Selasa, 19 Mei 2020

Menyatu dengan Allah dan Berkarya

Minggu Paskah VII
Yohanes 17:1-11

Bacaan Injil hari ini adalah doa Yesus Kristus agar para murid menyatu dengan Allah dan berkarya. Mengenai persatuan dan karya ada sebuah kisah menarik.

Alkisah, ada sekawanan burung merpati yang terbang untuk mencari makanan. Mereka dipimpin oleh raja mereka. Suatu hari, saat telah terbang jauh dan sangat lelah. Raja merpati mendorong mereka untuk terbang sedikit lebih jauh.

Burung merpati terkecil terbang dengan kecepatan maksimal dan menemukan beberapa beras bertebaran di bawah pohon beringin. Maka semua burung merpati mendaran dan mulai makan.

Tiba-tiba sebuah jaring jatuh di atas mereka dan mereka semua terjebak. Mereka melihat seorang pemburu mendekati membawa sebuah sangkar besar. Burung-burung merpati itu dengan putus asa mengepakkan sayap mereka untuk mencoba keluar dari jaring, tapi sia-sia.

Raja punya ide. Ia menyarankan semua burung merpati untuk terbang bersama membawa jaring itu bersama mereka. Ia mengatakan bahwa ada kekuatan dalam kesatuan.
Maka, setiap merpati mengambil sebagian jaring dan bersama-sama mereka terbang membawa jaring itu. Pemburu itu mendongak takjub. Dia mencoba mengikuti mereka, tapi mereka terbang tinggi di atas perbukitan dan lembah.

Mereka terbang ke sebuah bukit dekat sebuah kota kuil dimana tinggal seekor tikus yang bisa membantu mereka. Tikus itu adalah teman sejati raja merpati. Saat tikus mendengar suara keras mendekat, ia bersembunyi. Raja merpati dengan lembut memanggilnya. Seketika tikus itu senang melihatnya.

Raja merpati itu menjelaskan bahwa mereka terjebak dalam perangkap dan membutuhkan bantuan tikus untuk menggerogoti jaring dengan giginya dan membebaskan mereka.
Tikus setuju, lalu mengatakan bahwa ia akan membebaskan raja terlebih dahulu. Raja bersikeras bahwa tikus itu harus membebaskan rakyatnya terlebih dahulu dan raja yang terakhir.

Tikus memahami perasaan raja dan memenuhi keinginannya. Ia mulai memotong jaring dan satu per satu merpati dibebaskan termasuk raja merpati.

Burung-burung merpati itu mengucapkan terima kasih pada tikus dan terbang bersama, bersatu dalam kekuatan mereka.

Demikianlah indahnya persatuan, dan kisah ini menyadarkan kita bahwa dalam persatuan selalu terkandung keberagaman. Keberagaman tanpa kesatuan tujuan tentu tak akan mudah menghasilkan karya, sebab bayang-bayang perpecahan bisa sewaktu-waktu merusak karya. Yesus Kristus pun menyadari bahwa murid-murid-Nya mungkin saja mengalami perpecahan sebab mereka beragam dan mereka harus berkarya di tengah keberagaman. Oleh karena itu Ia berdoa untuk kesatuan tujuan para murid dan bahkan pada perikop selanjutnya Yesus berdoa bagi orang-orang yang akan mendengarkan kesaksian para murid-Nya.

Mengapa?
Landasan doa Yesus tak lain adalah kesatuan antara Bapa dan Anak.
Ay. 11 menggambarkan kesatuan itu, “supaya mereka menjadi satu sama seperti KITA”

Doa ini memiliki implikasi nyata, bahwa Gereja harus bersatu karena gereja berada di dalam kesatuan Bapa dan Anak dalam kuasa Roh Kudus. Mengingkari kesatuan gereja sama halnya dengan mengingkari kesatuan Bapa dan Anak. Itu berarti, sekalipun dalam kenyataannya kita masih terus memperjuangkan wujud kesatuan gereja itu, kita harus mulai dari sebuah pengakuan bahwa memang gereja sudah satu.

Kok bisa sudah satu? Bukannya Gereja itu beragam. Nah, kesatuan gereja tidak boleh kita pahami sebagai keseragaman. Sebab unity berbeda, bahkan berlawanan, dengan uniformity. Kesatuan gereja tidak bisa dipakai sebagai alasan penghilangan keunikan masing-masing anggota. Sebab sama seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus— Allah kita satu, namun majemuk dalam menunjukkan kemurahan-Nya. Lihatlah Ia yang satu itu mendekati kita sebagai Bapa dan seperti Ibu yang merawat dan menjaga anak-anakNya, sehingga untuk kesalahan kita mendapat pengampunan yang besar. Ia juga mendekat dengan berinkarnasi menjadi manusia yang menyapa dan mengajar kita secara manusiawi mengalami suka dan duka – hidup dan mati – demi memberikan teladan nyata. Ia mendekati kita bahkan dari dalam diri kita melalui nurani kita sehingga kita dapat merasakan penyertaan-Nya setiap saat sepanjang hidup kita.

Demikianlah seyogianya gereja-gereja merayakan perbedaan dan keunikannya masing-masing. Mungkin saja orang-orang kristen tidak akan pernah mengorganisir gereja dengan cara yang sama. Orang Kristen tidak menyembah/ beribadah kepada Allah dengan cara yang sama, melayani dengan kebiasaan dan praktek yang berbeda, namun kesatuan orang kristen harus melampaui semua perbedaan-perbedaan dengan menyatu dalam kasih Bapa Anak dan Roh Kudus, yakni dengan memandang kemajemukan sebagai sebuah keindahan yang harus dirawat dengan tepat.

Bagaimana caranya? Jalanilah kehidupan menggereja dengan syukur dan kegembiraan ketika berjumpa dengan keunikan-keunikan. Dengan syukur dan kegembiraan, tentu gereja dapat berkarya bersama dalam semangat saling melayani dan membangun gereja dengan kekaguman satu pada yang lain. Saat kesatuan dalam kemajemukan itu mewujud nyata, maka percayalah akan ada buah karya yang dihasilkan, yaitu banyak orang akan merasakan kehadiran dan kuasa Tuhan dalam rupa kesatuan itu sendiri. Oleh karena itu menyatulah dengan Allah dan sesama murid Kristus untuk berkarya!

Mengapa harus berkarya? Sebab Kristus, sang Teladan kehidupan kita pun berkarya di dunia. Ia berkarya di tengah dunia untuk mempermuliakan Bapa! Kelahiran, kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya adalah bagian dari kemuliaan-Nya. Ia menjalani jalan kemuliaan itu dengan berkarya dalam kesederhanaan, penolakan dan penderitaan. Semua dilakukan untuk membuat dunia tahu Bapa yang mengutus-Nya.

Kerapkali kita berhenti untuk menyatu dalan karya pelayanan dan kesaksian sebab kita tak ubahnya dunia yang suka hitung-hitungan dalam mengenali kasih, keselamatan dan Allah sendiri. Kasih, keselamatan dan Allah masih sering kita cari dengan hitungan matematika, “sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?” atau dalam tuntutan matematis, “kami telah menginggalkan ini dan itu, menyumbang ini dan itu di sana, apakah imbalannya, kok belum kelihatan?” Bila kita masih sibuk berhitung maka kita masih belum mengenali cara Allah berkarya. Padahal kita didoakan-Nya untuk hidup dalam kesatuan, kekeluargaan, kesetiakawanan, dan persekutuan di mana hitung-hitungan seharusnya tidak berlaku lagi.

Hanya bila kita sungguh mau menyatu dengan Allah, maka kita akan siap berkarya bersama Allah yang mempersatukan kita. Sebab dengan menyatu kita akan tahu benar bahwa kuasa kasih-Nya menggerakkan setiap orang yang dikasihi-Nya untuk berkarya merengkuh siapa saja. Baik orang-orang yang secara jelas mengikut Yesus dan mengaku percaya, maupun semua orang yang berusaha untuk menghormati dan mencintai mereka yang berbeda dan yang berusaha untuk hidup berdasarkan kebenaran dan keadilan.  Kasih Allah juga tertuju bagi mereka yang lemah di tengah wabah, yang membutuhkan bantuan kasih yang nyata, yang tertindas oleh kebijakan elitis, dan yang terus mengupayakan perlawanan dengan menapaki jalan kasih dan bukan jalan kekerasan. Untuk itu menyatulah utuh bersama Allah, sebab rintanganmu berat untuk wujudkan kesatuan kekeluargaan, kesetiakawanan, dan persekutuan dalam karya nyata di tengah dunia hari ini! Amin.

ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar