(Minggu Biasa)
1 Raja-raja 19 : 9 – 18; Mazmur 85 : 9 – 14; Roma 10 : 5 –
15; Matius 14 : 22 – 33
1 Raja-raja 19 berkisah tentang bagaimana Elia, seorang nabi
Allah sedang bersembunyi di sebuah gua. Mengapa ia bersembunyi? Karena (ay. 1)
Elia sudah membunuh semua nabi-nabi Izebel, ratu Yehuda yang percaya pada baal.
Namun sesudah membunuh semua nabi-nabi Izebel yang menyesatkan bangsa Israel,
Elia justru lari dan bersembunyi. Mengapa Elia harus lari dan bersembunyi
padahal ia berhasil membunuh semua nabi-nabi Izebel yang menyesatkan bangsa
Israel? Karena setelah Izebel mengetahui bahwa nabi-nabinya dibunuh, Izebel akan
membuat nyawa Elia sama seperti nyawa salah seorang dari mereka (ay. 2). Itu
artinya, Elia saat itu sedang berstatus “wanted” dicari, buronan untuk dibunuh.
Itu sebabnya ia lari dan bersembunyi.
Dalam persembunyiannya, Tuhan bertanya tentang apa yang Elia
lakukan? Dengan bangga atas apa yang telah ia lakukan, namun dalam rasa takut
karena sedang bersembunyi, Elia katakan (ay. 10) “Aku bekerja segiat-giatnya
bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu,
meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku
seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Di
tengah perasaan yang berkecamuk yang dialami oleh Elia, Allah justru katakan (ay.
11) “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN
lalu!
Wah jika kita jadi Elia saat itu, percayakah kita? apakah
kita akan melakukan apa yang Allah katakan? bisa jadi, kita ngga yakin. Bisa
jadi, kita ngga percaya. Bisa jadi, kita ngga akan ke mana-mana dan memilih
untuk tetap bersembunyi. Nampaknya demikian juga dengan Elia. Sekalipun ia adalah
abdi Allah namun ia pun masih hanya berani sampai di luar gua alias berdiri di
pintu gua, belum seperti yang dikatakan Allah, di atas gunung. (ay. 13). Namun sekalipun
Elia tidak mengikuti kata Tuhan, tidak percaya pada kata-kata Tuhan, Tuhan
tidak marah. Tuhan memahami ketakutan Elia dan keraguan Elia pada Tuhan. Namun
Tuhan juga tidak tinggal diam. Ia punya beragam cara untuk meyakinkan Elia dan
membuat Elia percaya pada penyertaanNya.
Salah satunya adalah Tuhan masih berfirman kepada Elia di ay.
15 – 17, “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun
ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi
raja atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas
Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi
menggantikan engkau. Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh
Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.”
Ternyata ay. 15 – 17 ini menjadi cara
Tuhan untuk mengingatkan Elia, supaya ia terus percaya pada Tuhan sekalipun
dalam kondisi sulit. Mengapa? Karena Tuhan masih percaya pada Elia. Terbukti
Tuhan masih mempercayakan tugas kenabian padanya. Bahwa ia akan mengurapi raja
Israel yang baru menggantikan Ahab dan mengurapi Elisa sebagai nabi yang akan
menggantikannya. Oleh karena Allah masih mempercayai tugas kenabian ini untuknya,
maka seharusnya ia juga tetap percaya pada Allah dan penyertaanNya.
Bukan hanya Elia yang ketika dalam
kondisi tertekan menjadi tidak percaya pada Tuhan. Dalam bacaan Injil, Matius
14 juga menceritakan bagaimana para murid yang menghadapi angin sakal dan diombang-ambingkan
gelombang (ay. 24) juga menjadi sukar untuk percaya pada Yesus yang berjalan di
atas air. Sekalipun mereka tahu kemahakuasaan Yesus dan sudah lihat Yesus
berjalan di atas air (ay. 26). Namun mereka tetap teriak “Itu hantu!” lalu berteriak-teriak
karena takut. Memang ada penafsir yang menafsirkan bahwa para murid
sekalipun sudah melihat Yesus tapi malah berteriak hantu, karena ketakutan mereka yang
berlebihan sehingga membuat mereka tidak percaya bahwa Yesus
hadir dan datang di tengah badai malam itu.
Dari dua bacaan ini kita belajar bahwa percaya itu bukan karena
kedekatan relasi saja. Percaya itu bukan hanya sekali atau dua kali saja, tetapi percaya
itu harus dilatih, terus-menerus melalui berbagai pergumulan dan pengalaman
hidup sehari-hari. Tanpa pergumulan dan pengalaman, kita jadi sukar untuk
melatih percaya kita kepada Tuhan. Maka bersyukurlah jika ada pergumulan yang
nantinya menjadi pengalaman lagi untuk melihat karya Tuhan dan percaya kepadaNya.
Selain itu, kita juga belajar dari dua bacaan ini bahwa Tuhan itu amat sangat baik. Karena sekalipun Elia dan para murid sudah berkali-kali melihat dan mengalami kuasaNya namun dalam tekanan mereka bisa jadi ragu dan tidak percaya. Tetapi Tuhan tidak meninggalkan mereka. Ia malah selalu punya cara untuk membuat umatNya percaya pada penyertaanNya. Oleh karena itu, percayalah! Amin.
Selain itu, kita juga belajar dari dua bacaan ini bahwa Tuhan itu amat sangat baik. Karena sekalipun Elia dan para murid sudah berkali-kali melihat dan mengalami kuasaNya namun dalam tekanan mereka bisa jadi ragu dan tidak percaya. Tetapi Tuhan tidak meninggalkan mereka. Ia malah selalu punya cara untuk membuat umatNya percaya pada penyertaanNya. Oleh karena itu, percayalah! Amin.
-mc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar