Sabtu, 04 Oktober 2025

BERTUMBUH DALAM IMAN

 

MINGGU BIASA XXVII

Hab. 1 : 1 – 4, 2 : 1 – 4; Mzm. 37 : 1 – 9; 2 Tim. 1 : 1 – 14; Luk. 17 : 5 – 10

 

Buah kurma berasal dari pohon Kurma yang adalah tanaman paling tua yang dikenal dalam sejarah manusia. Dan kenapa ia bisa menjadi pohon yang dikenal hingga sekarang? Karena ia pohon yang kuat. Ketika menanam biji kurma, petani kurma akan memasukkannya ke dalam sebuah lubang lalu menutupnya dengan batu. Adanya batu yang besar ini tentu terlihat sebagai hambatan pertumbuhannya tetapi juga dapat membuat biji kurma itu tidak bertumbuh. Namun ternyata, dengan adanya batu yang besar, yang menekan itu, justru akan membuat pohon kurma akan terus berupaya untuk bertumbuh ke atas dan juga semakin berakar dan bertumbuh ke bawah.  Inilah yang membuat pohon kurma bisa hidup, bertumbuh dengan tinggi hingga 15 – 25 meter, dan kuat bertahan di tengah beragam cuaca ekstrim di padang gurun.

 

Dari filosofi pohon kurma yang bertumbuh dengan tidak mudah, melalui tekanan, tetapi akhirnya bertumbuh dengan kuat, ini juga memberi gambaran ketika hari ini kita akan membahas tentang pertumbuhan iman. Karena sangat mungkin, proses bertumbuh iman kita kepada Tuhan itu terjadi ketika kita mengalami tekanan, himpitan, kondisi yang tidak menyenangkan, jalan buntu, berusaha mencari jalan seperti akar pohon kurma yang berada di bawah batu yang besar. Kondisi bertumbuh dalam tekanan ini diceritakan dalam bacaan pertama kita hari ini. Yang memperlihatkan nabi Habakuk yang kala itu sedang berkeluh kesah pada Tuhan. Ia mengatakan: (Hab. 1 : 2) Berapa lama lagi, ya Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar: Aku berseru kepada-Mu kekerasan! Tetapi tidak Kau tolong?

 

Di bagian ini memperlihatkan kondisi Habakuk yang berada dalam kondisi yang sulit, tertekan karena kondisi lingkungan dan hari-harinya dipenuhi dengan kekerasan dan pertikaian. Dan kondisi yang berat itu, semakin berat karena dalam keluhnya ia merasa Tuhan tidak mendengar, Tuhan tidak menolong, dan tidak melakukan apa-apa untuk mengubah kondisi saat itu. Bahkan dalam konteks Habakuk ini, kita berpikir bahwa berkeluh pada Tuhan, bertanya pada Tuhan dan meragukan Tuhan dalam tekanan berarti Habakuk kehilangan imannya kepada Tuhan. Padahal tidak demikian, saudara. Karena dalam kondisi ini justru membuktikan bahwa imannya sedang bertumbuh.

 

Buktinya, ketika dalam Hab. 2 : 1 tertulis: Aku akan berdiri di tempat penjagaanku dan bertahan di menara; aku akan meninjau untuk melihat apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya terhadap pengaduanku.

Di titik ini, Habakuk mengajarkan kita, untuk bertumbuh dalam iman bisa jadi kita harus melewati berbagai tekanan. Namun tetaplah berdiri – bertahan – menanti – mencari jawaban dan kekuatan di dalam Tuhan. Karena orang benar akan hidup oleh percayanya kepada Tuhan (ay. 4)

 

Saudaraku, proses bertumbuh dalam iman tidak selalu statis tetapi dinamis dan seringkali tidak mudah. Karena hal ini bukan hanya diperlihatkan dalam Lukas 17.

 

Ay. 5 dimulai dengan perkataan para rasul kepada Tuhan “Tambahkanlah iman kami!” Kenapa para murid/para rasul meminta ditambahkan iman? Ternyata pernyataan para rasul ini muncul karena sebelum bacaan kita Yesus berfirman kepada mereka (dalam 17 : 3) Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalu ia berbuat dosa terhadap engkau 7x sehari dan 7x ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.

 

Waduh pengajaran Yesus ini, mudah untuk dikatakan Yesus tapi belum tentu mudah untuk dilakukan para muridNya. Menegur orang? Itu bukan hanya sekadar tegur. Ada efek dominonya. Bisa jadi tidak didengar, ditegur balik, atau dimarahi, orangnya tidak sadar, dll. Demikian juga dengan mengampuni orang yang berkali-kali melakukan dosa yang sama.  Wah ini nda mudah. Karena bisa jadi kita yang harus mengampuni orang lain, bukannya mengampuni membawa sejahtera buat kita, tetapi malah bisa jadi tekanan mental dan kehilangan iman. Karena sangat mungkin orang lain melalui perbuatan dan perkataan bisa membuat kita tidak bertahan dan tidak bertumbuh dalam iman. Itu sebabnya para rasul sadar diri mereka tidak akan bertahan lama. Akan dinamis. Makanya mereka minta Yesus untuk TAMBAHKANLAH IMAN KAMI!

 

Namun hal yang berbeda diungkapkan Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius. Sebab Paulus justru mengingat, bersyukur dan menegaskan bahwa orang lain dalam hal ini (keluarga) juga bisa menjadi alasan kita bertumbuh dalam iman.

Dalam 2 Tim. 1 : 5 Paulus katakan, “sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” Paulus tahu bahwa seseorang pun bisa bertumbuh imannya karena keluarga. Sebab keluarga adalah komunitas pertama dalam hidup manusia yang mendampingi dan mengajarkan untuk bertumbuh dalam iman kepada Tuhan.

 

Oleh karena itu ibu, bapak dan saudaraku dalam Tuhan. Firman Tuhan hari ini memberi pesan, bahwa:

1)   Bertumbuh dalam iman kepada Tuhan bisa melalui kondisi yang penuh tekanan, proses yang tidak mudah, masalah yang datang.

 

2)   Bertumbuh dalam iman sangat sulit kalau kita hanya mengandalkan diri kita sendiri dan memfokuskan diri kita kepada sikap orang lain dan bukan kepada Tuhan. Itu sebabnya kita juga harus belajar untuk meminta Tuhan, tambahkanlah iman kami sebagai bentuk kita untuk terus meminta Tuhan menolong kita.

 

3)   Bertumbuh dalam iman harus dimulai dari keluarga. Karena keluarga adalah tempat setiap orang (bukan hanya anak tetapi juga orang tua) untuk bertumbuh imannya kepada Tuhan.


Semangat menjadi keluarga yang terus berupaya untuk bertumbuh bersama. Tuhan menolong kita semua. Amin. (mC)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar