Sabtu, 11 Mei 2024

DIPELIHARA DALAM KEBENARAN

Minggu Paskah VII

Kisah Para Rasul 1:15-17, 21-26; Mazmur 1; 1 Yohanes 5:9-13; Yohanes 17:6-19

Mengapa Ada Orang yang Bisa Hidup Benar?

Alasan pertama dari pertanyaan ini adalah karena dia adalah sosok yang berani. Dia berani menyampaikan aspirasinya. Dia berani bersikap. Dia berani berpendapat. Alasan kedua adalah karena punya pendirian yang kuat. Orang-orang seperti ini sangat teguh dan tidak mudah digoyahkan prinsip-prinsip hidupnya. Alasan ketiga adalah karena mereka yang bisa hidup benar adalah orang-orang yang tahu diri bahwa kebenaran yang sudah dihadirkan oleh Allah yang menyelamatkan hidupnya.

 

Mengapa Ada Orang yang Tidak Bisa Hidup Benar?

Namun, kita harus berjumpa dengan realita bahwa tidak semua orang mampu hidup dalam kebenaran. Mengapa demikian? Sederhananya, kita tinggal tambahkan saja kata "tidak" pada semua alasan di atas. Pertama, karena mereka tidak berani menyatakan kebenaran. Sikap, tindakan, atau responsnya terhadap persoalan tidak menunjukkan bahwa ia mampu menunjukkan kebenaran dalam hidupnya. Kedua, karena tidak punya pendirian yang teguh. Keputusan yang harus diambil sangat dipengaruhi oleh keuntungan, manfaat, atau bahkan ancaman masa depan yang bisa terjadi. Orang dengan alasan seperti ini biasanya cenderung plin-plan dalam menentukan kebenaran. Ketiga, karena tidak tahu diri. Sekali pun dosanya sudah ditebus dan Allah sudah mengaruniakan kasih-Nya, tetap saja semua kesempatan yang ada tidak dipakai untuk memberitakan kebenaran.

 

Dipelihara dalam Kebenaran

Kisah Para Rasul melalui proses pemilihan murid, kebenaran itu diperlihatkan dengan melibatkan doa dalam proses mempertimbangkan nama yang akan menjadi pengganti Yudas.

 

Dalam Surat Yohanes yang pertama, para pembaca diajarkan tentang cara konsep mengasihi Yesus Kristus dan muatan akan kemampuan untuk menyatakan kebenaran agar semua orang menjadi percaya.

 

Dalam Mazmur, kita diperlihatkan orang yang menjalani hidupnya dalam kebenaran, yaitu takut akan Tuhan pasti akan selalu mengarahkan hidupnya hanya kepada Tuhan.

 

Pesan ini juga diperkuat oleh doa yang Yesus sampaikan kepada Allah Bapa tentang para murid-Nya. Melalui bacaan Leksionari kali ini, kita sungguh-sungguh diperhadapkan dengan sebuah kenyataan bahwa kebenaran bukan hanya sekadar identitas hidup orang percaya namun juga harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata.

 

Jadi, pada dasarnya kita sudah dipelihara dalam kebenaran. Maka dari itu, kita pun perlu belajar memelihara kebenaran itu dalam keseharian kita. Bagaimana caranya?

 

Doa (Yoh. 17:6-8, Kis. 1:15-17, 21-26)

Cara pertama, melalui doa. Yesus yang berdoa bagi para murid-Nya menunjukkan eratnya hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa yang tidak terpisahkan. Hubungan ini juga akan terjadi bagi para murid-Nya, yang terus percaya kepada-Nya. Melalui doa, hubungan itu akan terus terjalin dengan erat dan semakin menyadari bahwa kita adalah milik-Nya dan bersedia mengikut Firman-Nya.

 

Sayangnya, kita sebagai murid-Nya di masa kini sering sekali mengabaikan kebiasaan kita dalam berdoa. Kita berdoa kalau ada perlunya, kita berdoa kalau sedang ada masalah, bahkan kita serius berdoa ketika permohonan kita ingin segera dijawab oleh Tuhan.

 

Salah satu pesan yang muncul dalam Kisah Para Rasul adalah ketika para murid berdoa di tengah situasi yang baik-baik saja. Mereka berdoa untuk memilih yang benar di antara yang benar, di mana situasi seperti ini bagi kebanyakan orang, tidaklah perlu untuk berdoa. Mereka berdoa bukan hanya untuk memilih yang benar, tetapi mereka berdoa karena memahami ada gambaran yang lebih besar dalam karya Allah.

 

Jadi, bagi kita yang ingin memelihara kebenaran, doa akan selalu menjadi aksi utama yang kita lakukan dalam menghadapi pergumulan kehidupan.

 

Allah Menjaga (Yoh. 17:9-12, Mzm. 1)

Cara kedua, merasakan Allah yang menjaga kehidupan kita. Satu kata yang diulang berkali-kali dalam doa Yesus adalah kata "jaga", yang sesungguhnya menunjukkan kepada kita bahwa Yesus sungguh-sungguh memohon agar kehidupan setiap murid-Nya dijaga oleh Allah sebab itulah juga yang sudah dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya.

 

Hal ini memberi peluang bagi kita untuk kembali merasakan bahwa karya keselamatan-Nya terjadi dalam hidup kita karena Allah bersedia untuk menjaga. Titik pengenalan yang baik dicontohkan oleh pemazmur, ketika ia mampu mengenali Allah yang menjaganya di tengah kehidupan.

 

Melalui bagian ini, kita juga disadarkan betapa nekatnya kita sebagai manusia dalam menjalani kehidupan kita setiap hari. Salah satu kelemahan kita adalah ketika kita semakin tidak sadar bahwa Allah sudah dan akan selalu menjaga kita, bahkan Yesus mendoakan agar kita dijaga sebab kita adalah milik-Nya.

 

Mulai saat ini, marilah kita mulai belajar untuk menjadi pribadi yang tenang, yakin, dan percaya, bahwa Allah sudah dan akan selalu menjaga kehidupan kita.

 

Jangan Kembali kepada yang Jahat! (Yoh. 17:13-19, 1Yoh. 5:9-13)

Bagian tersebut, juga diperkuat oleh cara yang ketiga, yaitu berupaya untuk tidak kembali kepada yang jahat. Yesus berdoa karena Yesus menyadair bahwa ada tantnagan dari dunia yang akan dihadapi oleh para murid-Nya. Tantangan itu muncul karena dunia tidak selalu suka dengan kebenaran. Yesus pun tidak meminta agar para murid-Nya diambil dari dunia, tetapi dijaga dari yang jahat.

 

Yesus sudah membekali kita dengan sukacita-Nya, dengan Firman-Nya, dan dengan perutusan-Nya. Sekarang, waktunya kita untuk belajar tidak kembali kepada yang jahat. Namanya manusia pasti selalu ada kelemahannya, kekurangannya, godaannya, atau cobaannya. Namun, bukan berarti itu menjadi alasan untuk merusak karya kasih yang sudah dikerjakan-Nya di tengah kehidupan kita.

 

Kita berkomitmen untuk memperbaiki diri satu per satu kelemahan kita masing-masing. Kita setia menjalaninya dalam proses yang mungkin tidak akan selalu mudah. Kita belajar untuk menjadi pribadi yang tegas dan tidak mengalah pada pertimbangan-pertimbangan yang hanya sekadar sebuah keuntungan jasmani tetapi merugikan pertumbuhan rohani.

 

Belajarlah perlahan-lahan untuk memperbaiki diri! Jadikan sukacita-Nya, Firman-Nya, dan karya perutusan-Nya sebagai kekuatan kita.

 

Dipelihara, tapi juga Ingin Memelihara

Saat ini kita sadar kita sudah dipelihara dalam kebenaran. Maka dari itu, kita pun perlu belajar memelihara kebenaran. Karena dari situlah kita mendapatkan kekuatan. Teruslah berdoa, merasakan Allah yang manjaga, dan tidak kembali kepada yang jahat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar