Sabtu, 08 Juni 2019

ROH KUDUS MEMBERI HIDUP BARU KEPADA BUMI

Minggu Pentakosta
Kis. 2 : 1 – 21; Mzm. 104 : 24 – 35; Rm. 8 : 14 – 17; Yoh. 14 : 8 – 17, 25 – 27



Ketika hari Pentakosta (Yun. Pentekonta: ke-50), semua orang percaya berkumpul di satu tempat, yaitu di Yerusalem (Kis. 2 : 5). Untuk apa orang percaya berkumpul  di Yerusalem, sementara Roh Kudus belum turun? Rupanya Pentakosta yang mereka rayakan adalah pentakosta  yang tercatat dalam Perjanjian Lama (PL). Pentakosta ini adalah salah 1 hari raya yang ditetapkan Tuhan untuk terus diingat, dicatat dalam tarikh (kalender Yahudi) dan dirayakan orang Israel (bdk. Kel. 34 : 22; Im. 23 : 15 – 22; Bil. 28 : 26 – 31; Ul. 16: 9 – 17).
          Sehingga, Pentakosta yang dirayakan oleh orang-orang percaya itu untuk mengingat pesan Tuhan dalam PL, yaitu sebagai momen mengucap syukur atas kebaikan Tuhan melalui hasil bumi, pemberian persembahan syukur korban sajian maupun hasil panen (bumi) kepada Tuhan, dan sebagai pesan yang terus dilakukan selamanya turun-temurun.
          Namun demikian, dalam Kis. 2 menceritakan adanya makna baru hari Pentakosta. Di 1 sisi Pentakosta sebagai perayaan syukur dan persembahan hasil bumi seperti perintah Tuhan dalam PL. Di sisi lain, sebagai hari turunnya Roh Kudus. Apa dampak turunnya Roh Kudus?
1)  Yesus bukan PHP (pemberi harapan palsu tapi pemberi harapan pasti). Yesus pernah berjanji dalam bacaan Injil Yoh. 14 : 16 – 17

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertaikamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”

Dan hari Pentakosta ini menjadi bukti penyertaan Tuhan, bahwa momen Kenaikan Ia ke Sorga bukan berarti Allah meninggalkan umatNya dan masa bodo dengan kehidupan orang percaya. Tetapi justru Ia tetap dan setia menyertai umatNya.

2)   Roh Kudus juga memberi kemampuan kepada para murid untuk berani bersaksi. Padahal kita tahu bagaimana latar belakang pekerjaan, pendidikan dan karakter para murid Yesus. Rata-rata mereka adalah nelayan, buta huruf karena kurang berpendidikan, bahasa yang mereka tahu mungkin hanya bahasa alam (angin laut, badai, dll).

Sementara karakter mereka, rata-rata penakut. Lihat saja waktu Yesus ditangkap di Taman Getsemani, mereka lari kocar-kacir. Waktu Yesus menampakan diri ketika Ia bangkit, Ia mendapati para muridNya berada di suatu tempat dengan pintu yang terkunci rapat karena takut. Tetapi, sekalipun mereka bukanlah orang berpendidikan, tidak bisa berbicara dengan baik, dan penakut.

Dengan Roh Kudus hinggap (Yun. Ekathise: bukan menghanguskan tapi nyala api yang lembut) ke atas mereka, mereka dapat berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (Yun. Xenolalia: bahasa asing) yang dimengeti para pendengar (Kis. 2 : 4, 7 – 8). Bahkan Petrus berani berdiri dan berkhotbah kepada semua orang di Yerusalem sehingga pada hari itu juga jumlah mereka bertambah kira-kira 3.000 jiwa (Kis. 2 : 41).
  
3)   Banyak orang menjadi percaya. Ketika para murid dapat berkata-kata, Petrus dapat berkhotbah dan banyak orang mengerti apa yang dikatakan para murid dan menjadi percaya. Tentu itu semua bukan karena kehebatan para murid. Tetapi karena Roh Kudus. Sehingga, orang Yahudi dan sekitarnya yang tadinya mungkin ke Yerusalem, hanya untuk mengingat perintah Tuhan dalam PL justru mendengarkan apa yang dikatakan para murid (termasuk Petrus), akhirnya memberi diri mereka percaya, bertobat dan dibaptis.

Di hari Pentakosta ini, bagaimana gereja-gereja kekinian khususnya GKI merayakan hari Pentakosta? Ada yang mungkin mendekorasi gereja dengan gambar lidah-lidah seperti nyala api. Ada pula yang mungkin mendekorasi dengan unduh-unduh (unduh/ngunduh: memetik/memanen hasil bumi). Bahkan ada juga yang bertanya, masih perlukah mendekorasi dengan unduh-unduh? Karena tidak terlalu kontekstual lagi.
          Semua dekorasi itu hanya sekadar simbol yang mengingatkan kita akan peristiwa Pentakosta. Namun, memaknai Pentakosta tentu bukan hanya sebatas dekorasi atau proses mengingat kembali peristiwa itu. Tetapi kita, anak-anak Allah juga hendak memaknainya dengan menjadi saksi.
          Apa yang bisa kita saksikan (lihat dan aksikan)? Melalui tema “Roh Kudus memberi hidup baru kepada bumi. Maka di hari Pentakosta ini, sekaligus tanggal 5 Juni yang lalu kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Maka kita pun hendak menjadi saksi Tuhan bagi bumi. Mengapa bagi bumi? Karena bumi dicipta dan dipelihara Tuhan, tetapi manusia seringkali merusak bumi.
Lihatlah, sudah banyak kampanye #saveearth #gogreen #nostrawmovement #noplastic, dll berkumandang. Di Denpasar saja sejak tanggal 1 Januari 2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota Denpasar no. 36 tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik. Karena menurut Mentri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menyebutkan Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia (kompas, 19/8/18). Dampaknya banyak biota laut mati karena plastik.
          Mari kita semangat menjadi saksi Tuhan dengan mengurangi penggunaan sedotan plastik, membawa tas dari kain untuk berbelanja dan membawa botol air minum sehingga penggunaan plastik berkurang dan kita pun menjadi saksi Tuhan bagi bumi. Roh Kudus yang memberi hidup kepada bumi, menolong kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar