Sabtu, 15 Juni 2019

Bersahabat dan Partisipatif dalam Cinta Kasih

| Minggu Trinitas |

|Amsal 8:1-4, 22-31| Mazmur 8 | Roma 5:1-5 | Yohanes 16:12-15 |


Setelah melalui rangkaian Masa Raya Paska hingga Pentakosta, saat ini kita mengawali masa biasa dengan merayakan Minggu Trinitas. Gereja menempatkan salah satu Minggu dalam tahun gerejawi untuk merayakan dan menegaskan dasar iman kita, Allah Trinitas, fokus dan sumber segala kehidupan. Trinitas adalah doktrin Kristen yang paling mendasar namun juga paling dihindari. Banyak orang Kristen yang merasa belum mampu memahami Trinitas secara utuh, apalagi menjelaskannya. Walaupun demikian, Catherine LaCugna, seorang teolog feminis Katolik, menyatakan yang berlainan dengan ini, yakni bahwa doktrin Trinitas adalah doktrin yang paling praktis dalam kekristenan. Semua hal bisa didekati dan ditelaah dari sudut pandang trinitarian. Trinitas di sini menjadi lensa iman, yang melaluinya seluruh dimensi kehidupan dapat dipandang dan dipahami secara lebih jernih.

Banyak teolog yang menggunakan pendekatan trinitarian untuk mengkaji bidang yang mereka tekuni, misalnya John Zizioulas dan Miroslav Volf yang menggunakan pendekatan trinitas untuk studi eklesiologi, JΓΌrgen Moltmann untuk eskatologi, Leonardo Boff untuk teologi pembebasan, serta Elizabeth Johnson dan LaCugna sendiri dalam teologi feminis. Tak ketinggalan teolog Indonesia, Joas Adiprasetya, pun menggunakan pendekatan trinitarian untuk menelaah teologi agama-agama. Konfesi GKI 2014 pun disusun berdasarkan pendekatan trinitarian. Butir pertama Konfesi GKI menyatakan “GKI menyadari bahwa keberadaannya di dunia dalam konteks Indonesia tidak lepas dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam persekutuan kasih-Nya yang akrab dan dalam karya penciptaan-Nya, pemeliharaan-Nya, penyelamatan-Nya, dan pembaruan-Nya.” GKI menyadari dirinya sebagai sebuah persekutuan yang hadir di tengah dunia tidak lepas dari persekutuan kasih yang akrab Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Trinitas sering dijelaskan dengan konsep perikhoresis, yakni sebuah konsep yang digunakan bapa-bapa gereja abad ke-2 sampai ke-4 untuk menjelaskan Kristus, dan  kemudian juga untuk menjelaskan Allah. Perikhoresis adalah persekutuan cinta kasih tiga pribadi (person) ilahi yang sangat akrab sedemikian hingga ketiganya saling masuk, saling rangkul dan saling memberi ruang. Ketiga pribadi itu sekaligus sama-sama ada dan sama-sama kekal, tidak terpisah dan saling terkait. Ketiga pribadi ini dalam diri-Nya dan sejak kekekalan terikat satu sama lain, selalu ada bersama, dan tidak pernah ada secara terpisah. Tidak ada pribadi yang ada pada dirinya sendiri tanpa relasi dengan yang lain; setiap pribadi terkait pada yang lain, ada dari yang lain, serta mengandung yang lain; ada kesalingterkaitan antara pribadi-pribadi dalam persekutuan.

Oleh karena itulah, perikhoresis juga sering digambarkan sebagai tarian ilahi, dari kata peri (mengelilingi, menyekitari, berputar) dan khorein (mengisi, memberi ruang); khora (ruang, rahim) atau khoreuo (tarian). Sebenarnya memang tidak ada ilustrasi yang dapat menjelaskan Trinitas secara utuh. Namun dengan konsep perikhoresis, saya seringkali menjelaskannya menggunakan mainan anak-anak, fidget spinner. Spiner memiliki tiga sisi yang ketiganya harus berputar besama-sama untuk bekerja. Ketiganya berputar sebagai satu kesatuan, sehingga kita tidak melihatnya sebagai tiga spinner, melainkan satu spinner. Allah pun demikian, Ia terur berputar dan menari sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Ilustrasi-ilutrasi yang sering digunakan biasanya gagal menjelaskan Trinitas. Misalnya seorang bapak dengan tiga fungsi sebagai bapak, guru, dan ketua RT; atau matahari dengan benda, cahaya, panasnya. Ilustrasi-ilustrasi itu justru tidak memperlihatkan relasi cinta kasih Bapa, Anak, dan Roh Kudus.



Relasi cinta kasih Allah Trinitas ini terlihat juga dalam teks Injil hari ini Yohanes 16:15, “segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."  Memang tidak secara eksplisit terlihat relasi itu, namun jika kita cermati frasa “segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya” tentu kita melihat bahwa ketiga Pribadi itu menyatu sedemikian rupa dalam ikatan dan karya-Nya. Pada ayat 12 Yesus juga mengatakan “sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri.” Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak berkarya sendiri, melainkan bersama-sama Bapa dan Anak. Dengan relasi itu, kita dapat melihat Bapa dinyatakan dalam karya Kristus, dan Bapa serta Anak dinyatakan dalam karya Roh Kudus. Dalam konteks pembicaraan Yesus tentang Sang Penghibur, di sini menjadi jelas bahwa melalui Roh Kudus, para murid-Nya mampu mengalami Kristus dan Bapa.

Allah Trinitas adalah Allah yang satu dalam keberagaman. Ia bukan satu Allah (monoteis), bukan juga tiga Allah (triteis) tetapi Allah yang tiga pribadi dalam satu hakikat (trinitas). Tiga pribadi Bapa, Anak, dan Roh Kudus merupakan pribadi-pribadi dengan karakteristik partikular-Nya. Sang Bapa adalah sumber dengan karakteristik yang “memperanakan,” Sang Anak “diperanakan,” dan Sang Roh Kudus “keluar dari.” Ketiga pribadi ini berbeda dalam karakteristik partikular tetapi berada dalam satu hakikat, yakni Allah. Meskipun berbeda, tidak ada satu pribadi yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada pribadi lain, ketiganya setara, tidak bercampur, tetapi juga tidak terpecah-pecah dan tidak terpisah-pisah. Perbedaan karakteristik partikular ini bukan berarti bahwa ketiganya berkarya secara terpisah-pisah. Seperti yang dikatakan Yesus sendiri, Roh Kudus mengatakan apa yang dikatakan Yesus dan Bapa, Yesus pun melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Karya Kristus ke dalam dunia merupakan karya Allah Trinitas, begitu pula Roh Kudus berkarya sebagai karya Allah Trinitas.

Dalam karya-Nya ke dalam dunia, Allah Trinitas membuka ruang bagi seluruh ciptaan untuk berpartisipasi dalam persekutuan ilahi, dalam gerak Allah. Dalam Roma 5:1-5 dikatakan bahwa di dalam Kristus manusia dapat masuk dalam kasih karunia Allah dan kasih karunia Allah itu dicurahkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus. Dari sini kita dapat memahami tarian cinta kasih Allah yang melibatkan manusia. Allah mengundang manusia melalui kasih karunia-Nya untuk masuk dalam tarian agung itu. Kasih karunia Allah dalam Kristus yang kita terima melalui karya Roh Kudus menarik kita ke dalam persekutuan cinta kasih Allah itu untuk turut berpartisipasi dalam karya cinta kasih Allah ke dalam dunia.

Dari pemaparan yang sangat singkat mengenai Trinitas di atas, ada beberapa prinsip yang dapat kita tarik dalam kehidupan kita sebagai gereja. Pertama, Allah Trinitas adalah persekutuan cinta kasih kekal Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang relasional. Allah berkarya ke dalam dunia sebagai kesatuan utuh yang tidak terpisah-pisah. Kedua, tidak ada pribadi yang lebih baik atau lebih tinggi daripada yang lain, setiap pribadi adalah setara dalam persekutuan cinta kasih. Ketiga, tiga pribadi ilahi memiliki karakteristik partikular yang berbeda-beda, namun selalu berkarya dalam kesatuan yang tidak terpisak-pisah. Tidak ada satu pribadi yang berkarya tanpa yang lain. Keempat, persekutuan Bapa, Anak, dan Roh Kudus menarik dan melibatkan kita untuk turut menjalankan karya cinta kasih Allah ke dunia.

Dari prinsip-prinsip itu kita dapat memandang gereja sebagai persekutuan para sahabat dengan relasi cinta kasih dalam kesetaraan yang berpartisipasi dalam Allah Trinitas. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di dalam persekutuan itu, semuanya setara. Gereja pun berisi berbagi manca manusia dengan segala karakteristik dan identitas yang berbeda-beda. Namun dalam kepelbagaian itu, gereja sebagai persekutuan terus berkarya sebagai partisipasi dalam karya Allah. Partisipasi ini dilakukan dengan melakukan misi Allah ke dalam dunia, bukan misi pribadi atau kelompok. Misi dan karya Allah adalah merangkul seluruh ciptaan ke dalam persekutuan dengan Allah. Gereja turut berpartisipasi di dalamnya dengan bersama-sama memberdayakan yang lemah, membebaskan yang tertindas, memulihkan yang terluka, mendamaikan yang terpecah, menyatukan seluruh ciptaan, dan menyatukan seluruh ciptaan dengan Allah. (ThN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar