Sabtu, 04 Juni 2022

ROH KEBENARAN, ROH PEMERSATU

 

Kejadian 11 : 1 – 9; Mazmur 104 : 24 – 35; Kisah Para Rasul 2 : 1 – 21; Yohanes 14 : 8 – 17  

 

Bersatu belum tentu benar jika dilakukan karena tuntunan pribadi bukan tuntunan Roh Kudus! Misalnya para perampok, pelaku kekerasan fisik dan para pembuli yang bersatu untuk beraksi namun ternyata kesatuan mereka bukan menghasilkan aksi yang benar melainkan tindakan yang melukai dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Untuk itu kesatuan bukan hanya bermakna menjadi satu tetapi juga perlu dievaluasi apakah kesatuan itu berdampak baik atau tidak.

 

Hal ini jugalah yang perlu dilakukan oleh penduduk bumi mula-mula yang memiliki banyak kesatuan yang tercatat dalam bacaan pertama (Kej. 11), yaitu satu bahasa, satu logat, satu visi dan satu aksi. Di ayat 4 tercatat juga ada upaya dari mereka untuk tetap satu

 

Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

 

Namun demikian, ternyata dalam kesatuan ini, lagi-lagi kita menemukan belum tentu hal benar yang dilakukan. Karena menurut beberapa penafsir, ketika seluruh penduduk bumi saat itu serba menyatu, mereka justru menjadi angkuh dan merasa tidak terkalahkan. Hal ini terlihat dari ucapan mereka di ayat 4, bahwa mereka mau mendirikan sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Melihat rencana atau visi ini, mungkin kita akan berpikir penduduk bumi pada masa itu sudah punya jiwa arsitek yang akan mendirikan sebuah kota dengan menara atau gedung-gedung pencakar langit.

 

Namun ternyata, beberapa penafsir mengemukakan bahwa ketika mereka mau mendirikan menara sampai ke langit hal itu menjadi sebuah sikap menantang Tuhan. Mengapa? Karena dalam pemahaman orang Yahudi, mereka membagi dunia ini menjadi 3 bagian. Bagian paling atas (langit) adalah sorga sebagai tempat kediaman Allah. Itu sebabnya ketika melihat orang-orang Yahudi berdoa, mereka lebih sering menengadah atau melihat ke atas. Bagian tengah adalah bumi tempat manusia dan makhluk ciptaan lainnya hidup. Bagian bawah adalah neraka.

 

Dari pemahaman ini, maka ditafsirkanlah bahwa penduduk bumi masa itu mendirikan sebuah kota dengan menara sampai ke langit, tempat kediaman Allah untuk menunjukkan bahwa dengan bersatu mereka kuat, tidak terkalahkan dan akhirnya membuat mereka jatuh dalam keangkuhan.

 

Itu sebabnya, (ay. 7 – 8) Allah mengacaubalaukan bahasa mereka yang membuat mereka tidak saling mengerti satu sama lain dan akhirnya membuat mereka terserak sampai ke seluruh bumi. Tindakan Allah ini bukan karena Allah membenci kesatuan, tetapi karena Allah tahu kesatuan tidak selalu diikuti dengan aksi yang benar. Aksi yang tidak benar tentu bukan untuk terus dihidupi tetapi untuk dihentikan, dan Allah mau umatNya bukan hanya bersatu tetapi juga berlaku benar

 

Sementara itu dalam bacaan kedua (Kis. 2) menceritakan hal yang sebaliknya dengan bacaan pertama. Dalam Kis. 2 kita menemukan para murid saat itu memang bersatu di satu tempat  tetapi karena mereka dan semua orang Yahudi masa itu mau merayakan hari Pentakosta. Di momen itulah, (ay. 4) penuhlah mereka dengan Roh Kudus sehingga dengan kesatuan dari Roh Pemersatu, mereka menyampaikan kebenaran tentang Allah dalam beragam bahasa yang membuat Allah dikenal dan banyak orang mengenalNya.

 

Dengan demikian, di hari Pentakosta ini kita kembali merayakan karya Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran dan Roh Pemersatu. Biarlah melalui karyaNya kita terus belajar untuk bersatu juga menghidupi kebenaran akan Allah dalam kehidupan kita. Roh Kudus menolong kita semua. Amin.

(mc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar