Minggu I Sedudah Epifani
Yesaya 49:1-7 | Mazur 40:2-12 | 1 Korintus 1:1-9 | Yohanes 1:29-42
Teks bacaan Injil pada Minggu ini berkisah tentang Andreas
dan Simon yang mengikut Yesus. Awalnya, Yohanes berkata kepada dua muridnya
sambil menunjuk kepada Yesus’ Lihatlah Anak Domba Allah penghapus dosa dunia.
Kemudian, dua murid Yohanes itu mengikut Yesus. Cerita pendek itulah yang menjadi
bacaan untuk kita renungkan pada hari Minggu, 15 januari 2023. Ada dua hal
menarik yang bis akita renungkan kali ini.
Saudaraku yang terkasih, pesta pemilu akan digelar satu
tahun lagi. Dan, hal yang tentunya akan meramaikan media dan jalanan adalah
munculnya capres atau caleg dengan segala ‘iklannya’. Ya, ‘iklan’. Mereka mencoba
mempromosikan diri dengan segala janji-janji manis yang membuat kita kadang
menjadi pesimis. Mulai dari janji kucuran dana ke desa-desa, keberpihakan pada
golongan minoritas, harga-harga sembako yang terjangkau, dan banyak lagi bualan
janji yang mereka katakana dengan entengnya mereka lontarkan. Tentu bukan tanpa
alasan janji-janji itu ditebar secara masif. Janji itu adalah Teknik untuk
merayu masyarakat untuk memberikan suaranya saat pencoblosan dilakukan.
Nampaknya, itulah cara yang paling klasik namun terbukti selalu ampuh untuk
mendulang suara dalam pesta demokrasi. Namun, teks kali ini lain cerita. Yesus,
yang kala itu sedang memulai perjalanan karya-Nya, justru tidak melakukan
rayuan dengan segala janji-janji manis. Bagaimana?
Saat ada dua orang –murid Yohanes- yang mengikuti-Nya,
ia menoleh ke belakang dan berkata, “Apa yang kamu cari?” Pertanyaan Yesus ini
sungguh menarik. Bukannya menegaskan benefit and privilege kalau
mengikut-Nya, Ia malah bertanya tentang alasan mengapa mereka mau
mengikuti-Nya. Pertanyaan Yesus ini sangat penting dan mendalam, karena Yesus tidak
ingin mereka mengikuti-Nya karena alasan duniawi. Terbukti dalam perjalanan-Nya,
ada perebutan di antara mereka tentang siapa yang menjadi murid yang
dikasihi-Nya. Ada pula orang-orang yang mengikuti-Nya karena ingin melihat
mujizat, mendapat kesembuhan atau keuntungan-keuntungan lain-Nya. Ini menjadi
pertanyaan reflektif untuk kita pula, apa yang kita cari kala mengikut-Nya?
Tenyata, pertanyaan Yesus yang sangat mendasar ini,
dijawab dengan sebuah pertanyaan yang tidak kalah mendalam. Mereka menjawab, “Rabi
(artinya Guru), dimanakah Engkau tinggal?” Mereka tidak menarget sesuatu untuk
mengikut Yesus, namun justru mereka bertanya tentang tempat tinggal Yesus. Seperti
kita tahu, rumah adalah tempat privat seseorang atau keluarga. Berarti, mereka
ingin datang ke tempat tinggal Yesus, dan tentunya ingin mengenal Yesus lebih
dekat. Dari pertanyaan itulah, nampak Yesus meyambut dengan cepat, “Marilah dan
kamu akan melihatnya”. Memang tidak dijelaskan suasana hati Yesus secara eksplisit,
namun saya menduga Yesus bersukacita atas kerinduan mereka. Untuk itulah Yesus
langsung mengajak dan mempersilakan mereka untuk datang. Ternyata, hal itulah
yang dikehendaki Yesus. Ia ingin agar siapa pun yang mengikuti-Nya memiliki
motivasi tulus, yaitu dekat dan tinggal bersama-Nya. Hal ini tertulis dalam
Efesus 2:10, karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya. Ya, Ia mau supaya kita semua hidup di
dalamnya. Yesus rindu kita semua mendekat kepada-Nya, mengenal-Nya, dan
mengikut-Nya dengan motivasi yang tulus.
Pada akhir tahun 2022, Presiden Jokowi mencabut PPKM secara
nasional, yang berarti semua kegiatan boleh dilakukan secara normal. Hal itu
termasuk peribadahan kita. Kita sudah menahan sekian lama selama pandemic, bisa
beribadah bersama-sama. Kegiatan Ibadah Minggu serta kegiatan non-hari Minggu
sudah dilaksanakan secara tatap muka. Bukankah ini menjadi kesempatan besar,
untuk kita boleh terus berjumpa dengan-Nya dalam peribadahan? Kita diajak untuk
terus setia beribadah dengan motivasi yang tulus, yakni ingin dekat selalu.
Kidung PKJ 258 menandaskan, Ku ingin selalu dekat pada-Mu. Mengiring Tuhan
tiada jemu. Bila Kau pimpin jalan hidupku. Tak ‘kan ku takut kan s’gala setr’ru.
Sebuah hal menarik, yaitu tentang tempat tinggal Yesus. Sebagai orang percaya, kita mengimani bahwa Gereja adalah tempat kediaman Allah, tempat kita menjumpai-Nya dalam ibadah. Namun, bukankah setiap inchi bumi ini digelar adalah milik-Nya? Untuk itu, mengikut Yesus bukan hanya dalam peribadahan. Kemana pun kaki kita melangkah, itu adalah tempat tinggal Tuhan, tempat dimana Tuhan mencipta dan terus memperbarui ciptaan-Nya. Di sini berarti, kita mengikuti Yesus bukan hanya saat kita beribadah di gereja, namun kemana pun kita pergi. Formula pengutusan kita diawali dengankalimat; Arahkanlah hatimu kepada Tuhan. Bukankah itu disampaikan di akhir ibadah, dan bukan di awal? Liturgi kita mengisyaratkan, agar kita senantiasa mengarahkan hati kita dan seluruh hidup kita kepada Tuhan, saat kita keluar dari Gedung gereja, dan menuju kehidupan kita masing-masing. Untuk itu, setialah mengikut-Nya dengan ketulusan, dan Ia merindukan kita untuk selalu tinggal bersama-Nya. Amin.
ftp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar