Minggu Biasa
Matius 18:15-20
Suatu kali di negeri
Amarta, terjadi sebuah malapetaka. Salah satu pusaka kerajaan yang begitu
dijaga raib dicuri orang. Semua orang kebingungan. Yudhistira sebaga raja juga
kebingungan kemana hilangnya pusaka itu. Entah kenapa, ada yang berkata bahwa
Abimanyu, putra Arjuna lah yang mengambilnya. Arjuna langsung buta hati, malu
atas kelakuan anaknya. Pantang bagi ksatria melakukan tindakan sebusuk itu.
Seketika Arjuna mencari Abimanyu, langsung memukulnya hingga terlempar ke
tengah hutan. Namun singkat cerita, Arjuna disadarkan bahwa itu hanyalah hoax. Ia merasa bersalah. Bukannya
bertanya baik-baik dan mengklarifikasi, ia langsung naik pitam dan menghajar
anaknya, Abimanyu.
Sayangnya, kita sering bertidak
seperti Arjuna. Ketika mengetahui seseorang berbuat salah, kita bisa
sekonyong-konyong ikut menyalahkan dan menghakimi orang itu. Tanpa bertanya,
klarifikasi, atau menegur, kita mudah menjatuhkan prasangka negative atas
sebuah dugaan. Ya, masih sekedar dugaan. Namun, bagaimana Firman Tuhan kali ini
akan menegur kita?
Bacaan Injil Minggu ini
ada dalam Matius 18:15-20 tentang menasihati sesama saudara. Di ayat 15 Yesus
katakan, "Apabila
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata..” Yesus ingin agar kita menegur seseorang dengan baik.
Mengapa demikian? Ada tipikal orang yang kalau menegur tidak mengenal tempat
dan waktu. Bisa saja di depan orang banyak, atau di waktu yang sangat tidak
pas. Apakah niatnya baik? Bisa saja niatnya memang baik, namun bukankah itu
bisa memperparah keadaan dengan cara mempermalukan mereka yang ditegur. Berati
kita mengetahui maksud Yesus di sini adalah kita bisa menegur seseorang dengan
kasih. Mengapa? Terkadang teguran itu bisa berbuah cekcok atau saling
berbantah. Misalnya saja ketika
kita menegur seseorang yang berbuat salah. Niat kita baik, yakni menegur, namun
kadang-kadang niat itu tak tersampaikan. Hati yang tersakiti atau tersinggung
bisa melahirkan sebuah pertengkaran. Bahkan tidak jarang, saling berbantah terjadi
dalam gereja. Bukankah relasi dalam gereja sudah semestinya memperlihatkan
kasih yang mejaga satu dengan yang lain? dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa
Kini (BIMK), ayat 15 diterjemahkan demikian, “Kalau
saudaramu berdosa terhadapmu, pergilah kepadanya dan tunjukkanlah
kesalahannya. Lakukanlah itu dengan diam-diam antara kalian berdua saja.” Ada
kata lakukankah itu dengan diam-diam. Berarti,
segala teguran kita haruslah berlandaskan kasih. Kasih itu tidak menyudutkan,
menghakimi, menghancurkan. Kasih itu merawat, membalut yang terluka, menuntun
dengan penuh kerendahan hati dan kesabaran.
Yesus juga mengimbuhkan,
jika teguran kita tidak didengarkan haruslah mengajak 2 atau 3 orang sebagai
saksi (ay. 16). Mendengar keterangan saksi memanglah sebuah tradisi peradilan
Yahudi. Akan tetapi, kita perlu melihat, bahwa yang diajarkan Yesus bukanlah
tentang penghakiman, namun bagaimana menasihati antar saudara. Menasihati tentu
beda dengan penghakiman. Motivasi menjadi hal yang sangat berpengaruh. Jika
menghakimi, apapun yang ada dalam perbincangan akan menjadi sangat negative,
sedangkan menasihati akan mau mendengar dengan baik. Dengan mengajak saudara
yang lain untuk bisa menasihati, berarti ada sebuah keseriusan untuk mengasihi
sebagai saudara. Bukankah Yesus sedang berbicara tentang kesehatian sebuah
persekutuan?
Beberapa waktu yang lalu,
jagad perfilman nasional disegarkan dengan munculnya sebuah film pendek ke
permukaan melalui platform Youtube. Film itu berjudul ‘TILIK’. Film yang
bercerita tentang sekumpulan ibu-ibu yang hendak menjenguk Bu Lurah Film itu
tergolong unik, karena setting film
itu nyaris terjadi di atas sebuah truk. Film itu hanya berbicara tentang betapa
nyinyir mulut seorang Bu Tejo. Film
itu mengocok perut, namun banyak juga mendapat reaksi buruk dari banyak pihak. Banyak
yang mengkritik bahwa film itu justru menunjukkan keburukan tabiat ibu-ibu kampung.
Padahal, film itu menunjukkan realitas masyarakat kita, entah itu kampong atau
kota, biasanya ketika ada bahan gibah, akan
diserang bersama-sama. Yesus menyuruh kita untuk mengajak yang lain bukan untuk
gibah atau menilai, namun
bersama-sama menasihati dengan penuh kasih. Godaan untuk bergosip itu besar.
Laki-laki atau perempuan sama saja. Masyarakat atau gereja sama saja. Segala
sesuatu harus didasari oleh kasih yang merawat, yang melindungi.
Ayat 20 seringkali
dicuplik begitu saja tanpa memperhatikan keterkaitan dengan keseluruhan isi
perikop. Misalnya saja, ketika ada Persekutuan atau PA, yang datang sedikit
sekali. Katakana 4 atau 5. Padahal yang diharapkan bisa sampai 30 orang. Lalu
salah seorang menyuplik ayat ini, mengatakan bahwa jika 2 atau 3 orang berkupul
dalam nama Tuhan Yesus, Dia hadir. Itu namanya mengibur (menipu) diri sendiri
dengan ayat alkitab. Padahal maksud Yesus di sini adalah tentang sebuah cara
untuk menasihati. Jika kita bersama-sama dengan 2 atau 3 orang sedang mencoba
menasihati dengan kasih, Tuhan senantiasa menyertai. Dengan 2 atau 3 orang
dalam sebuah tim, kita akan mendapat perspektif baru, saling melengkapi dan saling
menguatkan. Itulah yang dimaksudkan Yesus. Kita akan dibawa terus untuk setia
dalam rel (baca: kasih) untuk menasihati dalam upaya untuk menjaga.
Jagalah dan nasihatilah
saudaramu, dengan kasih.
ftp
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar