Minggu Biasa 16
Habakuk 1:1-4; 2:1-4 | Mzm 37:1-9 | 2 Tim 1:1-14 | Luk 17:5-10
Ikuti instruksi saya;
coba pejamkan mata, santai, dan coba bayangkan, anda berada di sebuah
perjalanan kereta api dimana penumpangnya penuh sesak. Dalam kereta itu suasana
begitu tenang dan menyenangkan, lalu anda mulai merasa kantuk luar biasa. Namun
tiba-tiba, ada suara yang sangat keras bersamaan dengan guncangan dahsyat. Lalu
entah bagaimana, anda membuka mata dan sudah berpindah di sebuah ruangan. Anda
di rumah sakit! Ternyata, terjadi kecelakaan dalam kereta, dan ternyata anda
satu-satunya orang yang selamat dalam gerbong itu. Buka mata anda. Menurut anda, apakah itu
luar biasa?
Coba renungkan terlebih
dahulu…
Ikuti instruksi saya;
coba pejamkan mata, santai, dan coba bayangkan, anda berada di sebuah
perjalanan kereta api dimana penumpangnya penuh sesak. Dalam kereta itu suasana
begitu tenang dan menyenangkan, lalu anda mulai merasa kantuk luar biasa. Namun
tiba-tiba, anda terbangun karena suara pengumuman dari pihak kereta api bahwa
kereta sudah sampai pada tujuan anda. Anda segera mengambil tas, turun, dan
selesailah perjalanan. Buka mata anda. Menurut anda, apakah itu luar biasa?
Lebih mudah untuk kita dibuat terkesima dengan kejadian
yang luar biasa mengejutkan dan dramatis. Tidak heran, beberapa kali ajang
pencarian bakat di dunia dimenangkan oleh tukang sulap. Pesulap selalu dengan
banyak triknya begitu membuat para juri dan penonton berdecak kagum, bahkan mlongo. Bahkan, bermunculan teori-teori
bahwa pesulap itu menggunakan kekuatan iblis untuk memuluskan aksinya. Namun,
jika yang menarik selalu yang berbusana spektakuler, bagaimana dengan hidup
sehari-hari yang nampak gitu-gitu aja?
Murid-murid memohon pada
Yesus, "Tambahkanlah iman
kami!". Bukan tanpa alasan, mereka meminta itu karena Yesus
menghendaki mereka supaya tetap mengampuni orang yang bersalah kepada mereka. Gambaran
kesalahan sebanyak 7 kali menyiratkan adanya kesalahan yang begitu menyakitkan.
Begitu menyakitkan, namun tetap ampunilah. Di sinilah murid-murid merasa bahwa
iman mereka harus ditambah, mungkin supaya tambah kuat dan mampu mengampuni. Namun, Yesus
menjawab mereka, "Kalau sekiranya
kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon
ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu.". Yesus menggunakan analogi biji sesawi yang kecil untuk
menjawab permohonan mereka. Seakan-akan Yesus menjawab, “Iman bukan besar dan
kecil, bila memang kamu memiliknya, kamu bisa melakukan hal-hal di luar nalarmu”.
Pertanyaannya, apa kita memilikinya? Biji sesawi, kecil, namun bisa
memerintahkan pohon ara untuk mencabut dirinya sendiri dan menanamkan di dalam
laut. Aneh? Iya.
Mengapa Yesus menganalogikan
iman dengan biji sesawi dan bukan batu yang sangat besar? Dilansir dari laman https://www.growveg.com/guides/the-benefits-of-growing-mustard/
, biji sesawi termasuk benih yang mudah tumbuh. Info ini mungkin bisa meraba
maksud Yesus mengenai iman yang diibaratkan seperti biji sesawi, bahwa iman itu
bisa bertumbuh. Biji sesawi
menyimbolkan sebuah pertumbuhan dalam ketekunan sedangkan batu tetaplah batu
dan mati. Bukan disulap, ditanam, langsung bertumbuh dan
bisa dikonsumsi. Biji sesawi itu harus melalui perjalanan pemeliharaan dan perawatan
yang panjang. Tidak ada benih yang disiram di malam hari, lalu tumbuh subur di
pagi hari. Inilah iman. Inilah tema kita “Iman
sehari-hari”. Iman perlu dipelihara dan dirawat setiap hari. Memang hidup kita sehari-hari berjalan
begitu saja, namun karena iman kita bisa menyadari kehadiran dan karya Allah
dalam kehidupan. Bukan selalu
hal spektakuler, namun hal yang nampaknya bersifat rutin dan mungkin
membosankan. Yesus ingin mengatakan kepada kita bahwa dengan iman (yang
bertumbuh) seperti biji sesawi kita bisa melakukan hal-hal besar termasuk
mengasihi siapapun yang melukai kita. Tentu, dengan syarat kita mau merawat dan
memeliharanya dengan tekun dalam hidup sehari-hari. Tidak perlu dengan
peristiwa-peristiwa hebat, namun dengan kesetiaan merefleksikan hidup dan
melakukan pencarian pada karya Allah di dalamnya.
Demikian nasihat Rasul Paulus pada Timotius
dalam 2 Timotius 1: 14
“Peliharalah harta yang
indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di
dalam kita.” Ketika kita
menghidupi bahwa iman kita adalah anugerah Allah, marilah memelihara iman itu
dengan tekun dalam kehidupan kita sehari-hari.
ftp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar