Kejadian 50 : 15 – 21; Mazmur 103: 8 – 13; Roma 14 : 1 – 12; Matius 18 : 21 – 35
Saudara,
pernahkah anda dilukai? pasti pernah. Entah oleh orangtua, saudara, teman,
rekan kerja, maupun rekan pelayanan. Luka yang ditorehkan bisa melalui
kata-kata, niat maupun tindakan. Apapun itu, luka adalah luka. Ketika kita
dilukai, lantas bagaimana respon kita? mungkin kita marah, benci, dendam, dan
perasaan emosi negatif lainnya. Bahkan tidak segan kita memikirkan bagaimana cara
supaya kita membalas mereka yang melukai kita. Supaya mereka tahu terluka itu
tidak enak rasanya dan butuh proses yang lama untuk memulihkan diri.
Ketika
kita dilukai, kita mau belajar dari tindakan Yusuf. Kita tahu bagaimana nahasnya
hidup Yusuf. Saudara-saudaranya iri dan membenci Yusuf karena ia begitu
dikasihi oleh ayahnya, Yakub. Alhasil Yusuf dibuang dan dijual kepada orang Ismael
(Kej. 37). Ketika ada peristiwa saudara-saudara diperjumpakan lagi dengannya,
apa yang dilakukan Yusuf? secara manusiawi kita berpikir Yusuf pantas marah,
Yusuf pantas balas, Yusuf pantas untuk membenci keluarganya sendiri karena
telah membuang dan menjualnya seperti budak dan binatang. Tetapi yang dipilih Yusuf bukan membenci,
marah dan membalas. Yusuf justru memilih untuk mengampuni mereka (Kej. 50 : 20 –
21).
Saudara,
bukan hanya dari kisah Yusuf kita belajar bahwa pengampunan yang sukar itu
harus dipilih. Kita juga mau belajar dari pengajaran Yesus dalam bacaan Injil. (ay.
21) Petrus bertanya pada Yesus “sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku
jika ia berbuat dosa terhadap aku? sampai tujuh kali?” Pertanyaan Petrus ini
seakan menunjukkan ada batasan untuk mengampuni dan kalau sudah mencapai batasan
itu, maka bisa jadi tidak perlu ada pengampunan.
Petrus
juga berpikir Batasan untuk mengampuni apakah cukup sampai tujuh kali saja?
Tapi mengapa Petrus berpikir Batasan mengampuni hanya sampai tujuh kali saja?
karena angka tujuh dalam tradisi Yahudi merupakan simbol kesempurnaan. Namun, Yesus
menjawab pertanyaan Petrus dengan angka-angka yang tak terduga. Yesus katakan,
(ay. 22) “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan
sampai tujuh puluh kali tujuh kali”
Maksud
dari jawaban Yesus tentu bukanlah 490 kali saja mengampuni orang lain. Karena kalau
demikian, kita akan mengingat, menghitung dan mencatat kesalahan orang lain
sampai 490 kali. Kalau lebih dari itu, maka it’s time to revenge. Tentu
tidak demikian. Jawaban Yesus kalau ditulis dengan angka menjadi 70 x 7 x. Hal ini berarti tidak terhitung, tidak terjumlahkan,
tidak terbatas. Dengan
demikian, mengampuni orang lain harusnya berkali-kali, tidak dihitung dan tidak terbatas.
Biarlah apa yang Allah lakukan menjadi
pemicu dan pemacu kita untuk mengampuni sekalipun tak mudah. Namun dengan
mengampuni, kita bukan memulihkan orang lain yang melukai kita, tetapi kita pun
memulihkan diri kita sendiri. Karena pengampunan memulihkan semua. Tak mudah
dan butuh waktu, bukan berarti tak bisa. Berproseslah dengan Allah. Biar Allah
yang membalut luka kita, memberi kita hati yang kuat dan mau memilih mengampuni orang
lain yang bersalah kepada kita. Amin.
-mc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar