Minggu
Paskah VII
|
Kis 16:16-34 | Mazmur 97 | Wah 22:12-21 | Yoh 20-26 |
Minggu ini ada di antara dua hari besar umat
Kristiani, yakni Kenaikan Yesus Kristus dan Pentakosta. Pada bacaan Injil yang
lalu (Luk 24:44-53), Yesus memerintah para
murid untuk tetap tinggal di Yerusalem, “Tetapi kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari
tempat tinggi”. Dan benar, Injil Lukas mencatat
bahwa mereka tetap bersama dalam Bait Allah dan memuliakan Dia.
Ya,
mereka bersama-sama untuk menantikan datangnya penolong yang dijanjikan Yesus
bagi mereka. Namun yang unik adalah bacaan Injil pada Minggu ini, yang berisi
tentang doa Yesus. Yohanes 17 merupakan doa panjang yang disampaikan Yesus
kepada Bapa di Sorga. Jika dalam Matius dan Lukas terdapat Doa Bapa Kami, itu
tidak ada dalam Injil Yohanes. Doa Yesus dalam Yohanes 17 ini menjadi semacam
pengganti. Doa ini sendiri dibagi menjadi 3 bagian, yakni mengenai (i)
kemuliaan, (ii) doa bagi para murid, (iii) dan doa bagi orang percaya karena
pemberitaan para murid. Fokus bacaan Injil minggu ini ada pada bagian yang
ke-3; doa bagi orang percaya karena
pemberitaan para murid. Ada yang menarik. Apabila para murid sedang menunggu
dalam penantian akan datangnya Sang Penolong, bukankah bagian doa yang ke-2
lebih tepat? Memang bacaab Injil ini ada sebelum masa penantian antara Kenaikan
dan Pentakosta, akan tetapi doa Yesus dalam rangkaian bacaan leksionari ini
tentu mengindikasikan sesuatu yang bermakna. Yesus tidak hanya berpikir tentang
bagaimana murid-murid akan menghadapi keadaan, akan tetapi Yesus melihat lebih
jauh dari itu, yakni keberhasilan misi yang murid-murid emban; BERSAKSI!. Kita tentu
ingat, sebelum Yesus pulang ke Sorga (Kis 1:1-11), Ia memberikan ‘PR’ bagi para
murid untuk menjadi SAKSI Kristus sampai ke ujung bumi. Yesus tahu tentang
keberagaman dan segala perbedaan di antara murid-muridNya, namun akan lebih
kompleks adanya perbedaan dan keragaman orang percaya yang menerima Injil. Inilah
mengapa bacaan Injil kita difokuskan pada bagian doa yang ke-3.
Yesus
ingin bahwa pada akhirnya setiap orang percaya bisa hidup bersatu. Keragaman mereka
tak terpungkiri, namun jutsru dalam keberagaman itu mereka disatukan dalam
kebenaran dan kebaikan. Adalah Dra. Hj. Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid, M.
Hum, sosok perempuan yang sudah lebih dari 20 tahun secara konsisten melakukan
sebuah acara sederhana, yakni sahur bersama. Dari kota ke kota, dia melakukan
itu dan menyuarakan persahabatan dan cinta antar umat manusia. Istri dari
Presiden ke-4 Indonesia atau yang akrab kita kenal dengan nama Gus Dur ini,
justru menjangkau orang-orang yang terpinggirkan dan tak jarang di tempat yang mblusuk. Bu Shinta merasa, bahwa
orang-orang yang begiru ragam latar belakangnya inilah yang harus disentuh
untuk menyebarkan virus-virus cinta. Inilah maksud Doa Yesus pada bagian yang
ke-3, menyatukan orang-orang percaya di dalam cinta kepada Tuhan.
Demikian
apa yang ada dalam perjalanan Paulus, Silas dan Timotius di Filipi (Kis
16:16-34). Ketika penjaga penjara hampir bunuh diri, Paulus menghentikannya. Penjaga
itu lantas tersungkur di depan Paulus dan Silas, dan bertanya "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat,
supaya aku selamat?”. Paulus
menjawabnya dengan sederhana, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus”. Percaya
memang sering kita dengar, tapi dalam praktiknya, percaya itu tidak
terimplikasikan dengan baik.
Percaya kepada Yesus, adalah percaya kepada Yesus yang berdoa bagi
kesatuan umat dan Tuhan. Percaya kepada Tuhan yang menginginkan kesatuan sesame
manusia. Tanggal 1 Juni, kita merayakan Hari Lahir Pancasila, karena memang
pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno untuk pertama kalinya memperkenalkan
konsep Pancasila dalam pidatonya. Bung Karno menerangkan, bahwa Indonesia ini
memang ditakdirkan hidup bersama meskipun berbeda. Kesatuan yang diusungnya bukanlah
keseragaman karena memang pada dasarnya kita berbeda. Tapi dalam perbedaan
itulah kita disatukan dalam butiran-butiran Pancasila sebagai dasar bernegara.
Jika Yesus menginginkan adanya kesatuan, masihkah kita hidup dalam
kurungan rasa curiga dan kebencian?
ftp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar