(MINGGU BIASA)
Bil. 11 : 4 - 6, 10 - 16, 24 - 29; Mzm. 19 : 7 - 14; Yak. 5 : 13 - 20; Mrk. 9 : 38 - 50
Setiap orang dalam dunia ini lahir untuk berkarya. Bahkan setiap orang diberi Tuhan kemampuan yang berbeda untuk melakukan karya-karyanya. Ada yang berkarya sebagai dokter, pendeta, guru, teller bank, akuntan, tukang sampah, dan beragam karya lainnya yang dapat dilakukan. Mengapa manusia perlu berkarya? Bukan hanya supaya manusia itu bisa menghasilkan sesuatu atau untuk bertahan hidup, tetapi kita berkarya karena sejatinya Allah kita terus berkarya. Dan karya Allah yang tak terbatas itu diceritakan dalam bacaan hari ini.
Di kitab Bilangan 11 menceritakan bagaimana bangsa Israel yang telah keluar dari tanah Mesir, sedang melakukan perjalanan ke tanah Kanaan. Dalam perjalanan itu, mereka sempat mengeluh pada Musa karena makanan yang sehari-hari mereka makan hanya manna. Sementara waktu di Mesir mereka dapat makan menu lainnya, yaitu mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih (ay. 5).
Dalam kondisi makan manna tiap hari, mereka mengeluh, menangis dan mulai merana karena ingin makan menu yang lain, yaitu daging. Namun karena mereka di tengah padang gurun, tentu sangat sulit bagi mereka untuk mendapat menu mewah itu. Andaipun ada tidak bisa memenuhi ratusan orang Israel kala itu. Ketika mereka mengeluh pada Musa, yang Musa lakukan adalah mengeluh pada Tuhan. Sekalipun isi keluhan itu bukan menampakkan keberserahan Musa pada Tuhan, melainkan keraguan atas karya Tuhan (ay. 10 - 15). Padahal sebelumnya, Tuhan sudah menunjukkan karyaNya yang tak terbatas untuk Musa dan bangsa Israel dengan membebaskan mereka dari Mesir. Tetapi keraguan, tekanan, keinginan manusia yang berlebihan seringkali membuat manusia lupa akan karya Allah dalam kehidupan.
Di tengah-tengah kondisi itu, yang Allah lakukan adalah mengumpulkan para tua-tua Israel 70 orang dan menaruh Roh Tuhan pada mereka sehingga mereka mengalami kepenuhan seperti nabi (ay. 16, 24 - 25). Untuk apa Tuhan lakukan itu? Beberapa penafsir mengungkapkan supaya Musa yang kala itu panik dan tidak melihat karya Tuhan, dapat ditenangkan Tuhan melalui para nabi yang mengalami kepenuhan. Para nabi yang mengalami kepenuhan ini pun dapat memahami rencana Tuhan dan menenangkan ratusan orang-orang Israel kala itu.
Melihat bagian ini, kita dapat belajar bahwa Tuhan juga tetap berkarya untuk Musa dengan memakai para tua Israel untuk memahami rencana Tuhan dan mengerti kondisi Musa sebagai utusan Tuhan yang sedang dihimpit oleh keluhan orang Israel. Karya Tuhan juga tak terbatas karena di perikop selanjutnya Tuhan yang membawa burung-burung puyuh untuk menjadi santapan orang Israel. Ia memenuhi kebutuhan mereka yang ingin makan daging. Sungguh karya yang tak terbatas.
Itulah mengapa pemazmur juga dalam Mazmur 19 mengungkapkan keagungan dan pujianNya akan karya Tuhan. Sebab karya Tuhan bukan hanya terbatas pada manusia. Tetapi tak terbatas, sebab langit, bumi dan alam pun dapat menceritakan dan memberitakan karya dan perbuatan Tuhan.
Bahkan dalam Injil pun menceritakan, Tuhan pun dapat berkarya bukan hanya pada murid-murid Tuhan. Tetapi juga pada orang lain. Markus 9 menceritakan pengaduan Yohanes kepada Yesus sebab “kami melihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah dia, karena ia bukan pengikut kita.” Namun Yesus justru berkata kepada mereka “Jangan kamu cegah dia! sebab, tidak ada seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku.”
Mengapa Yesus membiarkan? Karena Yesus pun mau mengajarkan kepada para muridNya bahwa karya Allah itu tanpa batas. Allah dapat memakai orang asing sekalipun, untuk menjadi berkat Tuhan. Maka Allah mengajak para muridNya untuk senantiasa mempunyai garam dalam dirimu (punya rasa, peka, guna, karya) dan hidup berdamai seorang dengan yang lain (ay. 50b) agar bisa saling berkarya untuk memuliakan Allah.
Saudaraku, dari bacaan hari ini kita sama-sama mau belajar bahwa:
- Karya Allah itu tak terbatas. Ia dapat berkarya dalam beragam cara entah itu dalam diri kita, melalui orang lain di sekitar kita atau melalui alam ini untuk menunjukkan bahwa Ia tanpa batas.
- Sayangnya kita seringkali sukar melihat karya Allah ketika kita dalam keraguan, tekanan atau keinginan yang berlebihan. Karena semua itu membuat dapat membuat kita lupa untuk melihat karya Allah yang telah tersedia. Mari fokuskan diri kita pada karya Allah yang ada, sehingga tak selamanya kita lupa akan karyaNya. Sebab Ia tak pernah lupa untuk berkarya dalam hidup kita. Belajarlah mencukupkan diri kita.
- Kita pun dipanggil bukan hanya mengetahui Allah kita terus berkarya. Tapi kita juga dipanggil untuk saling berkarya dengan mempunyai garam dalam diri kita agar kita bisa saling menjadi berkat Allah untuk sesama.
Tuhan menolong kita semua. Amin (mc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar