Kamis, 03 Oktober 2019

IMAN SEHARI-HARI

Minggu Biasa 16
Habakuk 1:1-4; 2:1-4 | Mzm 37:1-9 | 2 Tim 1:1-14 | Luk 17:5-10


Ikuti instruksi saya; coba pejamkan mata, santai, dan coba bayangkan, anda berada di sebuah perjalanan kereta api dimana penumpangnya penuh sesak. Dalam kereta itu suasana begitu tenang dan menyenangkan, lalu anda mulai merasa kantuk luar biasa. Namun tiba-tiba, ada suara yang sangat keras bersamaan dengan guncangan dahsyat. Lalu entah bagaimana, anda membuka mata dan sudah berpindah di sebuah ruangan. Anda di rumah sakit! Ternyata, terjadi kecelakaan dalam kereta, dan ternyata anda satu-satunya orang yang selamat dalam gerbong itu. Buka mata anda. Menurut anda, apakah itu luar biasa?
Coba renungkan terlebih dahulu…
Ikuti instruksi saya; coba pejamkan mata, santai, dan coba bayangkan, anda berada di sebuah perjalanan kereta api dimana penumpangnya penuh sesak. Dalam kereta itu suasana begitu tenang dan menyenangkan, lalu anda mulai merasa kantuk luar biasa. Namun tiba-tiba, anda terbangun karena suara pengumuman dari pihak kereta api bahwa kereta sudah sampai pada tujuan anda. Anda segera mengambil tas, turun, dan selesailah perjalanan. Buka mata anda. Menurut anda, apakah itu luar biasa?
Lebih mudah untuk kita dibuat terkesima dengan kejadian yang luar biasa mengejutkan dan dramatis. Tidak heran, beberapa kali ajang pencarian bakat di dunia dimenangkan oleh tukang sulap. Pesulap selalu dengan banyak triknya begitu membuat para juri dan penonton berdecak kagum, bahkan mlongo. Bahkan, bermunculan teori-teori bahwa pesulap itu menggunakan kekuatan iblis untuk memuluskan aksinya. Namun, jika yang menarik selalu yang berbusana spektakuler, bagaimana dengan hidup sehari-hari yang nampak gitu-gitu aja?
Murid-murid memohon pada Yesus, "Tambahkanlah iman kami!". Bukan tanpa alasan, mereka meminta itu karena Yesus menghendaki mereka supaya tetap mengampuni orang yang bersalah kepada mereka. Gambaran kesalahan sebanyak 7 kali menyiratkan adanya kesalahan yang begitu menyakitkan. Begitu menyakitkan, namun tetap ampunilah. Di sinilah murid-murid merasa bahwa iman mereka harus ditambah, mungkin supaya tambah kuat dan mampu mengampuni. Namun, Yesus menjawab mereka, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.". Yesus menggunakan analogi biji sesawi yang kecil untuk menjawab permohonan mereka. Seakan-akan Yesus menjawab, “Iman bukan besar dan kecil, bila memang kamu memiliknya, kamu bisa melakukan hal-hal di luar nalarmu”. Pertanyaannya, apa kita memilikinya? Biji sesawi, kecil, namun bisa memerintahkan pohon ara untuk mencabut dirinya sendiri dan menanamkan di dalam laut. Aneh? Iya.
Mengapa Yesus menganalogikan iman dengan biji sesawi dan bukan batu yang sangat besar? Dilansir dari laman https://www.growveg.com/guides/the-benefits-of-growing-mustard/ , biji sesawi termasuk benih yang mudah tumbuh. Info ini mungkin bisa meraba maksud Yesus mengenai iman yang diibaratkan seperti biji sesawi, bahwa iman itu bisa bertumbuh. Biji sesawi menyimbolkan sebuah pertumbuhan dalam ketekunan sedangkan batu tetaplah batu dan mati. Bukan disulap, ditanam, langsung bertumbuh dan bisa dikonsumsi. Biji sesawi itu harus melalui perjalanan pemeliharaan dan perawatan yang panjang. Tidak ada benih yang disiram di malam hari, lalu tumbuh subur di pagi hari. Inilah iman. Inilah tema kita “Iman sehari-hari”. Iman perlu dipelihara dan dirawat setiap hari.  Memang hidup kita sehari-hari berjalan begitu saja, namun karena iman kita bisa menyadari kehadiran dan karya Allah dalam kehidupan. Bukan selalu hal spektakuler, namun hal yang nampaknya bersifat rutin dan mungkin membosankan. Yesus ingin mengatakan kepada kita bahwa dengan iman (yang bertumbuh) seperti biji sesawi kita bisa melakukan hal-hal besar termasuk mengasihi siapapun yang melukai kita. Tentu, dengan syarat kita mau merawat dan memeliharanya dengan tekun dalam hidup sehari-hari. Tidak perlu dengan peristiwa-peristiwa hebat, namun dengan kesetiaan merefleksikan hidup dan melakukan pencarian pada karya Allah di dalamnya. 
Demikian nasihat Rasul Paulus pada Timotius dalam 2 Timotius 1: 14 “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.” Ketika kita menghidupi bahwa iman kita adalah anugerah Allah, marilah memelihara iman itu dengan tekun dalam kehidupan kita sehari-hari.
ftp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar