Jumat, 12 Juli 2019

BELAS KASIHAN BUKAN MENGABAIKAN



Ulangan 30 : 9 – 14; Mazmur 25 : 1 – 10; Kolose 1 : 1 – 14; Lukas 10 : 25 – 37

Di Youtube ada sebuah acara namanya “social experiment” atau tes sosial, yang sengaja dibuat oleh orang Indonesia untuk mengetahui nilai sosial masyarakat Indonesia. Di salah 1 tes sosial, menampilkan seorang nenek tua yang dengan sengaja dikasih pakaian agak robek (lusuh). Nenek ini juga mendapat tugas sederhana dari kru acara ini, yaitu menanyakan sebuah alamat yang ia bawa di secarik kertas kepada orang-orang yang ia temui di jalan. Namun misi terpentingnya bukan hanya tanya alamat, tetapi ia akan dinyatakan berhasil jika ada orang yang mau mengantarnya ke alamat yang dituju.
Oleh kru, nenek ini ditaruh di titik yang tidak terlalu jauh dari rumah yang hendak dituju. Sehingga harusnya orang-orang yang ia temui, mudah untuk membantu. Nenek pun mulai berjalan dan bertanya. Dia bertanya kepada orang pertama, namun belum selesai bertanya. Orang itu menjawab “saya sibuk. Saya buru-buru.” Tanya orang berikutnya, jawabannya “Saya tidak tahu.” Nenek itu berjalan lagi dan bertanya di sebuah warung. Ia malah disuruh pergi (diusir) karena dianggap pengemis. Ketika ia sampai di pangkalan ojek kecil, ada 2 tukang ojek di sana. Tukang ojek cuma bilang “jalan terus aja bu, nanti gang ke-2 di sebelah kiri. Nanti di sana nenek tanya lagi karena itu sudah dekat.”
Setelah mendapat jawaban, nenek itu dengan memelas berkata, “apa bisa tolong antar saya? dari tadi saya cari alamat rumah ini tapi ngga nemu-nemu. Nenek juga capek karena jalan kaki terus.” Apa yang kemudian terjadi? Berhasilkah ia? Salah 1 di antara bapak ojek itu berkata, “saya tidak bisa. Lagi nunggu penumpang nek.” Yang lain bilang, “saya juga tidak bisa karena saya mau pulang.” Akhirnya nenek itu jalan lagi. 30 menit nenek itu jalan dan bertanya tapi ternyata tak seorang pun mau mengantarnya sampai di alamat yang dituju.
          Saudara, dari “tes sosial” ini, kita melihat bahwa ternyata betapa banyaknya orang yang masih mengabaikan orang lain. Mengapa?
-      Sibuk dengan diri sendiri
-      Memperhatikan penampilan orang. Nenek tadi saja diusir karena dianggap pengemis.
-      Ngga dikenal
-      Bodo amat
-      Ketakutan. Ada banyak orang jaman sekarang takut menolong orang lain, karena siapa tahu dia tukang tipu, pencopet.
-      dan alasan2 lain
Intinya, bukankah di jaman sekarang, semakin banyak orang terabaikan? Dan nampaknya dunia semakin miskin belas kasihan? Lantas apa yang harus kita lakukan?

Saudara,
Di jaman Yesus juga, makin banyak orang sibuk dengan dirinya, melihat penampilan dulu baru menolong, apatis dengan orang sekitar juga marak terjadi. Itu sebabnya dalam bacaan Injil Lukas 10, Yesus secara sengaja dalam kisah orang Samaria yang baik hati menegur umat terkhusus kaum imam dan orang Lewi. Imam adalah orang yang melayani di Bait Allah dan orang Lewi menempati posisi khusus sebagai penjaga dan pemelihara Bait Allah. Namun, mereka hanya mementingkan jabatannya, kesibukannya, ritual keagamaan tapi tidak ada belas kasihan dalam kehidupan sehari-hari.
          Sementara orang Samaria, orang yang sering direndahkan orang Yahudi karena mereka adalah hasil perkawinan campur antara orang Yahudi dan non-Yahudi (tidak murni Yahudi), dipandang sebagai orang yang tidak benar (najis), dan ibadah mereka pun dianggap tidak benar. Justru membuktikan, sekalipun direndahkan, tapi hatinya ada kasih. Terbukti ia tidak mengabaikan orang yang terluka, yang tidak ia kenal itu. Ia mendatanginya, membalut luka-lukanya, menyirami luka itu dengan minyak dan anggur sebagai pertolongan pertama, menaikkannya ke atas keledai tunggangannya, dibawa ke tempat penginapan dan merawatlah (full service).
Apa yang dilakukannya menunjukkan ia punya belas kasih. Ia punya kasih yang bukan sekadar rasa kasihan tapi kasih dan aksi. Bahkan ia rela mengorbankan banyak hal: waktu, tenaga, uang. Karena apa ia melakukan kasih dan mau berkorban sedemikian besar untuk orang yang tidak ia kenal itu? Bisa jadi, karena dia tidak mau orang lain merasakan yang ia rasakan. Diabaikan, direndahkan, tidak dicintai. Pahit.
Mother Theresa pernah mengatakan “Being unwanted, unloved, uncared for, forgotten by everybody, I think that is a much greater hunger, a much greater poverty than the person who has nothing to eat.” (menjadi orang yang tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan, dilupakan semua orang, aku rasa itulah kelaparan terbesar bahkan kemiskinan yang melebih seorang yang miskin dan tidak memiliki apapun untuk dimakan)
Dari kisah ini, Yesus mau supaya setiap orang yang mendengar pengajaranNya juga belajar dari kisah ini, yaitu hiduplah dengan belas kasih kepada orang lain. Sekalipun tidak dikenal, sekalipun berkorban banyak hal, sekalipun kamu direndahkan dan dianggap sok baik. Jika orang Samaria bisa berbelas kasih dan menunjukkan kasihnya. Kita juga pasti bisa. Tuhan memampukan kita semua.

2 komentar:

  1. Halo siapa pengelola blog ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo... mohon maaf baru merespon. blog ini dikelola oleh bbrp calon pdt dan pdt.

      Hapus