Rabu, 04 November 2020

“Bijaksana dan Antisipatif”

Amos 5 : 18 – 24; Mazmur 70; 1 Tesalonika 4 : 13 – 18; Matius 25 : 1 – 13

 

Saudara, saya punya sebuah tebak-tebakan. Saya akan beri sebuah kalimat tebak-tebakan, silahkan saudara menebak jawabannya apa. Negara apa yang selalu siap ketika hujan? Jawabannya adalah Swedia. Mengapa? Karena mereka selalu Swedia payung sebelum hujan. Tebak-tebakan ini mungkin garing terdengar di telinga kita tapi tebak-tebakan ini punya makna yang benar sekalipun diplesetkan kata sedia menjadi Swedia.

Sedia payung sebelum hujan merupakan salah satu pepatah yang jika ditelaah punya makna yang dalam. Mengapa? Karena dalam hidup ini kita selalu menjumpai ketidakpastian. Misalnya, kadang tiba-tiba hujan sekalipun cuaca sedang panas. Makanya kita harus selalu siap. Dengan sedia payung sebelum hujan kita jadi waspada, awas dan siap dengan segala kondisi (hujan) yang akan terjadi. Kalimat pepatah di atas merupakan sebuah kalimat yang mengajak kita untuk antisipatif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggap terhadap sesuatu yang sedang (akan) terjadi.[1]

Dalam bacaan Injil, yakni dari Matius 25 : 1 - 13 kita diperlihatkan sebuah perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus kepada murid-muridNya (Mat. 24 : 3). Dalam perumpamaan ini Yesus memberi gambaran tentang dua kelompok gadis yang bukan diperuntukkan hanya untuk perempuan saja tetapi semua orang. Yesus menggunakan kata gadis karena Yesus sedang menceritakan tentang akhir zaman, di mana kita diumpamakan sebagai para gadis yang akan menyongsong mempelai laki-laki, yakni Tuhan.

Yesus ceritakan ada orang-orang yang antisipatif dalam menyongsong mempelai laki-laki. Karena mereka sedia payung sebelum hujan atau lebih tepatnya mereka membawa juga cadangan minyak dalam buli-buli mereka. Mereka bersiap diri, antisipatif dan itu sebabnya mereka kemudian disebut sebagai orang-orang bijaksana yang berarti selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya).[2]

Mereka tajam berpikir bahwa dalam ketidakpastian menanti atau menyongsong mempelai laki-laki, mereka harus tanggap dan bersiap. Mereka juga harus hati-hati jangan sampai cadangan minyak mereka kurang. Itu sebabnya ketika ada yang minta cadangan minyak mereka (ay. 8 – 9), mereka tidak membaginya. Bukan karena pelit tapi karena mereka tahu kapasitas mereka. Mereka juga tahu bahwa minyak itu tidak akan cukup bagi orang lain atau diri mereka sendiri jika dibagi. Mereka juga harus tetap antisipatif di tengah ketidakpastian kondisi.

Sementara itu di sisi yang lain, Yesus juga menceritakan ada orang-orang yang bodoh. Mengapa Yesus begitu sarkas menyebut mereka bodoh dalam perumpamaan ini? Karena orang-orang ini tidak antisipatif. Padahal mereka punya banyak waktu dan kesempatan untuk bersiap. Tapi bukannya menyediakan minyak cadangan, mereka justru rebahan. Rebahan sesungguhnya tidak dilarang atau sesuatu yang salah. Karena gadis-gadis bijak juga rebahan (ay. 5). Tapi gadis-gadis bijak sudah siap dulu baru rebahan. Mereka sudah berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Mereka sudah bersusah payah dahulu, baru bersenang-senang.

Saudara, dalam bacaan Injil ini tentu Yesus menghendaki semua muridNya termasuk kita untuk menjadi gadis-gadis yang bijaksana dan antisipatif. Karena kita tidak ada yang tahu kapan kedatangan Tuhan tiba. Apalagi dalam Amos 5 juga menggambarkan hari Tuhan itu bukan terang tetapi gelap, penuh kelam kabut dan membutuhkan kesiapan diri. Untuk itu yang sekarang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri dengan baik dan memakai kesempatan dengan bijaksana. Jangan hanya rebahan. Bangun dan siapkan dirimu. Jadilah bijak dan antisipatif. Tuhan memampukan kita semua. Amin.

-mc-



[1] https://kbbi.web.id/antisipatif

[2] https://kbbi.web.id/bijaksana 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar