Minggu Paska
Yesaya 65:17-25 | Mazmur 118:1-2, 14-24 | Kisah Para Rasul 10:34-43 | Lukas 24:1-12
Percaya Saudara bahwa Yesus benar-benar bangkit? Belakangan ini, ada cerita soal anggota gereja yang mulai goyah, karena mendapat pertanyaan-pertanyaa dari orang-orang di sekitarnya, "Benarkah Yesusmu bangkit?" Ada kemungkinan pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena ada klaim-klaim yang terlihat ilmiah dan historis bahwa Yesus tidak bangkit. Dulu, tahun 1980-an pernah ditemukan makam yang katanya adalah makam keluarga Yesus di Kota Talpiot, yang disimpulkan bahwa Yesus tidak bangkit. Ada juga tulisan-tulisan yang dengan yakin berkata bahwa kalau kubur Yesus kosong, bukan berarti Yesus bangkit, sebab tidak ada buktinya. Kesimpulan yang lebih kuat adalah jenazah-Nya diambil dan dipindakan ke tempat lain. Ada banyak kabar dan berita yang menggugurkan dasar kepercayaan Kristen tentang kebangkitan Kristus. Pokok iman inilah yang sering menjadi sasaran dari teori, hipotesis, dan penemuan yang didaulat sebagai "historis" dan "ilmiah".
Kesaksian Injil Lukas menyatakan bahwa para saksi pertama kebangkitan Yesus, para perempuan, dua Maria dan Yohana, juga hanya menemukan kubur yang kosong. Mereka tidak langsung bertemu dengan Yesus. Respons awal mereka pasti syok, berusaha memproses apa yang mereka saksikan. Ketika otak mereka sedang memproses informasi itu, hadirlah dua sosok yang berpakaian putih kemilau, mengatakan, "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?" Mereka mau berkata bahwa jika Ia tidak ada di dalam kubur, itu artinya Ia telah bangkit. Teguran dua orang berpakaian kemilauan itu sekaligus menjadi pewartaan mengenai kebangkitan Yesus. Pewartaan itu dilanjutkan dengan ajakan untuk mengingat, "Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea ..." Dalam kondisi trauma dan ketakutan, kadang otak kita tidak bisa memproses informasi dengan baik, sulit untuk mengingat. Inilah yang dialami para perempuan in, mereka lebih mengingat hal-hal yang buruk, seperti trauma dan ketakutan mereka akan sengsara dan kematian Yesus. Mereka pun melupakan janji Tuhan bahwa Ia akan bangkit dan tidak menyadari bahwa kubur kosong adalah bukti Ia setia pada janji-Nya.
Karena itu, kedua sosok itu hadir unruk mengingatkan mereka akan janji Tuhan. "Teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu." Ingatan inilah yang menggerakkan para perempuan ini untuk percaya bahwa Kristus sudah bangkit. Kubur kosong adalah tanda Yesus bangkit, bukan kerena jenazah-Nya dicuri atau dipindahkan. Dalam kondisi otak mereka yang masih memproses informasi yang begitu di luar nurul mereka, mereka percaya. Karena itu, mereka kembali kepada para murid yang lain. Apa yang mereka lakukan? Kelanjutan dari percaya, yakni bersaksi. Mereka menceritakan semua kepada para rasul dan suadara yang lain. Sebagai perempuan dalam masyarakat Yahudi yang patriarkis, mereka kerap dianggap lemah dan kurang dianggap di tengah komunitas. Namun, itu tidak mengurangi semangat para perempuan itu untuk menyampaikan berita kebangkitan Tuhan Yesus sesuai dengan perkataan-Nya yang mereka ingat dan sesuai dengan fakta kubur kosong yang mereka lihat. Benar saja, kesaksian mereka tidak dipercaya para murid yang lain, bahkan dikatakan omong kosong. Dalam bahasa Yunani, “omong kosong” ini memakai kata leros yang secara harfiah punya arti ‘mengigau’, ‘menceracau’, ‘bicara tanpa sadar’. Jadi dalam pikiran para murid lainnya, perempuan-perempuan yang kembali dari kubur Yesus itu sedang bermimpi, mengigau, atau meracau tentang Yesus yang bangkit.
Inilah respons para murid karena trauma mereka. Ingatan mereka diliputi ketakuan dan trauma, sehingga mereka pun melupakan perkataan Yesus tentang kebangkitan-Nya. Mendengar informasi dari para peremupuan, otak mereka merespons dengan penyangkalan. Namun, dalam ketakutannya, Petrus penasaran. Ia sulit untuk percaya, karena itu ia mau melihat sendiri, maka ia cepat-cepat pergi ke kubur. Ia pun melihat kubur yang kosong. apakah kemudian kubur kosong itu mengingatkan dia kembali akan janji Yesus dan kemudian percaya tidak dikatakan dalam perikop kita. Namun, jika merujuk pada ayat 34, kita melihat bahwa Tuhan telah menampakkan diri kepada Simon. Simon Petrus pun percaya, dan inilah yang menggerakan ia juga untuk bersaksi, bahkan bukan hanya kepada orang Yahudi, tetapi juga kepada bangsa lain. Inilah yang dipersaksikan Kisah Para Rasul ketika ia membaptis Kornelius, seorang perwira pasukan Italia. Kesaksian Petrus ini menunjukakn bahwa Kristus bukan hanya bangkit sdan hidup, tetapi juga memberi kehidupan. Tindakan Petrus yang masuk ke rumah seorang bukan Yahudi, melawan tradisi, menjadi kesaksian bagi kita bahwa Kristus bangkit dan menghidupkan semua orang, merangkul semua tapa diskriminasi dan membeda-bedakan. Karena itulah juga berita kebangkitan itu dinyatakan pertama kali kepada para perempuan yang sering kali didiskriminasi dalam masyarakat.
Kebangkitan Kristus menggunah ingatan dan iman para perempuan sehingga mereka berani bersaksi sekalipun di tengah diskriminasi; juga Petrus yang pada awalnya sangsi, tetapi kemudian menjadi saksi, bahkan dengan kesaksian yang mendobrak tradisi dan melawan diskriminasi. Dengan mengingat dan percaya, kita pun diberi kekuatan untuk bersaksi. Bersaksi bukanlah soal meng-counter klaim-klaim ketidakbangkitan Yesus berdasarkan bukti-bukti "ilmiah" dan "historis", melainkan dengan tutur kata dan karya kita yang menghadirkan kehidupan, ketika dunia saat ini berproses ke arah kematian. Kematian itu bukanlah kematian fisik melainkan kekerasan, diskriminasi, permusuhan, ketidakadilan, penindasan, juga ekploitasi dan pencemaran lingkungan hidup. Kekesarasan dan kesewenang-wenangan aparat; para pejabat pemerintahan yang mempertontonkan kebobrokan, suap, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan; masyarakat yang juga menjadi cerminan dari pemerintahnya; diskriminasi dan persekusi, penolakan bahkan kekerasan terhadap kelompok yang berbeda; eksploitasi terhadap para pekerja dan buruh. Dunia pun menuju krisis global kerena pertengkaran duo gemini. Kematian dan kehancuran yang lain pun kita saksikan sehari-hari, sampah-sampah plastik mengotori dan merusak lingkungan darat dan laut, bahkan membawa kematian pada hewan-hewan dan tumbuhan.
Kebangkitan Kristus adalah juga kebangkitan semesta, karena Ia menghadirkan kehidupan untuk semesta. Kebangkitan-Nya memberikan kehidupan yang melawan ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan penindasan dan eksploitasi. Ia merangkul mereka yang disingkirkan dari masyarakat, Ia mendamaikan dan memulihkan relasi yang rusak, Ia memberikan keberanian dan pengharapan bagi mereka yang ketakutan. Melalui momen kebangkitan Kristus, kita pun diajak untuk menjadi saksi kebangkitan, yakni membawa perdamaian di tengah permusuhan, memperjuangkan keadilan dan melawan diskriminasi, menolak kekerasan dan terorisme, serta berjuang untuk kelestarian dan pemulihan lingkungan hidup. Amin. (ThN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar