Selasa, 13 Oktober 2020

MENGELOLA KEKUASAAN DALAM KELUARGA

Minggu Biasa
Yesaya 45:1-7 | Mazmur 96:1-9 | 1Tesalonika 1:1-10 | Matius 22:15-22

Bagai makan buah simalakama, dimakan mati, tidak dimakan juga mati. Ini peribahasa Indonesia yang artinya serba salah. Pernah lihat buah simalakama? Berdasarkan hasil pencarian saya, ternya buah simalakama adalah yang biasa disebut sebagai mahkota dewa. Buah mahkota dewa ini beracun, tapi jika diolah dengan benar ia bisa bermanfaat menjadi obat. Banyak yang bilang bisa buat obat anti-kanker. Dari sini saya lalu berpikir, mungkin ini maksudnya. Jika sedang sakit, tidak memakan buah itu berbahaya karena buah itu obat. Tetapi jika diolahnya dengan tidak benar, juga memakannya berbahaya karena beracun. Itu hanya tafsiran saja. Tapi maknanya memang begitu, serba salah. Atau jika mau lebih panjang: terjebak dalam dua pilihan yang sama-sama berbahaya.

buah simalakama atau mahkota dewa

Dalam bacaan kita hari ini, Yesus berada dalam posisi bagai makan buah simalakama. Ia dijebak oleh orang-orang Farisi dan kaum Herodian soal membayar pajak terhadap kaisar. Farisi adalah kelompok Yahudi tradisional yang sangat taat menjalankan hukum Yahudi. mereka menolak budaya asing serta pemimpin asing, dalam hal ini Kaisar Romawi. Sebaliknya kelompok Herodian adalah golongan politik di kalangan Yahudi yang setia kepada Herodes, raja boneka Romawi di Galilea. Mereka sangat terbuka dengan budaya Romawi-Yunani. Kedua kelompok ini sebenarnya berlawanan, tetapi karena punya kepentingan yang sama, mereka berkoalisi untuk menjebak Yesus, seperti ungkapan dalam bahasa Inggris "Enemy of my enemy is my friend."

Jebakan mereka adalah pertanyaam "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Apa pun jawaban Yesus terhadap pertanyaan itu pasti salah. Jika menjawab "ya", Yesus akan dianggap mengakui keilahian kaisar, karena kaisar mengangkat dirinya sebagai allah. Selain itu, Yesus juga akan dianggap pro-penjajah. Ini celah untuk orang Farisi yang menolak Kaisar. Yesus akan diperhadapkan kepada pengadilan agama. Tetapi jika Ia menjawab "tidak", Ia dituduh sebagai pemberontak, penghasut yang menolak membayar pajak kepada kaisar. Ia akan diperhadapkan pada pengadilan Romawi. Situasi ini bagai makan buah simalakama.

Akan Tetapi Yesus tidak terjebak dengan pertanyaan itu. Yesus menyuruh mengambil koin yang biasa digunakan untuk membayar pajak, dan bertanya gambar siapa yang ada di situ. Koin itu bergambar kaisar Agustus dengan tulisan "Agustus yang Ilahi, Imam Agung." Koin itu dipakai untuk membayar pajak, berbelanja dan kegiatan ekomoni lainnya. Koin itu tidak dipakai untuk persembahan di Bait Allah, karena pada koin itu tertulis kata-kata yang mengilahikan Kaisar, dan ditu ditolak oleh para pemimpin Yahudi.

Jawaban Yesus kemudian adalah jawaban cerdas. Ia tidak terjebak, karena bisa mengolahnya dengan baik. Yesus sengaja tidak menjawab “ya” atau “tidak”. Ia menjawab "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Yesus tahu bahwa uang itu memang dipakai unatuk mebayar pajak, tetapi tidak untuk persembahan kepada Allah.  Selain terhindar dari jebakan, Yesus pun menjawab pertanyaan Farisi yang sangat didasarari urusan teologis, berkaitan dengan pengakuan atas kaisar sebagai Allah. Jika Yesus menyarankan membayar pajak, berarti Ia mendukung kekafiran. Jawaban Yesus sangat menjawab pertanyaan mereka, bahkan menampar. Dengan jawab itu Yesus mau berkata dua hal. Pertama, tidak layak menempatkan Kaisar setara dengan Allah, makanya berikanlah kepada kaisar apa yang layak diberikan kepada Kaisar. Kedua, semua hal di dunia ini adalah milik Allah. Allah berkuasa atas segala sesuatu, karena itu berikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah. Karena semua adalah milik Allah, bahkan seorang Kaisar pun berada di bawah kuasa Allah. Allah pun bisa memakai seorang Kaisar yang adalah penguasa untuk menyatakan kekuasaan-Nya kepada umat-Nya. Ini terlihat jelas dalam bacaan pertama, di mana Allah menggunakan Raja Koresh, penguasa Persia, untuk mendatangkan damai sejahtera kepada umat-Nya.

Dari sini jelas bahwa Yesus mau menyatakan bahwa semua kekuasaan berada di bawah kuasa Allah, tidak terkecuali para Farisi. Orang-orang Farisi dapat dibilang memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang terpelajar, para rohaniawan dan pemimpin umat. Namun, mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk mengejar kepentigan sendiri, bahkan menyalahgunakan kekuasaan untuk menyingkirkan lawan mereka, yang dalam kasus ini adalah Yesus. Mareka tidak bijaksana mengelola kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka, sehingga menggunakannya untuk kepentigan sendiri dan merugikan yang lain.

Saudara, di dalam keluarga ada juga pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Orang tua memiliki kuasa, yakni wewenang, tanggung jawab, kemampuan, untuk memelihara dan membangun keluarganya. Namun, kadang kala orang tua cenderung menyalahgunakan kuasa dan wewenangnya shingga melukai anaknya. Suami pun kadang menggunakan kuasanya dan menyakiti istrinya, atau sebaliknya istri kepada suami. Oleh karena itu, hari ini kita belajar bahwa semua kekuasaan berada di bawah kuasa Allah, dan karenanya kelolalah kuasa itu dengan hikmat untk menyatakn kuasa Allah, bukan untuk kepentingan sendiri yang merugikan orang lain. Amin 
(thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar