Kamis, 09 Juni 2022

BERHIKMAT DALAM KASIH ALLAH TRINITAS

 

(Minggu Trinitas)

Amsal 8 : 1 – 4, 22 – 31; Mazmur 8; Roma 5 : 1 – 5; Yohanes 16 : 12 – 15

 

“Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah, tidak berubah

Tuhan Yesus tidak berubah sampai s’lama, selama-lamanya”

 

Berikut adalah penggalan syair lagu Kebaktian Anak yang beberapa waktu ini cukup viral di media sosial karena lagu ini diremix sehingga terdengar lebih kekinian. Terlepas dari viralnya lagu ini, penggalan syairnya menjadi pengingat kembali kepada setiap kita yang sudah mendengar lagu ini dari masa kecil bahwa Allah tidak pernah berubah. Apanya yang tidak berubah? Tentu kasihNya! karena Ia selalu mengasihi umatNya dari dulu, kini dan kita yakini hingga selama-lamanya.

Berbicara tentang kasih Allah, pemazmur juga akui bahwa kasih Allah begitu dahsyat sebab Ia berani berikan kasihNya kepada manusia yang hina karena dosa. Bahkan kehinaan dan dosa manusia seakan tak nampak di hadapan Allah, karena kasih Allah yang begitu besar yang menutupi segala dosa (bdk. 1 Ptr. 4 : 8). Hal serupa juga dimaknai oleh Paulus bahwa kita dibenarkan karena Allah (Rm. 5 : 1). Hal ini lagi-lagi menegaskan tentang kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia. Karena tindakan Allah yang membenarkan manusia menjadi wujud kasih karunia Allah kepada umatNya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, pemazmur juga sampaikan Allah yang mengasihi manusia juga memberi kuasa supaya manusia dapat menguasai (Ibr. Rada: menaungi/mengayomi) ciptaan Allah yang lain (Mzm. 8 : 7).  

Pertanyaan paling dasar adalah bagaimana bisa kasih Allah begitu besar dan tanpa batas? Padahal jika dibandingkan dengan kita ciptaanNya (imago Dei), kasih kita seringkali luntur dan tak bertahan. Misalnya ketika dikecewakan sesama, kasih kita hilang. Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi, kasih kita lenyap. Ketika banyak luka lainnya, kita enggan untuk mengasihi. Saudaraku, tentu kasih kita tidak sama dengan kasih Allah. Itu sebabnya kita terus butuh berhikmat dalam kasih Allah Trinitas.

Apa kaitannya dengan Trinitas? karena di Minggu ini dalam Kalender Gerejawi, kita merayakan Minggu Trinitas (Ing. Triunity: tiga dalam kesatuan). Melalui minggu Trinitas ini kita sama-sama belajar bahwa dalam iman kekristenan, Allah Trinitas itu bukan Allah yang tunggal (Ibr. yakhid: satu-satunya – menunjuk pada bilangan angka 1 yang mutlak) tetapi Allah yang esa (Ibr. ekhad: satu gabungan/majemuk/satu yang mengandung unsur relasi dengan yang lain). Keesaan Allah yang relasional inilah yang menunjukkan kasih Allah yang tanpa batas dan tak berubah dalam karya-karyaNya. Keesaan Allah yang relasional dan penuh kasih pun terekam dalam perkataan Yesus kepada para muridNya yang tertulis dalam Yohanes 16 : 13 – 15,

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."

Saudaraku yang dikasihi Allah, dari firman Tuhan hari ini kita belajar:

1.    Kasih masih dibutuhkan. Ketika kita berdosa dan hina namun dikasihi Allah. Itu tanda bahwa kasih masih dibutuhkan. Di masa kini ketika hidup berdampingan dengan sesama, kasih juga masih dibutuhkan. Terbukti dari masih banyak kekerasan fisik (orangtua membunuh anak dan sebaliknya, teman melukai teman, dll), kekerasan verbal (ujaran kebencian, kata-kata yang merendahkan, komentar netizen yang mematikan langkah), dll. Semua ini jadi bukti bahwa kasih masih dibutuhkan.

2.    Mengasihi butuh berhikmat yang bukan dari diri sendiri tapi dari Allah. Sebab jika kita mengasihi hanya dari diri sendiri apalagi dari tindakan orang lain, kasih kita akan sangat terbatas dan akan mudah luntur dengan berbagai persoalan yang ada dengan sesama. Bahkan bukan hanya dengan sesama kasih kita terbatas, acapkali kasih kita juga terbatas pada Allah karena mungkin kita sering hitung-hitungan sama Tuhan, kita sering menuntut Tuhan, dan lain sebagainya. Untuk itu, berhikmatlah dalam mengasihi dengan belajar kasih pada Allah Trinitas yang penuh kasih.

3.    Kenapa harus dari Allah Trinitas kita belajar kasih? Karena Allah adalah esa dalam persekutuan kasih yang sehakikat di dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kasih Allah yang tak pernah berubah dari dulu, kini dan selamanya hendaknya menjadi dorongan bagi kita untuk terus belajar dari Allah dan meminta pertolongan Allah untuk belajar mengasihi sesama juga. 

Allah mengasihi dan menolong kita semua. Amin. (mc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar