Jumat, 04 Oktober 2024

Keluarga yang Memperjuangkan Persatuan

 

KELUARGA YANG MEMPERJUANGKAN PERSATUAN

(MINGGU BIASA)

Kejadian 2:18-24 | Mazmur 8 | Ibrani 1:1-4, 2:5-12 | Markus 10:2-16

 

In A Relationship

“In a relationship”. Kira-kira demikianlah simpulan dari bacaan leksionari pada minggu ini. Dari situlah juga, kita berangkat untuk merefleksikan bahwa “in a relationship” bukanlah sebuah status di media sosial yang biasanya dipamerkan untuk menunjukkan hubungan yang dekat dengan seseorang, tetapi “in a relationship” merupakan relasi yang terus-menerus dibangun tanpa henti.

 

Karya Allah untuk Kehidupan Manusia

Dalam keempat bacaan kita pada hari ini, kita menemukan bahwa sesungguhnya Allah yang terlebih dahulu berkarya untuk kehidupan kita semua. Karya Allah yang sungguh-sungguh nyata itu membuat manusia bisa memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan juga dengan sesama.

 

Kitab Kejadian memberikan kesaksian bahwa Allah sudah berjuang untuk turut serta menghadirkan relasi yang baik untuk kehidupan manusia ciptaan-Nya, sehingga kita sadar bahwa sejak penciptaan, Allah berperan supaya manusia menjadikan mereka satu dalam relasi yang diperkenankan oleh Allah. Bukan karena sebatas keinginan manusia, tetapi juga ada kehendak dan karya Allah di dalamnya.

 

Kitab Mazmur memberikan penggambaran bahwa manusia yang sadar bahwa Allah yang benar-benar berjuang untuk kehidupannya akan meresponsnya dengan sungguh-sungguh juga berjuang memuliakan nama-Nya dan menjadikan Allah sebagai yang utama di dalam kehidupannya.

 

Sejalan dengan itu, Surat Ibrani juga menunjukkan bahwa upaya membangun relasi ditunjukkan lewat peran serta Allah melalui karya keselamatan dalam Yesus Kristus, yang bersedia untuk berjuang dalam mengalami penderitaan, kematian, dan kebangkitan demi menebus dosa manusia. Inilah keseriusan Allah dalam menyelamatkan manusia.

 

Maka dari itu, kerinduan kita untuk selalu membangun relasi yang sehat dengan Tuhan dan diwujudkan juga dalam hidup bersama dengan orang-orang yang sudah Tuhan hadirkan dalam kehidupan kita setiap hari, yaitu anggota keluarga kita, sahabat kita, rekan sekerja kita, saudara-saudari kita di gereja dan pelayanan kita, serta juga orang-orang lain yang Tuhan hadirkan di tengah kehidupan kita, akan menjadikan kita memiliki relasi yang sehat itu.

 

Memperjuangkan, Artinya Mengingat Sudah Dipersatukan (Mrk.10:2-9)

Di hadapan orang banyak, Yesus memperkenankan semua orang untuk belajar bahwa kehidupan manusia itu sejak awal dipersatukan oleh Allah. Dalam kasus bacaan kita, Yesus diperhadapkan dengan tatanan hidup orang-orang Israel pada masa itu yang berdasar pada ajaran Musa untuk dapat bercerai karena bangsa-Nya begitu keras hati. Akan tetapi, Yesus meluruskan ajaran kasih Allah yang menyelamatkan itu, yaitu dengan menekankan bahwa relasi yang dibangun dalam Allah, menjadikan setiap orang menjadi satu. Suzeugnumi (yang telah dipersatukan): diikat, tidak terpisahkan, erat sekali, tanpa celah.

 

Allah sendiri tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Allah selalu hadir dalam kehidupan kita. Karena itulah, “in a relationship” pada bagian ini dapat kita hayati dengan pemahaman bahwa Tuhan sudah, sedang, selalu bersungguh-sungguh menghadirkan karya terbaik bagi kehidupan kita semua.

 

Maka, Sakramen Perjamuan Kudus, selain sakral, sifatnya juga mempersatukan kita semua dalam relasi yang tidak terpisahkan, erat sekali, tanpa celah.

 

Perhatikan kalimat dalam Persiapan Perjamuan Kudus dan Pengantar: Apakah kita hidup dalam damai dengan Allah? Apakah kita hidup dalam damai dengan sesama kita: dengan istri atau suami, dengan orang tua atau anak, dengan saudara-saudara, dengan teman dan tetangga, dan dengan siapapun yang kita jumpai dalam kehidupan kita? Di dalam ketidaksempurnaan kita, kita percaya Allah menyucikan kita dari segala dosa kita, membarui hidup kita,

 

Karena itulah, kita pun akan dipersatukan dalam kasih Kristus melalui Perjamuan Kudus yang akan kita terima pada minggu ini. Itu adalah wujud persekutuan dan dipersatukan Allah yang sangat nyata yang bisa kita rasakan. Apa pun kondisi kita, Allah mempersatukan kita semua dalam tubuh dan darah Kristus.

 

Memperjuangkan, Artinya Mau Setia (Mrk.10:10-12)

Hal menarik yang juga ditampilkan oleh Yesus adalah ketika selesai berbicara di hadapan orang banyak, Yesus mengambil waktu bersama para murid-Nya untuk menjelaskan lebih mendalam ajaran-Nya. Yesus ingin menekankan bahwa ada nilai kesetiaan yang besar di dalam setiap relasi yang sehat. Yesus ingin agar para murid paham bahwa kesetiaan itulah yang dibutuhkan.

 

Kesetiaan akan diuji di sepanjang waktu. Semakin panjang usia kesetiaan kita, maka semakin besar juga kualitas kesetiaan kita. Hal ini berlaku untuk relasi kita dengan Tuhan kita, Yesus Kristus Sang Juruselamat, dan juga relasi kita dengan orang-orang di sekitar kita. Karena itulah, “in a relationship” pada bagian ini dapat kita simpulkan sebagai keinginan untuk terus-menerus membangun hubungan atas dasar kesetiaan yang kuat.

 

Jadi, jangan lagi bermain-main dengan kesetiaan! Yesus mulai menjelaskan tentang kesetiaan itu “ketika mereka sudah di rumah”, yang juga dapat direfleksikan bahwa kesetiaan itu harus dimulai dalam lingkungan terdekat kita, yaitu dari dalam rumah. Teruslah menjadi pribadi yang benar-benar setia: setia dalam Tuhan dan juga setia dengan kasih untuk orang-orang yang Tuhan hadirkan dalam kehidupan kita. Hidup bisa saja tidak abadi, tetapi kesetiaan kita di dunia akan jadi memori yang tidak akan terlupakan. Setialah dengan pasangan, setialah dengan pekerjaan, setialah dengan pelayanan dan mengasihi Tuhan!

 

Memperjuangkan, Artinya Mau Buka Hati (Mrk.10:13-16)

Ketika mereka kembali bersama dengan orang banyak, ternyata orang-orang mengajak serta anak-anak untuk berjumpa dengan Yesus. Para murid yang seharusnya sudah memahami bahwa cinta kasih itu berlaku untuk siapa saja, ternyata malah menghalangi anak-anak untuk berjumpa dengan Yesus. Yesus menyetarakan keinginan dan ketulusan anak-anak untuk berjumpa dengan-Nya seperti semangat untuk menyambut Kerajaan Allah.

 

Sebagai orang yang dewasa, kita sering membangun tembok pemisah antara kita dengan persahabatan kita. Kita membuat syarat dan ketentuan untuk membangun relasi, atau bahkan juga menyembunyikan banyak rahasia di hadapan orang yang kita kasihi hanya untuk menjaga relasi kita tetap baik-baik saja. Padahal, di dalamnya hancur luar biasa. Maka dari itu, “in a relationship” dalam bagian ini ingin mewartakan bahwa kasih Yesus yang ditampilkan-Nya memberikan teladan kepada kita untuk bersedia merobohkan setiap sekat pemisah. Sekat itu bisa berupa kebencian, kemarahan, dendam, pernah kecewa, pernah sakit hati, takut dilukai, dan lain sebagainya.

 

Jadi, jangan sekat hati dan tindakan jika kita tahu bahwa hari ini kita bisa membangun hubungan yang lebih baik. Walau mungkin kita pernah punya pengalaman tidak menyenangkan, tapi dalam kasih dan kemuliaan Tuhan, kita menemukan kekuatan. Berhenti untuk membuat tembok penyekat itu menjadi lebih tebal, menyimpan dendam, atau malah menebalkan hati kita untuk mereka yang sesungguhnya setulus hati mau menjadi sahabat dalam kehidupan kita. Karena di dalam Tuhan, setiap orang bisa dipakai untuk menghadirkan kebaikan dalam kehidupan kita.

 

Keluarga yang Memperjuangkan Persatuan

Jika kita secara khusus menerapkan dalam keluarga, ingatlah bahwa seumur hidup kita “in a relationship”, bukanlah sebatas status tetapi itu adalah alur kehidupan kita, di mana kita harus selalu membangun relasi yang sehat dengan Tuhan dan dengan keluarga kita: Kita dipersatukan Allah, Kita adalah orang-orang yang Setia, Kita bersedia membuka hati kita untuk kebaikan Tuhan lewat semua anggota keluarga dan orang-orang yang ada di dekat kita. (ra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar