Kamis, 07 Agustus 2025

MELAMPAUI APA YANG KELIHATAN

Minggu Biasa XIX

Kejadian 15:1-6 | Mazmur 33:12-22 | Ibrani 11:1-3, 8-16 | Lukas 12:32-40


"Orang berubah bukan karena rasa takut, tapi karena dicintai," kata Jonathan kepada Sore ketika mereka bertemu di pameran foto Jonathan. Dialog ini terjadi menjelang akhir film Sore: Istri dari Masa Depan. Film ini mengisahkan seorang perempuan bernama Sore yang kembali ke masa lalu untuk mengubah kehidupan suaminya, Jonathan. Pada masa depan, Jonathan meninggal akibat serangan jantung, karena pola hidup tidak sehat. Karena kesedihan yang mendalam atas kematian Jonathan, ia tanpa sengaja kembali ke masa lalu. Ia pun berusaha untuk mencegah kematian Jonathan pada masa depan dengan cara mengubah kebiasaanya. Karena ketakutannya akan masa depan, ribuan kali Sore harus kembali ke masa lalu untuk membantu Jonathan berubah, tetapi selalu gagal, sampai akhirnya ia putus asa. Namun, Sore pun menyadari cintanya yang dalam kepada Jonathan. Ia kembali mengulang waktu dengan cintanya kepada Jonathan. Akhirnya Sore pun menghilang dalam waktu, sebelum sempat menyelasikan misinya. 

Namun demikian, Jonathan pada akhirnya berubah, memulai hidup sehat, berhenti merokok dan minum minuman keras, justru ketika Sore tidak lagi kembali untuk mengubahnya. Ia berubah karena merasakan rindu akan seseorang yang tidak pernah ia temui. Ia merasakan kedalaman cinta dan pengurbanan yang mendorongnya untuk berubah. Ia berubah bukan karena ketakutan akan masa depan, melainkan karena merasa dicintai.


Saudara-saudari, iman Kristen bukanlah iman yang dilandasi ketakutan, melainkan cinta kasih. Pada hakikatnya, Allah tidak pernah meminta umat-Nya untuk taat karena ancaman hukuman dan neraka, tetapi dengan memberikan cinta-Nya yang besar, anugerah-Nya yang tak terbatas, sekalipun umat-Nya berkali-kali jatuh dalam kesalahan. Namun, sering kali umat Allah yang dicintai itu, tidak hanya takut akan ancaman hukuman kekal, tetapi juga hidup dalam ketakutan lain, yakni kekhawatiran akan masa depan, kecemasan akan materi dan pemenuhan kebutuhan hidup, serta ketakutan akan ancaman dari keadaan atau pihak lain. 


Abram yang dikenal sebagai bapa orang beriman ternyata pernah merasa takut dan khawatir karena ia merasa usianya sudah tidak memungkinkannya untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu, ia memilih Eliezer, hambanya yang orang Damsyik itu, untuk menjadi ahli warisnya. Langkah yang diambil Abram ini menunjukkan bahwa kekhawatirannya akan masa depan. Dia takut kehilangan. Ia merasa janji Tuhan semakin pudar, lalu mencari rasa aman dengan kepastian yang ia buat. Namun, Allah tidak pernah melupakan janji-Nya. Saat Abram mengeluhkan kekhawatirannya, Allah berkata bahwa yang akan menjadi ahli waris Abram adalah anak kandungnya. Allah kemudian menjanjikan keturunan Abram akan sangat banyak seperti bintang di langit. Tindakan Allah ini memulihkan iman Abram yang sempat pudar. Meskipun ada risiko dan ketidakpastian pada masa depan, Abram berani untuk percaya kepada Allah dan janji-Nya. Ia berani melangkah karena dicintai.


Saudara-saudari, cinta kasih melampaui kekhawatiran akan masa depan, kecemasan akan makanan dan pakaian, juga ketakutan akan ancaman dari luar diri. Karena itulah, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu." Kerajaan apa yang Yesus maksud di sini? Pada ayat sebelumnya Ia mengatakan jangan khawatir akan apa yang kamu makan dan pakai, tetapi carilah dulu Kerjaaan Allah. Kerajaan Allah adalah cinta kasih yang melampaui apa yang keliahatan, damai sejahtera dan keadaan baik yang lebih daripada segala nilai di dunia. Kerajaan Allah itu sudah diberikan Allah. Kita diminta memeliharanya dengan mengumpulkan harta di surga, dalam pundi-pundi yang tidak akan musnah. Apa itu? Mengasihi orang-orang di sekitar, memberi kepada mereka yang lapar, berbagi kepada mereka yang membutuhkan, menyuerakan keadilan di tengah penindasan, mengupayakan perdamaian dalam kehidupan bersama. Kita sudah menerima Kerajaan Allah melalui cinta kasih dan damai sejahtera Allah. Kini kita perlu memeliharanya melalui tindakan cinta kasih kepada sesama. Cinta yang melampaui apa yang kelihatan.


Yesus menekankan soal apa yang paling utama dalam hidup kita; harta duniawi yang tampak atau harta surgawi yang tidak kelihatan? Maka, Ia pun mengajak kita untuk membebaskan diri dari ketakutan dan kekhawatiran, sebab iman yang didasarkan pada kekhawatian dan ketakuan akan materi adalah iman yang rapuh. Allah telah melimpahkan cinta kasih-Nya kepada kita. Ia tetap mengasihi kita sekalipun berkali-kali kita jatuh dalam kesalahan. Jonathan saja bisa berubah karena dicintai Sore. Apalagi kita yang dicintai Allah dengan cinta yang melimpah, yang jauh melampaui apa yang kelihatan. Karena Allah mencintai kita, kita tidak perlu takut dan khawatir akan masa depan atau cemas akan segala materi dan nilai-nilai dunia. Kita telah diterima dalam Kerajaan Cinta Allah. Kita pun perlu memelihara cinta Allah itu dalam pundi-pundi yang tidak akan musnah, yakni tindakan cinta dan sukacita yang kita bagikan, bela rasa dan kepedulian yang bagi yang terabaikan, keadilan dan damai sejahtera yang kita perjuangkan, kesetiaan dan tanggung jawab dalam kehidupan. (ThN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar