Rabu, 22 Juli 2020

Hidup Sebagai Warga Kerajaan Sorga


Minggu Biasa 7

Matius 13:31-33, 44-52

Kita tahu bersama bahwa sebagai Warga Negara Indonesia kita hanya diperbolehkan memiliki satu kewarganegaraan saja. Namun, di sisi lain kita juga menyadari bahwa sebagai orang Kristen kita adalah Warga Kerajaan Sorga. Masih ada yang bingung dengan hal ini. Sehingga kadang merasa harus lebih mengutamakan yang satu dibandingkan yang lain. Dalam beberapa kesempatan kita menjumpai orang-orang Kristen yang mengedepankan statusnya sebagai Warga Kerajaan Sorga dan kemudian merasa paling hebat serta berhak menghakimi yang lain. Di saat bersamaan dapat pula kita temui orang-orang yang mengedepankan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia sehingga merasa tidak perlu memerjuangkan kesaksian tentang Injil Kerajaan Sorga bagi dunia.

Sungguh disayangkan bila hal ini terjadi, sebab sejatinya kita bisa banyak belajar dari para tokoh Kristen Indonesia yang sangup mengabdikan diri sebagai Warga Kerajaan Sorga sekaligus Warga Negara Indonesia. Misalnya saja kisah Pattimura yang dituturkan oleh Pak Andar Ismail dalam artikel “Ya Kristen, Ya Indonesia” bukunya “SELAMAT MENGINDONESIA”.
Saat tentara Belanda menggerebek gedung Gereja Protestan Maluku di Saparua untuk menangkap hidup-hidup Pattimura dan pasukannya, ternyata gedung gereja itu sudah kosong. Yang ditemukan oleh tentara Belanda adalah sebuah Alkitab besar dalam keadaan terbuka dengan kata-kata mencolok, ... “Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku.” (Mzm. 17:8-9)
Insiden itu kecil, namun mempunyai arti yang besar. Insiden itu menunjukkan bahwa Kapitan Pattimura (nama sebetulnya Thomas Matulessy, 1783-1817) sungguh-sungguh mengaku Kristen dan sekaligus sungguh-sungguh mengaku Indonesia.
Cuplikan kisah ini sungguh menginspirasi dan berkait erat dengan yang diajarkan oleh Yesus melalui perumpamaan-perumpamaan yang kita baca dalam bacaan Injil hari ini. Matius 13:31-33, 44-52 berisi lima (5) perumpamaan yang menarik dan sederhana sekaligus patut direfleksikan secara mendalam, serta harus dipraktikkan dalam hidup sesehari. Setidaknya kelima perumpamaan ini dapat dilihat menjadi tiga poin.

Pertama, lihatlah dari perumpamaan pertama dan kedua, tentang biji sesawi dan ragi. Melalui perumpamaan ini Yesus ingin menegaskan bahwa dinamika kehidupan sebagai warga Kerajaan Sorga bukan tentang suatu hal yang megah dan mewah. Dinamikanya justru dimulai dari suatu yang kecil, sederhana, dan dapat dijumpai sehari-hari sebagaimana biji sesawi dan ragi. Meski demikian, keduanya dapat menghasilkan dampak yang besar dan luas. Biji sesawi yang kecil dapat menjadi pohon yang rindang dimana burung-burung dapat bersarang, dan ragi yang sedikit sekalipun dapat mengkhamiri adonan sehingga dapat mengembang menjadi roti yang baik. Melalui kedua perumpamaan itu pula disampaikan bahwa Kerajaan Sorga bukan hanya mengenai nanti/kelak, melainkan suatu yang sudah dimulai.
Dengan demikian sejatinya kita diajak oleh Yesus untuk mengenal dengan baik Kerajaan Sorga yang sudah ada diantara kita dari peristiwa-peristiwa sederhana dan diajak untuk terlibat memperkenalkan Kerajaan Sorga melalui hal sederhana dalam keseharian hidup kita.

Kemudian poin Kedua, tentang perumpaan mengenai Harta dan Mutiara.
Dari perumpamaan Harta dan Mutiara (Mat. 13:44-45) kita mendapat gambaran bahwa ketika mencari dan menemukan Kerajaan Allah, meski itu terjadi dalam kehidupan sesehari, harus disertai dengan semangat juang yang tinggi, kegembiraan yang membuncah, dan komitmen yang total sebagaimana seorang yang mendapati harta di ladang maupun mutiara.

Perumpamaan ini juga dekat dengan kita yang hari ini mudah terdistraksi (teralihkan) oleh banyak hal. Secara khusus kita diajak untuk terus update, melakukan pembaruan, menemukan kebaruan, dan akhirnya menuntut segala sesuatu harus segera berubah menjadi baru. Ketika hal yang semula baru menjadi sebuah rutinitas, maka tak jarang kita tak lagi memiliki antusiasme yang sama. Misalnya, di awal masa pandemi kita begitu bergembira melihat dan mendengar firman melalui media online, namun seiring berjalannya waktu, kita mulai jenuh dengan tampilan dari pembawa firman-Nya/dengan tampilan dari elemen lain dalam peribadahan online. Hal-hal ini tak jarang mulai membuat kita tak lagi antusias mendengar, melihat apalagi membagikan video pengajaran firman Tuhan. Begitu pula mungkin pergumulan anak-anak kita yang bersekolah online.

Nilai dari poin kedua ini memberi kita sebuah ajakan untuk kembali lagi melihat segala yang sehari-hari ini sebagai bagian dari anugerah Allah bagi warga Kerajaan Sorga, sehingga selayaknyalah kita menyikapi setiap anugerah sehari-hari ini dengan antusiasme yang tinggi. Sebab setiap anugerah berharga.

Dan yang Ketiga, perumpamaan mengenai pukat mengajarkan bahwa Kerajaan Sorga akan mencakup penghakiman terakhir di mana yang baik dan yang buruk akan dipisahkan untuk menerima anugerah atau hukuman yang sesuai. Namun saat perumpamaan ini juga berbicara mengenai hari ini, maka setiap pendengar diajak untuk menyadari bahwa saat Kerajaan Sorga disebar aka nada ikan yang baik dan yang buruk yang terjala dan sudah selayaknya kemudian setiap orang mengevaluasi diri apakah ia termasuk ikan yang baik ataukah tidak. Di saat itu yang diperlukan adalah hikmat Tuhan untuk membedakannya, agar dapat terus menerus mengerjakan keseharian yang sesuai dengan kehendak Tuhan secara antusias dipenuhi sukacita sejati.

Sudara-saudara, selain Pattimura dan banyak tentara Kristiani, kita juga mengenal Cornel Simanjuntak, Alfred Simanjuntak dan W.R. Soepratman yang berkarya sebagai Kristen Indonesia melalui kemampuannya dibidang musik, kita mengenal nama Herman Johanes dan W.Z. Johanes di bidang ilmu pengetahuan. Mereka masing-masing berkarya dalam keahlian mereka, keahlian yang mereka tekuni sehari-hari. Mereka teladan nyata bagi kita menjalani hidup sebagai Warga Kerajan Sorga yang menekuni keseharian dengan semangat juang yang tinggi dan berdampak luas di Indonesia bahkan dunia.
ypp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar