KELUARGA YANG MEMPERJUANGKAN PERSATUAN
(MINGGU BIASA)
Kejadian 2:18-24 | Mazmur
8 | Ibrani 1:1-4, 2:5-12 | Markus 10:2-16
In A Relationship
“In
a relationship”. Kira-kira demikianlah simpulan dari bacaan leksionari pada
minggu ini. Dari situlah juga, kita berangkat untuk merefleksikan bahwa “in a
relationship” bukanlah sebuah status di media sosial yang biasanya dipamerkan untuk
menunjukkan hubungan yang dekat dengan seseorang, tetapi “in a relationship” merupakan
relasi yang terus-menerus dibangun tanpa henti.
Karya Allah untuk Kehidupan Manusia
Dalam
keempat bacaan kita pada hari ini, kita menemukan bahwa sesungguhnya Allah yang
terlebih dahulu berkarya untuk kehidupan kita semua. Karya Allah yang
sungguh-sungguh nyata itu membuat manusia bisa memiliki relasi yang baik dengan
Tuhan dan juga dengan sesama.
Kitab Kejadian memberikan kesaksian bahwa Allah sudah
berjuang untuk turut serta menghadirkan relasi yang baik untuk kehidupan
manusia ciptaan-Nya, sehingga kita sadar bahwa sejak penciptaan, Allah berperan
supaya manusia menjadikan mereka satu dalam relasi yang diperkenankan oleh
Allah. Bukan karena sebatas keinginan manusia, tetapi juga ada kehendak dan
karya Allah di dalamnya.
Kitab Mazmur memberikan penggambaran bahwa manusia yang
sadar bahwa Allah yang benar-benar berjuang untuk kehidupannya akan
meresponsnya dengan sungguh-sungguh juga berjuang memuliakan nama-Nya
dan menjadikan Allah sebagai yang utama di dalam kehidupannya.
Sejalan
dengan itu, Surat Ibrani juga menunjukkan bahwa upaya membangun
relasi ditunjukkan lewat peran serta Allah melalui karya keselamatan dalam
Yesus Kristus, yang bersedia untuk berjuang dalam mengalami penderitaan,
kematian, dan kebangkitan demi menebus dosa manusia. Inilah keseriusan Allah
dalam menyelamatkan manusia.
Maka
dari itu, kerinduan kita untuk selalu membangun relasi yang sehat dengan Tuhan
dan diwujudkan juga dalam hidup bersama dengan orang-orang yang sudah Tuhan
hadirkan dalam kehidupan kita setiap hari, yaitu anggota keluarga kita, sahabat
kita, rekan sekerja kita, saudara-saudari kita di gereja dan pelayanan kita,
serta juga orang-orang lain yang Tuhan hadirkan di tengah kehidupan kita, akan
menjadikan kita memiliki relasi yang sehat itu.
Memperjuangkan, Artinya Mengingat Sudah Dipersatukan
(Mrk.10:2-9)
Di
hadapan orang banyak, Yesus memperkenankan semua orang untuk belajar bahwa
kehidupan manusia itu sejak awal dipersatukan oleh Allah. Dalam kasus bacaan
kita, Yesus diperhadapkan dengan tatanan hidup orang-orang Israel pada masa itu
yang berdasar pada ajaran Musa untuk dapat bercerai karena bangsa-Nya begitu
keras hati. Akan tetapi, Yesus meluruskan ajaran kasih Allah yang menyelamatkan
itu, yaitu dengan menekankan bahwa relasi yang dibangun dalam Allah, menjadikan
setiap orang menjadi satu. Suzeugnumi (yang telah dipersatukan): diikat,
tidak terpisahkan, erat sekali, tanpa celah.
Allah
sendiri tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Allah selalu hadir dalam
kehidupan kita. Karena itulah, “in a relationship” pada bagian ini dapat
kita hayati dengan pemahaman bahwa Tuhan sudah, sedang, selalu bersungguh-sungguh
menghadirkan karya terbaik bagi kehidupan kita semua.
Maka,
Sakramen Perjamuan Kudus, selain sakral, sifatnya juga mempersatukan kita semua
dalam relasi yang tidak terpisahkan, erat sekali, tanpa celah.
Perhatikan kalimat dalam Persiapan Perjamuan Kudus dan
Pengantar: Apakah kita hidup dalam damai dengan Allah? Apakah kita hidup
dalam damai dengan sesama kita: dengan istri atau suami, dengan orang tua atau
anak, dengan saudara-saudara, dengan teman dan tetangga, dan dengan siapapun
yang kita jumpai dalam kehidupan kita? Di dalam ketidaksempurnaan kita, kita
percaya Allah menyucikan kita dari segala dosa kita, membarui hidup kita,
Karena
itulah, kita pun akan dipersatukan dalam kasih Kristus melalui Perjamuan Kudus
yang akan kita terima pada minggu ini. Itu adalah wujud persekutuan dan
dipersatukan Allah yang sangat nyata yang bisa kita rasakan. Apa pun kondisi
kita, Allah mempersatukan kita semua dalam tubuh dan darah Kristus.
Memperjuangkan, Artinya Mau Setia (Mrk.10:10-12)
Hal
menarik yang juga ditampilkan oleh Yesus adalah ketika selesai berbicara di
hadapan orang banyak, Yesus mengambil waktu bersama para murid-Nya untuk
menjelaskan lebih mendalam ajaran-Nya. Yesus ingin menekankan bahwa ada
nilai kesetiaan yang besar di dalam setiap relasi yang sehat. Yesus ingin
agar para murid paham bahwa kesetiaan itulah yang dibutuhkan.
Kesetiaan
akan diuji di sepanjang waktu. Semakin panjang usia kesetiaan kita, maka
semakin besar juga kualitas kesetiaan kita. Hal ini berlaku untuk relasi kita
dengan Tuhan kita, Yesus Kristus Sang Juruselamat, dan juga relasi kita dengan
orang-orang di sekitar kita. Karena itulah, “in a relationship” pada
bagian ini dapat kita simpulkan sebagai keinginan untuk terus-menerus
membangun hubungan atas dasar kesetiaan yang kuat.
Jadi,
jangan lagi bermain-main dengan kesetiaan! Yesus mulai menjelaskan tentang
kesetiaan itu “ketika mereka sudah di rumah”, yang juga dapat direfleksikan
bahwa kesetiaan itu harus dimulai dalam lingkungan terdekat kita, yaitu dari
dalam rumah. Teruslah menjadi pribadi yang benar-benar setia: setia dalam Tuhan
dan juga setia dengan kasih untuk orang-orang yang Tuhan hadirkan dalam
kehidupan kita. Hidup bisa saja tidak abadi, tetapi kesetiaan kita di dunia
akan jadi memori yang tidak akan terlupakan. Setialah dengan pasangan, setialah
dengan pekerjaan, setialah dengan pelayanan dan mengasihi Tuhan!
Memperjuangkan, Artinya Mau Buka Hati (Mrk.10:13-16)
Ketika
mereka kembali bersama dengan orang banyak, ternyata orang-orang mengajak serta
anak-anak untuk berjumpa dengan Yesus. Para murid yang seharusnya sudah
memahami bahwa cinta kasih itu berlaku untuk siapa saja, ternyata malah
menghalangi anak-anak untuk berjumpa dengan Yesus. Yesus menyetarakan keinginan
dan ketulusan anak-anak untuk berjumpa dengan-Nya seperti semangat untuk
menyambut Kerajaan Allah.
Sebagai
orang yang dewasa, kita sering membangun tembok pemisah antara kita dengan
persahabatan kita. Kita membuat syarat dan ketentuan untuk membangun relasi,
atau bahkan juga menyembunyikan banyak rahasia di hadapan orang yang kita
kasihi hanya untuk menjaga relasi kita tetap baik-baik saja. Padahal, di
dalamnya hancur luar biasa. Maka dari itu, “in a relationship” dalam
bagian ini ingin mewartakan bahwa kasih Yesus yang ditampilkan-Nya memberikan
teladan kepada kita untuk bersedia merobohkan setiap sekat pemisah.
Sekat itu bisa berupa kebencian, kemarahan, dendam, pernah kecewa, pernah sakit
hati, takut dilukai, dan lain sebagainya.
Jadi,
jangan sekat hati dan tindakan jika kita tahu bahwa hari ini kita bisa
membangun hubungan yang lebih baik. Walau mungkin kita pernah punya pengalaman
tidak menyenangkan, tapi dalam kasih dan kemuliaan Tuhan, kita menemukan
kekuatan. Berhenti untuk membuat tembok penyekat itu menjadi lebih tebal,
menyimpan dendam, atau malah menebalkan hati kita untuk mereka yang
sesungguhnya setulus hati mau menjadi sahabat dalam kehidupan kita. Karena
di dalam Tuhan, setiap orang bisa dipakai untuk menghadirkan kebaikan dalam
kehidupan kita.
Keluarga yang Memperjuangkan Persatuan
Jika
kita secara khusus menerapkan dalam keluarga, ingatlah bahwa seumur hidup kita “in
a relationship”, bukanlah sebatas status tetapi itu adalah alur kehidupan kita,
di mana kita harus selalu membangun relasi yang sehat dengan Tuhan dan dengan keluarga
kita: Kita dipersatukan Allah, Kita adalah orang-orang yang Setia, Kita
bersedia membuka hati kita untuk kebaikan Tuhan lewat semua anggota keluarga
dan orang-orang yang ada di dekat kita. (ra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar