Minggu, 03 Januari 2021

“TERUS MENERUS DIBARUI”

Minggu Pembaptisan Yesus

Kejadian 1:1-5; Mazmur 29; Kisah Para Rasul 19:1-7; Markus 1:4-11



“…Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Yang hancur lebur akan terobati

Yang sia-sia akan jadi makna

Yang terus berulang suatu saat henti

Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti…”

 

Ini sepenggal lirik dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Banda Neira. Syair yang sederhana ini menunjukkan tentang proses hidup. Bahwa dalam hidup, tidak dapat dielak dari proses yang menyenangkan dan tidak. Namun di balik semua proses ini memberi gambaran bahwa ada proses yang terus dibarui supaya lebih baik. Jika tidak, mungkin saja akan terus pada kondisi yang sama, stagnan dan mati.


Nampaknya pesan untuk terus menerus dibarui ini juga sangat Alkitabiah, karena hampir seluruh bacaan hari ini menceritakan ada proses pembaruan yang terus terjadi. Bermula dari masa penciptaan yang dituliskan dalam Kejadian 1. Bacaan ini mengisahkan tentang proses yang terus-menerus dilakukan Allah, yaitu mencipta. Namun Allah bukan hanya mencipta hal yang sama dan berulang. Ia justru mencipta sesuatu yang berbeda, sesuatu yang diuprgade, sesuatu yang dibarui untuk semesta.


Demikian juga dengan apa yang disaksikan oleh Daud dalam kitab Mazmur. Di tengah-tengah kehidupan semesta, baik di air, guntur, pohon Aras, gunung, api, padang gurun, bahkan bencana, suara Allah ada. Apa yang disaksikan oleh Daud ini hendak menunjukkan bahwa Allah bukan hanya membarui ciptaanNya, karyaNya tetapi Ia pun membarui diriNya, keberadaanNya. Sebab Daud saksikan bahwa Allah ada di mana-mana, bahkan dalam bencana sekalipun.


Menariknya, proses terus menerus dibarui bukan hanya proses Allah dan hanya untuk Allah. Tetapi juga harus menjadi proses umat Allah. Hal ini dapat dilihat dalam bacaan kedua, ketika Paulus berada di Efesus. Di Efesus, ia berjumpa dengan orang-orang yang sudah dibaptis ala Yohanes. Namun nampaknya hidup orang yang sudah dibaptis ini tidak ada pembaruan yang baik. Mereka bahkan belum pernah mendengar ada Roh Kudus (ay. 2). Untuk itu, Paulus menekankan mereka harus percaya kepada Dia, Yesus dan memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (ay. 5).


Mengapa dibaptis lagi? Tentu bukan karena baptisan sebelumnya atau dikenal dengan baptisan Yohanes tidak manjur. Tetapi baptisan Yohanes itu dipahami sebagai baptisan pertobatan (Yun. Metanoia) atau baptisan untuk orang yang bertobat. Hal ini dituliskan dalam Injil Markus 4:4. Mengingat peran Yohanes memang untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan seperti yang dinubuatkan oleh Yesaya,


“Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan..” (Yes. 40:3–5; Luk. 3:4-6)


Oleh karena itu, baptisan Yohanes lebih dikenal sebagai baptisan pertobatan, yakni untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan, membuat orang bertobat dari dosa dan kembali kepada Allah. Namun demikian, banyak orang di Efesus yang kemudian terjebak pada kata sudah. Artinya buat mereka yang penting sudah dibaptis lalu sudah! Padahal bertobat bukanlah sebuah akhir perjalanan. Paulus mengingatkan bahwa mereka juga perlu untuk terus membarui diri, bahkan membarui rasa percaya mereka untuk percaya bukan kepada Yohanes Pembaptis tetapi kepada Yesus. Itu sebabnya setelah mendengarkan pengajaran Paulus ini, jemaat di Efesus memberi diri mereka untuk dibaptis dalam nama Yesus sebagai salah satu bentuk mau dibarui baik percaya maupun mau terus dibarui dalam kehidupan sehari-hari.


Saudara, jika hari ini kita belajar dari firman Tuhan bahwa dibarui itu sebuah proses yang harus terus-menerus dilakukan. Bagaimana dengan kita? Mari belajar untuk terus menerus dibarui agar kehidupan kita semakin serupa dengan Allah. Pastinya dalam proses dibarui ini tidak mudah. Tapi ingatlah jika kita dibarui dalam Allah, tentu semua akan baik adanya. Selamat terus membarui diri. Roh Kudus menolong kita semua. Amin.

(mc)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar