Minggu Paskah VII
Mengapa Ada Orang yang Bisa Hidup Benar?
Alasan pertama dari
pertanyaan ini adalah karena dia adalah sosok yang berani. Dia berani menyampaikan
aspirasinya. Dia berani bersikap. Dia berani berpendapat. Alasan kedua adalah
karena punya pendirian yang kuat. Orang-orang seperti ini sangat teguh dan
tidak mudah digoyahkan prinsip-prinsip hidupnya. Alasan ketiga adalah karena
mereka yang bisa hidup benar adalah orang-orang yang tahu diri bahwa kebenaran
yang sudah dihadirkan oleh Allah yang menyelamatkan hidupnya.
Mengapa Ada Orang yang Tidak Bisa Hidup Benar?
Namun, kita harus berjumpa
dengan realita bahwa tidak semua orang mampu hidup dalam kebenaran.
Mengapa demikian? Sederhananya, kita tinggal tambahkan saja kata
"tidak" pada semua alasan di atas. Pertama, karena mereka tidak
berani menyatakan kebenaran. Sikap, tindakan, atau responsnya terhadap
persoalan tidak menunjukkan bahwa ia mampu menunjukkan kebenaran dalam
hidupnya. Kedua, karena tidak punya pendirian yang teguh. Keputusan yang harus
diambil sangat dipengaruhi oleh keuntungan, manfaat, atau bahkan ancaman masa
depan yang bisa terjadi. Orang dengan alasan seperti ini biasanya cenderung
plin-plan dalam menentukan kebenaran. Ketiga, karena tidak tahu diri. Sekali
pun dosanya sudah ditebus dan Allah sudah mengaruniakan kasih-Nya, tetap saja
semua kesempatan yang ada tidak dipakai untuk memberitakan kebenaran.
Dipelihara dalam Kebenaran
Kisah Para Rasul melalui
proses pemilihan murid, kebenaran itu diperlihatkan dengan melibatkan doa dalam
proses mempertimbangkan nama yang akan menjadi pengganti Yudas.
Dalam Surat Yohanes yang
pertama, para pembaca diajarkan tentang cara konsep mengasihi Yesus Kristus dan
muatan akan kemampuan untuk menyatakan kebenaran agar semua orang menjadi
percaya.
Dalam Mazmur, kita
diperlihatkan orang yang menjalani hidupnya dalam kebenaran, yaitu takut akan
Tuhan pasti akan selalu mengarahkan hidupnya hanya kepada Tuhan.
Pesan ini juga diperkuat
oleh doa yang Yesus sampaikan kepada Allah Bapa tentang para murid-Nya. Melalui
bacaan Leksionari kali ini, kita sungguh-sungguh diperhadapkan dengan sebuah kenyataan
bahwa kebenaran bukan hanya sekadar identitas hidup orang percaya namun juga
harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata.
Jadi, pada dasarnya kita
sudah dipelihara dalam kebenaran. Maka dari itu, kita pun perlu belajar
memelihara kebenaran itu dalam keseharian kita. Bagaimana caranya?
Doa (Yoh. 17:6-8, Kis.
1:15-17, 21-26)
Cara pertama, melalui doa.
Yesus yang berdoa bagi para murid-Nya menunjukkan eratnya hubungan antara Yesus
dengan Allah Bapa yang tidak terpisahkan. Hubungan ini juga akan terjadi bagi
para murid-Nya, yang terus percaya kepada-Nya. Melalui doa, hubungan itu akan
terus terjalin dengan erat dan semakin menyadari bahwa kita adalah milik-Nya
dan bersedia mengikut Firman-Nya.
Sayangnya, kita sebagai
murid-Nya di masa kini sering sekali mengabaikan kebiasaan kita dalam berdoa.
Kita berdoa kalau ada perlunya, kita berdoa kalau sedang ada masalah, bahkan
kita serius berdoa ketika permohonan kita ingin segera dijawab oleh Tuhan.
Salah satu pesan yang
muncul dalam Kisah Para Rasul adalah ketika para murid berdoa di tengah situasi
yang baik-baik saja. Mereka berdoa untuk memilih yang benar di antara yang
benar, di mana situasi seperti ini bagi kebanyakan orang, tidaklah perlu untuk berdoa.
Mereka berdoa bukan hanya untuk memilih yang benar, tetapi mereka berdoa karena
memahami ada gambaran yang lebih besar dalam karya Allah.
Jadi, bagi kita yang ingin
memelihara kebenaran, doa akan selalu menjadi aksi utama yang kita lakukan
dalam menghadapi pergumulan kehidupan.
Allah Menjaga (Yoh. 17:9-12,
Mzm. 1)
Cara kedua, merasakan
Allah yang menjaga kehidupan kita. Satu kata yang diulang berkali-kali dalam
doa Yesus adalah kata "jaga", yang sesungguhnya menunjukkan kepada
kita bahwa Yesus sungguh-sungguh memohon agar kehidupan setiap murid-Nya dijaga
oleh Allah sebab itulah juga yang sudah dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya.
Hal ini memberi peluang
bagi kita untuk kembali merasakan bahwa karya keselamatan-Nya terjadi dalam
hidup kita karena Allah bersedia untuk menjaga. Titik pengenalan yang baik
dicontohkan oleh pemazmur, ketika ia mampu mengenali Allah yang menjaganya di
tengah kehidupan.
Melalui bagian ini, kita juga
disadarkan betapa nekatnya kita sebagai manusia dalam menjalani kehidupan kita
setiap hari. Salah satu kelemahan kita adalah ketika kita semakin tidak sadar
bahwa Allah sudah dan akan selalu menjaga kita, bahkan Yesus mendoakan agar
kita dijaga sebab kita adalah milik-Nya.
Mulai saat ini, marilah
kita mulai belajar untuk menjadi pribadi yang tenang, yakin, dan percaya, bahwa
Allah sudah dan akan selalu menjaga kehidupan kita.
Jangan Kembali kepada yang
Jahat! (Yoh. 17:13-19, 1Yoh. 5:9-13)
Bagian tersebut, juga
diperkuat oleh cara yang ketiga, yaitu berupaya untuk tidak kembali kepada yang
jahat. Yesus berdoa karena Yesus menyadair bahwa ada tantnagan dari dunia yang
akan dihadapi oleh para murid-Nya. Tantangan itu muncul karena dunia tidak
selalu suka dengan kebenaran. Yesus pun tidak meminta agar para murid-Nya
diambil dari dunia, tetapi dijaga dari yang jahat.
Yesus sudah membekali kita
dengan sukacita-Nya, dengan Firman-Nya, dan dengan perutusan-Nya. Sekarang,
waktunya kita untuk belajar tidak kembali kepada yang jahat. Namanya manusia
pasti selalu ada kelemahannya, kekurangannya, godaannya, atau cobaannya. Namun,
bukan berarti itu menjadi alasan untuk merusak karya kasih yang sudah dikerjakan-Nya
di tengah kehidupan kita.
Kita berkomitmen untuk
memperbaiki diri satu per satu kelemahan kita masing-masing. Kita setia
menjalaninya dalam proses yang mungkin tidak akan selalu mudah. Kita belajar
untuk menjadi pribadi yang tegas dan tidak mengalah pada pertimbangan-pertimbangan
yang hanya sekadar sebuah keuntungan jasmani tetapi merugikan pertumbuhan
rohani.
Belajarlah perlahan-lahan
untuk memperbaiki diri! Jadikan sukacita-Nya, Firman-Nya, dan karya
perutusan-Nya sebagai kekuatan kita.
Dipelihara, tapi juga
Ingin Memelihara
Saat ini kita sadar kita
sudah dipelihara dalam kebenaran. Maka dari itu, kita pun perlu belajar
memelihara kebenaran. Karena dari situlah kita mendapatkan kekuatan. Teruslah berdoa,
merasakan Allah yang manjaga, dan tidak kembali kepada yang jahat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar