Ulangan 30 : 9 – 14; Mazmur 25 : 1 – 10; Kolose 1 : 1 – 14; Lukas 10 : 25 – 37
Di Youtube ada sebuah acara namanya “social
experiment” atau tes sosial, yang sengaja dibuat oleh orang Indonesia untuk
mengetahui nilai sosial masyarakat Indonesia. Di salah 1 tes sosial,
menampilkan seorang nenek tua yang dengan sengaja dikasih pakaian agak robek
(lusuh). Nenek ini juga mendapat tugas sederhana dari kru acara ini, yaitu menanyakan sebuah alamat yang ia bawa di secarik
kertas kepada orang-orang yang ia temui di jalan. Namun misi terpentingnya bukan
hanya tanya alamat, tetapi ia akan dinyatakan berhasil jika ada orang yang mau
mengantarnya ke alamat yang dituju.
Oleh kru, nenek ini ditaruh di titik yang
tidak terlalu jauh dari rumah yang hendak dituju. Sehingga harusnya orang-orang
yang ia temui, mudah untuk membantu. Nenek pun mulai berjalan dan bertanya. Dia
bertanya kepada orang pertama, namun belum selesai bertanya. Orang itu menjawab
“saya sibuk. Saya buru-buru.” Tanya
orang berikutnya, jawabannya “Saya tidak
tahu.” Nenek itu berjalan lagi dan bertanya di sebuah warung. Ia malah disuruh pergi (diusir) karena dianggap
pengemis. Ketika ia sampai di pangkalan ojek kecil, ada 2 tukang ojek di
sana. Tukang ojek cuma bilang “jalan
terus aja bu, nanti gang ke-2 di sebelah kiri. Nanti di sana nenek tanya lagi
karena itu sudah dekat.”
Setelah mendapat jawaban, nenek itu dengan
memelas berkata, “apa bisa tolong antar saya? dari tadi saya cari alamat rumah
ini tapi ngga nemu-nemu. Nenek juga capek karena jalan kaki terus.” Apa yang
kemudian terjadi? Berhasilkah ia? Salah 1 di antara bapak ojek itu berkata, “saya tidak bisa. Lagi nunggu penumpang
nek.” Yang lain bilang, “saya juga
tidak bisa karena saya mau pulang.” Akhirnya nenek itu jalan lagi. 30 menit
nenek itu jalan dan bertanya tapi ternyata tak seorang pun mau mengantarnya
sampai di alamat yang dituju.
Saudara, dari “tes sosial” ini, kita
melihat bahwa ternyata betapa banyaknya orang yang masih mengabaikan orang
lain. Mengapa?
-
Sibuk dengan diri sendiri
-
Memperhatikan penampilan orang. Nenek tadi
saja diusir karena dianggap pengemis.
-
Ngga dikenal
-
Bodo amat
-
Ketakutan. Ada banyak orang jaman sekarang
takut menolong orang lain, karena siapa tahu dia tukang tipu, pencopet.
-
dan alasan2 lain
Intinya, bukankah di jaman sekarang, semakin
banyak orang terabaikan? Dan nampaknya dunia semakin miskin belas kasihan? Lantas
apa yang harus kita lakukan?
Saudara,
Di jaman Yesus juga, makin banyak orang
sibuk dengan dirinya, melihat penampilan dulu baru menolong, apatis dengan
orang sekitar juga marak terjadi. Itu sebabnya dalam bacaan Injil Lukas 10, Yesus
secara sengaja dalam kisah orang Samaria yang baik hati menegur umat terkhusus
kaum imam dan orang Lewi. Imam adalah orang yang melayani di Bait Allah dan
orang Lewi menempati posisi khusus sebagai penjaga dan pemelihara Bait Allah.
Namun, mereka hanya mementingkan jabatannya, kesibukannya, ritual keagamaan
tapi tidak ada belas kasihan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara orang Samaria, orang yang sering
direndahkan orang Yahudi karena mereka adalah hasil perkawinan campur antara
orang Yahudi dan non-Yahudi (tidak murni Yahudi), dipandang sebagai orang yang
tidak benar (najis), dan ibadah mereka pun dianggap tidak benar. Justru
membuktikan, sekalipun direndahkan, tapi hatinya ada kasih. Terbukti ia tidak
mengabaikan orang yang terluka, yang tidak ia kenal itu. Ia mendatanginya,
membalut luka-lukanya, menyirami luka itu dengan minyak dan anggur sebagai
pertolongan pertama, menaikkannya ke atas keledai tunggangannya, dibawa ke
tempat penginapan dan merawatlah (full
service).
Apa yang dilakukannya menunjukkan ia punya
belas kasih. Ia punya kasih yang bukan sekadar rasa kasihan tapi kasih dan
aksi. Bahkan ia rela mengorbankan banyak hal: waktu, tenaga, uang. Karena apa
ia melakukan kasih dan mau berkorban sedemikian besar untuk orang yang tidak ia
kenal itu? Bisa jadi, karena dia tidak mau orang lain merasakan yang ia
rasakan. Diabaikan, direndahkan, tidak dicintai. Pahit.
Mother Theresa pernah mengatakan “Being unwanted, unloved, uncared for, forgotten by everybody, I think
that is a much greater hunger, a much greater poverty than the person who has
nothing to eat.” (menjadi orang yang tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan, dilupakan semua orang, aku rasa itulah kelaparan terbesar bahkan kemiskinan yang melebih seorang yang miskin dan tidak memiliki apapun untuk dimakan)
Dari kisah ini, Yesus mau supaya setiap
orang yang mendengar pengajaranNya juga belajar dari kisah ini, yaitu hiduplah
dengan belas kasih kepada orang lain. Sekalipun tidak dikenal, sekalipun
berkorban banyak hal, sekalipun kamu direndahkan dan dianggap sok baik. Jika
orang Samaria bisa berbelas kasih dan menunjukkan kasihnya. Kita juga pasti
bisa. Tuhan memampukan kita semua.
Halo siapa pengelola blog ini?
BalasHapushalo... mohon maaf baru merespon. blog ini dikelola oleh bbrp calon pdt dan pdt.
Hapus