Kamis, 02 Mei 2024

APIK (ANTI PILIH KASIH)


(Minggu Paskah VI) 

Kisah Para Rasul 10 : 44 - 48; Mazmur 98; 1 Yohanes 5 : 1 - 6; Yohanes 15 : 9 - 17 


Gandhi pernah berkata “Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus Anda. Tetapi saya tidak suka dengan orang Kristen Anda (I like your Christ. I don’t like your Christians).” 


Gandhi mempunyai pandangan itu karena pengalamannya waktu ia bekerja sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan yang menjalani sistem apartheid pada waktu itu. Sebagai seorang anak muda, Gandhi sangat tertarik dengan Kekristenan dan ia mempelajari Alkitab dan ajaran-ajaran Kristus. Dia serius mempertimbangkan untuk menjadi seorang Kristen dan mencari sebuah gereja untuk dikunjungi yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Di pagi minggu saat ia mau melangkah masuk ke gereja, seorang penerima tamu menghalang langkahnya. “Mau ke mana kamu orang kafir?” tanya seorang pria berkulit putih padanya dengan nada yang angkuh. Gandhi menjawab, “Saya ingin mengikuti ibadah di sini.” Orang gereja itu membentaknya dengan berkata, “Tidak ada ruang untuk orang kafir di gereja ini. Enyahlah dari sini atau saya akan meminta orang untuk melemparkan kamu keluar!”

Suatu tindakan pilih kasih dari seorang yang seharusnya mewakili Kristus menghentikan langkah seorang Gandhi untuk mempertimbangkan Kekristenan bagi dirinya. Bahkan Gandhi juga pernah mengatakan “Jika orang Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di dalam Alkitab, seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini.

Saudara, tindakan pilih kasih bukanlah sebuah tindakan sepele. Karena tindakan ini sangat berakibat fatal. Oleh karena itu, melalui bacaan hari ini kita kembali mau diingatkan betapa pentingnya tindakan APIK (Anti Pilih Kasih). 

Dalam bacaan pertama dari Kisah Para Rasul 10 : 44 - 48 berkisah tentang perkunjungan yang dilakukan oleh salah 1 murid Yesus bernama Petrus (seorang Yahudi) ke rumah Kornelius di Kaisarea. Untuk kita ketahui Kornelius ini bukan seorang Yahudi. Ia seorang perwira dari Batalion yang disebut Batalion Italia (Kis. 10 : 1). Hal ini menjelaskan dari mana Kornelius berasal, yaitu kemungkinan besar ia adalah seorang Romawi. 


Perkunjungan yang terjadi ini di mata kita pasti bukan sebuah masalah. Namun tidak demikian dengan pandangan orang Yahudi pada masa itu. Karena di ay. 28 Petrus sempat menjelaskan bahwa “betapa kerasnya larangan bagi orang Yahudi untuk bergaul dan berkunjung kepada orang-orang yang bukan Yahudi.” Mengapa? Karena pada masa itu orang Yahudi menganggap orang-orang non-Yahudi sebagai kaum najis. Sehingga haram atau pamali jika orang Yahudi berkunjung, bergaul apalagi berbicara dengan non-Yahudi karena akan dianggap najis juga. 


Namun demikian, Petrus merefleksikan bahwa perkunjungan yang dilakukan olehnya karena kehendak Allah itu kepada Kornelius yang adalah non-Yahudi sebagai momentum bagi Petrus untuk menyadari bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya (bc. Kis. 10 : 34 - 35). 


Hal ini dipertegas Allah dalam bacaan kita. Ketika Petrus sedang menyampaikan pengajaran (khotbah), Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. Sehingga mereka dapat berkata-kata dalam bahasa lidah yang tentu saja dapat dipahami oleh orang-orang dari golongan Petrus yang menyertai Petrus kala itu. Karena perkataan yang diucapkan berisi kemuliaan bagi Allah (ay. 46).


Di bagian ini kita melihat bahwa manusia seringkali bertindak pilih kasih kepada orang lain yang berbeda dengannya. Namun Allah tidak pilih kasih. Sebab orang lain dan bangsa lain pun berkenan bagi Allah. Sikap Allah yang tidak pilih kasih ini bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk terus dihidupi dalam kehidupan orang percaya. 


Hal ini ditegaskan dalam Surat Yohanes yang pertama pasal 5 : 1 - 3 bahwa orang percaya bukan hanya sebatas percaya pada tindakan Allah tetapi juga mengasihi Allah serta melakukan perintahNya. Pertanyaannya, apakah perintah Allah untuk dilakukan sebagai bentuk kasih kita kepada Allah? 


Untuk mengetahui perintah Allah, kita perlu merujuk pada apa yang Yesus sampaikan dalam Injil Yohanes 15 : 9 - 17. Di mana Yesus memberi perintah: hendaklah kamu saling mengasihi. Kata saling dalam bacaan berarti ada tindakan yang sama-sama dan terus dilakukan. Bukan hanya dilakukan oleh pihak-pihak tertentu ke orang-orang tertentu tetapi kepada semua orang. 


Mengapa Yesus mengingatkan untuk perlu saling mengasihi? bukan pilih kasih!

  1. Karena setiap orang dikasihi oleh Allah (bdk. Mat. 5 : 45b Ia menerbitkan matahariNya bagi orang yang jahat maupun orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar maupun orang yang tidak benar) 

  2. Setiap orang yang dikasihi Allah juga diajak untuk saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu (ay. 12 & 17). Dasar kita tidak pilih kasih dan terus melakukan kasih adalah Allah, dan Allah juga menghendaki kita mengasihi sesama seperti yang Allah lakukan untuk kita, yakni terus dan tanpa batas.


  1. Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap (ay. 16). Di bagian ini kita melihat bahwa kita adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk terus mengasihi sesama. Sulit dan sakit itu pasti. Namun kita adalah orang-orang yang dikasihi Allah untuk mengasihi sesama. Dan kiranya mengasihi sesama menjadi buah yang terus kita hasilkan dalam kehidupan karena kasih Tuhan yang kita terima dapat dinikmati sesama. 


Selamat mengasihi. Tuhan mengasihi kita semua. Amin. (mc)


Sumber: https://ericbryant.org/2019/12/01/hope-for-the-nations-gandhi-love-your-enemies/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar