (ay. 29) Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu.”

Dari ayat ini mempertegas bahwa:

1)   Setan mengenal Yesus dan Yesus bukan dikenal sebagai orang biasa tapi dikenal sebagai Anak Allah yang Mahatinggi

2)   Setan takut pada Yesus karena Yesus punya kuasa

3)   Setan tersungkur, hormat, tunduk di hadapan Yesus yang berarti kedudukan Yesus lebih tinggi dari setan-setan itu.

    dan bahkan (ay. 31 – 32) setan-setan itu memohon kepada Yesus supaya mereka jangan masuk ke dalam jurang maut tapi dimasukkan dalam babi-babi. Yang akhirnya dikabulkan Yesus tapi pada akhirnya mati juga karena di (ay. 33) kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. Akhirnya saudara, orang yang selama ini kerasukan itu mengalami perubahan karena kuasa Yesus. Sebab akhirnya ia sembuh. (ay. 35) Ia duduk di kaki Yesus, telah berpakaian dan sudah waras (sehat). Kuasa Kristus membawa perubahan baginya karena setan musnah dan ia sembuh.

    Namun ternyata perubahan yang dialami oleh orang yang sudah sehat itu, tidak membawa perubahan bagi penduduk Gerasa. Kenapa? Karena (ay. 34) setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang terjadi pada babi-babi mereka yang akhirnya mati dan itu karena perbuatan Yesus. Mereka ceritakan kepada orang di kota dan kampung sekitar. Dan seluruh penduduk kota Gerasa mendatangi Yesus, menjadi takut dan meminta Yesus meninggalkan mereka. Mengapa? 

1)   Setan saja mereka takut, apalah yang ditakuti setan – yaitu Yesus (Yesus punya kuasa lebih tinggi). 

2)  Orang Gerasa merasa kehadiran Yesus membawa kerugian. Sebab kawanan babi yang tadinya mungkin untuk dijual/dibuat babi guling/sate babi/babi kecap/babi rica, mati semua. Rugilah mereka. Otomatis mereka takut, kalau Yesus semakin lama di Gerasa, bisa jadi kerugian mereka akan lebih besar. Dan mereka tidak mau itu terjadi!

 

    Akhirnya Yesus pergi. Bukan berarti Ia kalah. Perubahan tidak akan terjadi kalau mereka tidak fokus pada kuasa Kristus! Perubahan juga bukan sebagai sebuah paksaan tapi kesadaran, itu sebabnya Yesus memilih untuk pergi dan melanjutkan pelayananNya kepada orang lain yang membutuhkanNya. Ketika Yesus hendak pergi, orang yang telah pulih itu meminta untuk menyertai Yesus alias ia mau ikut Yesus. Tapi Yesus memintanya untuk pulang kembali ke rumahnya dan menceritakan segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasnya.

    Ini tentu bukan hal yang mudah buat orang itu. Mengingat, ia pernah ditinggalkan dan diusir ketika ia sakit. Ia pernah sendirian dan dibuang. Mungkin ia sakit hati dan marah karena keluarga – rumah harusnya menjadi tempat yang nyaman saat senang dan susah. Sekarang ketika sudah sembuh, Yesus memintanya untuk pulang. Kenapa? Karena orang yang sudah diubahkan Tuhan, pasti juga mau berubah untuk Tuhan!

Dari bacaan hari ini kita sama-sama diingatkan:  

1)   Kuasa Kristus melebihi kuasa apapun termasuk kuasa jahat. 

2)  Kuasa Kristus membawa perubahan - pemulihan - keadaan lebih baik

3) Orang yang sudah diubahkan Tuhan, pasti juga mau berubah untuk Tuhan! Tanyakan pada diri anda sendiri. Apa yang mau saya ubah buat Tuhan?

 

Teruslah berupaya untuk berubah bersama dengan kuasa Kristus yang terus mengingatkan dan menolong kita. Amin. (mc) 

Kamis, 09 Juni 2022

BERHIKMAT DALAM KASIH ALLAH TRINITAS

 

(Minggu Trinitas)

Amsal 8 : 1 – 4, 22 – 31; Mazmur 8; Roma 5 : 1 – 5; Yohanes 16 : 12 – 15

 

“Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah, tidak berubah

Tuhan Yesus tidak berubah sampai s’lama, selama-lamanya”

 

Berikut adalah penggalan syair lagu Kebaktian Anak yang beberapa waktu ini cukup viral di media sosial karena lagu ini diremix sehingga terdengar lebih kekinian. Terlepas dari viralnya lagu ini, penggalan syairnya menjadi pengingat kembali kepada setiap kita yang sudah mendengar lagu ini dari masa kecil bahwa Allah tidak pernah berubah. Apanya yang tidak berubah? Tentu kasihNya! karena Ia selalu mengasihi umatNya dari dulu, kini dan kita yakini hingga selama-lamanya.

Berbicara tentang kasih Allah, pemazmur juga akui bahwa kasih Allah begitu dahsyat sebab Ia berani berikan kasihNya kepada manusia yang hina karena dosa. Bahkan kehinaan dan dosa manusia seakan tak nampak di hadapan Allah, karena kasih Allah yang begitu besar yang menutupi segala dosa (bdk. 1 Ptr. 4 : 8). Hal serupa juga dimaknai oleh Paulus bahwa kita dibenarkan karena Allah (Rm. 5 : 1). Hal ini lagi-lagi menegaskan tentang kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia. Karena tindakan Allah yang membenarkan manusia menjadi wujud kasih karunia Allah kepada umatNya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, pemazmur juga sampaikan Allah yang mengasihi manusia juga memberi kuasa supaya manusia dapat menguasai (Ibr. Rada: menaungi/mengayomi) ciptaan Allah yang lain (Mzm. 8 : 7).  

Pertanyaan paling dasar adalah bagaimana bisa kasih Allah begitu besar dan tanpa batas? Padahal jika dibandingkan dengan kita ciptaanNya (imago Dei), kasih kita seringkali luntur dan tak bertahan. Misalnya ketika dikecewakan sesama, kasih kita hilang. Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi, kasih kita lenyap. Ketika banyak luka lainnya, kita enggan untuk mengasihi. Saudaraku, tentu kasih kita tidak sama dengan kasih Allah. Itu sebabnya kita terus butuh berhikmat dalam kasih Allah Trinitas.

Apa kaitannya dengan Trinitas? karena di Minggu ini dalam Kalender Gerejawi, kita merayakan Minggu Trinitas (Ing. Triunity: tiga dalam kesatuan). Melalui minggu Trinitas ini kita sama-sama belajar bahwa dalam iman kekristenan, Allah Trinitas itu bukan Allah yang tunggal (Ibr. yakhid: satu-satunya – menunjuk pada bilangan angka 1 yang mutlak) tetapi Allah yang esa (Ibr. ekhad: satu gabungan/majemuk/satu yang mengandung unsur relasi dengan yang lain). Keesaan Allah yang relasional inilah yang menunjukkan kasih Allah yang tanpa batas dan tak berubah dalam karya-karyaNya. Keesaan Allah yang relasional dan penuh kasih pun terekam dalam perkataan Yesus kepada para muridNya yang tertulis dalam Yohanes 16 : 13 – 15,

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."

Saudaraku yang dikasihi Allah, dari firman Tuhan hari ini kita belajar:

1.    Kasih masih dibutuhkan. Ketika kita berdosa dan hina namun dikasihi Allah. Itu tanda bahwa kasih masih dibutuhkan. Di masa kini ketika hidup berdampingan dengan sesama, kasih juga masih dibutuhkan. Terbukti dari masih banyak kekerasan fisik (orangtua membunuh anak dan sebaliknya, teman melukai teman, dll), kekerasan verbal (ujaran kebencian, kata-kata yang merendahkan, komentar netizen yang mematikan langkah), dll. Semua ini jadi bukti bahwa kasih masih dibutuhkan.

2.    Mengasihi butuh berhikmat yang bukan dari diri sendiri tapi dari Allah. Sebab jika kita mengasihi hanya dari diri sendiri apalagi dari tindakan orang lain, kasih kita akan sangat terbatas dan akan mudah luntur dengan berbagai persoalan yang ada dengan sesama. Bahkan bukan hanya dengan sesama kasih kita terbatas, acapkali kasih kita juga terbatas pada Allah karena mungkin kita sering hitung-hitungan sama Tuhan, kita sering menuntut Tuhan, dan lain sebagainya. Untuk itu, berhikmatlah dalam mengasihi dengan belajar kasih pada Allah Trinitas yang penuh kasih.

3.    Kenapa harus dari Allah Trinitas kita belajar kasih? Karena Allah adalah esa dalam persekutuan kasih yang sehakikat di dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kasih Allah yang tak pernah berubah dari dulu, kini dan selamanya hendaknya menjadi dorongan bagi kita untuk terus belajar dari Allah dan meminta pertolongan Allah untuk belajar mengasihi sesama juga. 

Allah mengasihi dan menolong kita semua. Amin. (mc)

Sabtu, 04 Juni 2022

ROH KEBENARAN, ROH PEMERSATU

 

Kejadian 11 : 1 – 9; Mazmur 104 : 24 – 35; Kisah Para Rasul 2 : 1 – 21; Yohanes 14 : 8 – 17  

 

Bersatu belum tentu benar jika dilakukan karena tuntunan pribadi bukan tuntunan Roh Kudus! Misalnya para perampok, pelaku kekerasan fisik dan para pembuli yang bersatu untuk beraksi namun ternyata kesatuan mereka bukan menghasilkan aksi yang benar melainkan tindakan yang melukai dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Untuk itu kesatuan bukan hanya bermakna menjadi satu tetapi juga perlu dievaluasi apakah kesatuan itu berdampak baik atau tidak.

 

Hal ini jugalah yang perlu dilakukan oleh penduduk bumi mula-mula yang memiliki banyak kesatuan yang tercatat dalam bacaan pertama (Kej. 11), yaitu satu bahasa, satu logat, satu visi dan satu aksi. Di ayat 4 tercatat juga ada upaya dari mereka untuk tetap satu

 

Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

 

Namun demikian, ternyata dalam kesatuan ini, lagi-lagi kita menemukan belum tentu hal benar yang dilakukan. Karena menurut beberapa penafsir, ketika seluruh penduduk bumi saat itu serba menyatu, mereka justru menjadi angkuh dan merasa tidak terkalahkan. Hal ini terlihat dari ucapan mereka di ayat 4, bahwa mereka mau mendirikan sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Melihat rencana atau visi ini, mungkin kita akan berpikir penduduk bumi pada masa itu sudah punya jiwa arsitek yang akan mendirikan sebuah kota dengan menara atau gedung-gedung pencakar langit.

 

Namun ternyata, beberapa penafsir mengemukakan bahwa ketika mereka mau mendirikan menara sampai ke langit hal itu menjadi sebuah sikap menantang Tuhan. Mengapa? Karena dalam pemahaman orang Yahudi, mereka membagi dunia ini menjadi 3 bagian. Bagian paling atas (langit) adalah sorga sebagai tempat kediaman Allah. Itu sebabnya ketika melihat orang-orang Yahudi berdoa, mereka lebih sering menengadah atau melihat ke atas. Bagian tengah adalah bumi tempat manusia dan makhluk ciptaan lainnya hidup. Bagian bawah adalah neraka.

 

Dari pemahaman ini, maka ditafsirkanlah bahwa penduduk bumi masa itu mendirikan sebuah kota dengan menara sampai ke langit, tempat kediaman Allah untuk menunjukkan bahwa dengan bersatu mereka kuat, tidak terkalahkan dan akhirnya membuat mereka jatuh dalam keangkuhan.

 

Itu sebabnya, (ay. 7 – 8) Allah mengacaubalaukan bahasa mereka yang membuat mereka tidak saling mengerti satu sama lain dan akhirnya membuat mereka terserak sampai ke seluruh bumi. Tindakan Allah ini bukan karena Allah membenci kesatuan, tetapi karena Allah tahu kesatuan tidak selalu diikuti dengan aksi yang benar. Aksi yang tidak benar tentu bukan untuk terus dihidupi tetapi untuk dihentikan, dan Allah mau umatNya bukan hanya bersatu tetapi juga berlaku benar

 

Sementara itu dalam bacaan kedua (Kis. 2) menceritakan hal yang sebaliknya dengan bacaan pertama. Dalam Kis. 2 kita menemukan para murid saat itu memang bersatu di satu tempat  tetapi karena mereka dan semua orang Yahudi masa itu mau merayakan hari Pentakosta. Di momen itulah, (ay. 4) penuhlah mereka dengan Roh Kudus sehingga dengan kesatuan dari Roh Pemersatu, mereka menyampaikan kebenaran tentang Allah dalam beragam bahasa yang membuat Allah dikenal dan banyak orang mengenalNya.

 

Dengan demikian, di hari Pentakosta ini kita kembali merayakan karya Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran dan Roh Pemersatu. Biarlah melalui karyaNya kita terus belajar untuk bersatu juga menghidupi kebenaran akan Allah dalam kehidupan kita. Roh Kudus menolong kita semua. Amin.

(mc)