Jumat, 11 Oktober 2019

MEMANDANG DENGAN SEBELAH MATA

(Minggu Biasa)
2 Raj. 5 : 1 - 3, 7 - 15; Mzm. 111; 
2 Tim. 2 : 8 - 15; Luk. 17 : 11 - 19

Di bulan Oktober ini ada sebuah film yang menceritakan salah 1 karakter DC Comic, yaitu Joker. Film yang disutradarai oleh Todd Phillips ini menceritakan masa lalu seorang Joker yang ternyata adalah seorang pria yang dipandang sebelah mata, disepelekan, ditolak, dibully, dianiaya, dan memiliki sebuah penyakit psikis bernama Pseudobulvbar affect (Pba): gangguan emosi yang membuat penderita tertawa/menangis tidak pada waktunya.

Ternyata, memandang orang lain/situasi dengan sebelah mata bukan hanya terjadi di film Joker. Tetapi sudah ada di jaman Yesus. Dalam Lukas 17 menceritakan ada 10 orang kusta yang berupaya menemui Yesus. Namun di ayat 12 menuliskan, mereka berdiri agak jauh dari Yesus. Karena apa? 1) Karena di jaman itu, kusta adalah penyakit menular dan 2) pada masa itu belum ada obatnya sehingga orang-orang yang sakit kusta seringkali dijauhi, dipandang sebelah mata dan dicap sebagai orang-orang yang sakit karena dosa. 3) Yang mencari dan membutuhkan Yesus bukan hanya mereka, tapi tentu juga banyak orang lainnya. Sehingga saya membayangkan, Yesus saat itu pasti dikerubungi oleh banyak orang.

Di tengah-tengah situasi yang tidak dipedulikan orang lain bahkan sulit berjumpa Yesus, 10 orang kusta ini berteriak-teriak memanggil Yesus dengan harapan Yesus tidak sama dengan orang lain yang memandang mereka dengan sebelah mata. Dan ternyata apa yang mereka lakukan tidak sia-sia, karena Yesus memandang (memperhatikan) mereka dan menyuruh mereka pergi kepada imam-imam.

Tapi jika dibaca sekilas kata-kata Yesus ini, kok nampaknya Yesus tidak beri solusi? Apakah Ia juga memandang mereka dengan sebelah mata? Karena 1) lagi sakit tapi disuruh jalan ke imam padahal Yesus bisa langsung sembuhkan mereka, 2) para imam itu bukan di perbatasan Samaria dan Galilea, tapi di Yerusalem karena mereka bertugas di Bait Allah, 3) Yesus suruh mereka ke imam yang adalah pengajar dan pemimpin agama yang tidak bisa menyembuhkan. Seharusnya ke tabib yang bertugas untuk menyembuhkan.

Tapi 10 orang kusta ini percaya saja, jalan saja sekalipun sulit. Mengapa? Karena mereka ingin sembuh, ingin tidak dipandang sebelah mata lagi oleh orang lain dan karena track record Yesus yang tidak pernah gagal untuk menyembuhkan.

Ketika apa yang Yesus katakan untuk mereka seakan Yesus juga memandang mereka sebelah mata, ternyata hal itu ditepis dengan pemulihan (tahir -  KBBI: bersih, suci, sembuh) 10 orang kusta ini dalam perjalanan mereka.

Tetapi cerita belum selesai. Setelah 10 orang kusta itu sudah disembuhkan, ironisnya hanya 1 orang yang kembali memuliakan Allah, tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur. Dan dia yang kembali adalah seorang Samaria. Seorang yang dipandang sebelah mata oleh orang Israel. Namun melalui kisah ini Yesus menunjukkan, justru yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat (mantan penyakit kusta, orang Samaria) inilah yang tidak memandang sebelah mata karya Allah dan memuliakan Allah.

Saudaraku yang terkasih,
Memandang sebelah mata juga ditulis dalam bacaan pertama (2 Raja-raja 5) tentang panglima raja Aram bernama Naaman yang sakit kusta. Ia mendatangi nabi Israel, Elisa untuk disembuhkan. Namun Namaan justru disuruh pergi mandi di sungai Yordan 7 kali (ay.10). Naaman kesal karena berharap proses penyembuhan akan dilakukan dengan instan. Ia bahkan gusar karena harus mandi di sungai Yordan yang kalah baiknya dibandingkan sungai-sungai Damsyik.  Namun justru ketika perkataan Elisa diremehkan, sungai pun diremehkan, Allah justru dapat memakai siapa saja dan apa saja yang diremehkan untuk menyembuhkan Naaman.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Jika berkaca dari bacaan firman Tuhan ini, apakah kita pun masih sering memandang orang lain di sekitar kita dengan sebelah mata? Entah mungkin karena pakaian, pekerjaan, karakter, gaya, wajah, pelayanan, keadaan ekonomi, dll. Ingatlah, Yesus memandang orang lain dengan tidak menutup sebelah mata/menutup kedua mataNya. Tetapi Ia membuka mataNya, memandang mereka dan menyembuhkan mereka. Mari kita juga membuka mata kita, peka melihat keberadaan orang lain di sekitar kita dan menolong mereka dengan kebisaan kita.  Jika kita yang diremehkan, tetaplah melakukan aksimu seperti Elisa. Biar Tuhan yang mengutusmu, Ia juga memperlengkapimu. Amin
-mc-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar