Rabu, 25 Mei 2022

SAMPAIKANLAH BERITA PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN

Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus

Kisah Para Rasul 1:1-11 | Lukas 24:44-53

Masih banyak yang belum sempat aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat aku katakan padamu

Kunto Aji, penyanyi asal Jogja melantunkan salah satu lagunya dalam ikatan album mantra-mantra, yaitu lagu pilu membiru. Lagu itu mencoba mengajak pendengarnya untuk berpulih dari luka dan rasa tidak terima karena ditinggalkan orang terkasih. Rasa tidak terima itu biasanya berbuntut pada sebuah keinginan untuk menyampaikan sesuatu yang belum sempat terkatakan, namun ditinggal pergi lebih dulu. “kalau saja aku punya kesempatan, aku ingin menyampaikan sesuatu padanya” Demikian kira-kira perasaan itu. Entah itu ungkapan sayang, atau sepenggal kata maaf yang selama ini menghuni ujung lidah. Tentu saja, sesuatu yang disampaikan untuk terakhir kali itu adalah sesuatu yang teramat penting. Penting sekali. Mungkin ada di antara kita yang sampai sekarang masih memiliki rasa itu. Tapi biarlah kita percaya Tuhan memulihkan kehidupan kita.
Ibu bapak saudara sekalian, mengapa kita membicarakan itu di hari indah ini? Bukankah hari ini adalah peristiwa yang begitu mulia, dimana Anak Manusia itu kembali kepada Bapa di Sorga? Iya, ada kaitan antara kedua peristiwa ini. Kita tahu melalui bacaan kita, bahwa penghujung Injil Lukas dan pembuka Kisah Para Rasul menyajikan peristiwa yang berkesinambungan. Kedua buku itu memang adalah buku yang berkelindan satu dengan yang lain, karena ditulis oleh orang yang sama. Para murid yang hendak ditinggalkan Yesus, mengajukan satu pertanyaan. Ingat, pertanyaan itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan. Apa pertanyaan itu? “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Itulah pertanyaan terpenting mereka untuk disampaikan. Masa-masa terakhir itu mereka gunakan untuk memohonkan pemulihan bagi Israel agar bisa lepas dari Romawi, dan berjaya seperti sedia kala. Mungkin mereka sudah begitu muak dan jengah untuk terus hidup dalam penindasan dan penjajahan. Segala sesuatu terlalu sulit untuk dijalani. Mereka ingin lepas dari itu semua. Untuk itulah, pemulihan bangsa menjadi sesuatu yang paling penting untuk mereka sampaikan. Namun, mari kita bertanya, bagaimana menurut Yesus? Apa yang terpenting untuk disampaikan?
Injil Lukas mencatat peristiwa ini di penghujung bukunya. Kristus bercakap dengan para murid untuk terakhir kalinya. Kali ini, Yesus mengucapkan sesuatu yang tentunya juga sangat penting sebelum ia naik ke Sorga. Setelah Ia mengucapkan bahwa Mesias harus menjalani semua hingga mati, Ia melanjutkanya; dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24:47). Kita lihat, dalam ayat itu Yesus menekankan bahwa ada hal yang HARUS disampaikan kepada segala bangsa, yakni PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN DALAM NAMA-NYA. Ternyata, inilah hal penting yang Yesus inginkan, agar mereka sampaikan. Bukan sekedar pemulihan bangsa, tapi berita kepada segala bangsa, yaitu pertobatan dan pengampunan. Pertanyaannya, bagaimana kedua hal itu di sampaikan dalam nama Yesus? Kita akan merenungkannya satu per satu.
Pertama, mengenai pertobatan. Mengapa Yesus menganggap ini penting untuk disampaikan oleh murid-murid-Nya? Dalam Injil yang sama, Lukas 5:32 mencatat, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”. Kesaksian itu seakan menjadi penegasan Yesus untuk apa Ia datang ke dunia, dan siapa yang menjadi target-Nya. Ya, orang berdosa untuk bertobat. Hal ini berarti, murid-murid harus menyampaikan maksud kedatangan Yesus ke dunia, bahwa keselamatan yang Ia berikan, juga berbarengan dengan ajakan untuk bertobat. Allah bukan hanya rindu menyatu bersama anak-anak-Nya, namun juga rindu melihat umat-Nya memiliki pertobatan dalam kehidupan. Jikalau demikian adanya, bukankah itu yang sudah kita jalani, yakni bukan hanya gempita perayaan Paskah, namun ajakan ebrtobat sejak Rabu Abu? Berarti pertama-tama, pertobatan itu terlebih dulu harus disampaikan kepada diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum menuju segala bangsa.
Ibu bapak saudara sekalian, apa maksudnya bahwa pertobatan harus disampaikan dalam nama-Nya? Di dunia ini, hukuman atas sebuah kesalahan menjadi sebuah hal yang teramat wajar. Entah itu tindak criminal yang mengakibatkan seseorang dipenjara, atau seorang bapak yang menyabet anaknya karena memecakan perabot rumah tangga. Martin Luther King Jr. pernah berkata bahwa kekerasan hanya akan melipatgandakan kekerasan. Berarti, hukuman bukanlah solusi. Ketika Yesus bertemu dengan perempuan yang berzinah, Ia melindunginya, dan akhirnya berkata kepadanya, ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11). Kita melihat bahwa Yesus tidak menggunakan metode hukuman, namun melindunginya dan mengajaknya bertobat dengan cara tidak berbuat dosa lagi. Berarti, pertobatan macam inilah yang diinginkan Yesus, bukan menghukum namun melindungi dan mengajak. Bagaimana jika ada yang bersalah kepada kita, apakah akan menyalahkan dan menghukumnya, apa malah melindungi dan mengajaknya bertobat? Yesus menghendaki, kita menjadi pribadi yang merangkul, bukan memukul.
Kedua, mengenai pengampunan. Kita tahu persis, bahwa Yesus turun ke dunia untuk memberikan pengampunan kepada manusia. Itulah keselamatan yang Ia berikan dalam peristiwa salib. Lalu, apa maksudnya memberitakan pengampunan dalam nama Yesus? Iya, kita tahu bahwa tidak ada keselamatan di luar nama Yesus. Iya dan amin! Itulah iman kita. Akan tetapi, jangan sampai itu membuat kita jumawa dan superior. Lalu, bagaimana cara menyampaikannya? Kita tentu sepakat, kita tidak akan berteriak dan berkoar bahwa Yesus mengampuni kita semua, mungkin kita malah akan disangka gila. Namun satu hal, ketika kita sudah merasa diampuni, apakah kualitas kehidupan kita menunjukkan sebagaimana orang yang sudah diampuni? Orang yang bersalah, besar kesalahannya, diampuni, akan memiliki kelegaan dan kemauan untuk memperbaiki kesalahan. Nah, bagaimana dengan kita?
Selain sikap sebagai pribadi yang diampuni, apakah kita mau mengampuni? Paulo Coelho pernah menulis, God always offers us a second chance. Berapa kali Tuhan memberi kesempatan kepada kita? Selalu. Ia adalah Allah yang selalu meberikan kesempatan kedua bagi siapapun yang memohon ampun pada-Nya. Jika Allah adalah Sang Pemberi Kesempatan Kedua, apakah kita juga mau memberikan kesempatan itu? Ketika kita semua mau saling mengampuni, itulah saat dimana pengampunan kita sangat kuat disampaikan kepada segala bangsa.
Pada Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus ini, kita diajak untuk menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan. Keduanya harus mampir ke diri kita terlebih dahulu, baru kemudian kita bisa menyampaikannya kepada yang lain. Untuk melakukan itu, kita perlu kekuatan. Sebelum naik ke Sorga, Yesus berkata; “tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, …” (Kis 1:8). Kata ‘kuasa’ di sini berasal dari kata δύναμιν à dunamin à power à yang berarti daya, kekuatan, energi. Kenapa kita butuh itu? Karena memberitakan pertobatan dan pengampunan butuh kekuatan besar. Mahatma Gandhi pernah berkata, the weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong. Iya, pertobatan dan pengampunan itu butuh kekuatan, untuk itulah Tuhan Yesus katakana itu semua. Untuk itulah, beritakanlah, karena Tuhan memberikan kita daya untuk melakukan itu. Namun sebelumnya, kenakanlah pada diri kita terlebih dahulu. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar