Rabu, 08 Juli 2020

BERSIAP MENABUR


(Minggu Biasa)
Yesaya 55:10-13; Mazmur 65:10-14; Roma 8:1-11; Matius 13:1-9, 18-23


Saudara, dalam perjalanan hidup ini ada banyak hal yang kita kerjakan. Namun semua yang kita kerjakan selalu dimulai dari bagaimana kita bersiap. Misalnya, kita mau bangun pagi dan mengerjakan beberapa kegiatan di pagi hari, tentu kita harus mempersiapkannya sejak semalam. Dengan tidur cepat  atau memasang alarm misalnya.
Contoh lain, jika di masa pandemi ini kita membuka usaha menjual makanan, tentu ada banyak hal yang harus kita siapkan. Mulai dari mempersiapkan modal, alat masak, bahan makanan, cara mempublikasi dan mengantar makanan ke konsumen. Dengan demikian, persiapan menjadi hal yang sangat penting kita lakukan dalam keseharian. Bersiap ibarat sebuah langkah kecil yang kita lakukan untuk mempersiapkan langkah-langkah besar kita lainnya.

Bukan hanya dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari kita bersiap. Ketika mendengarkan firman Tuhan, kita pun harus mempersiapkan diri. Itulah yang Yesus sampaikan dalam perumpamaan tentang seorang penabur yang Ia ajarkan kepada orang banyak yang berbondong-bondong (KBBI: beramai-ramai) menghampiri dan mengerumuni Dia (Mat. 13). 
Mengapa Yesus pakai perumpamaan? Pertama, ada banyak penafsir mengartikan supaya umat yang mendengarkan pengajaranNya juga berpikir, bergumul, merenung dan penasaran untuk memahami apa yang Yesus sampaikan. Kedua, penafsir lain mengartikan Yesus menggunakan metode perumpamaan supaya pengajaranNya bisa diterima dengan baik, karena bahasa ilustrasi dalam perumpamaan yang Yesus pakai adalah bahasa sehari-hari (konteks masa itu).

Dalam bacaan Injil hari ini (Mat. 13 : 1 – 10), Yesus menggunakan perumpamaan seorang penabur yang keluar untuk menabur. Ketika ia menabur, sebagian benih jatuh di pinggir jalan lalu datang burung dan memakannya sampai habis. Ada pula benih yang jatuh di tanah yang berbatu, namun ia tak bertahan lama karena tanahnya tipis. Ada pula benih yang jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah.

Apa makna dari perumpamaan ini? (Mat. 13 : 18 – 23) Yesus jelaskan, benih yang ditabur adalah firman tentang Kerajaan Allah yang ditaburkan. Penabur merujuk pada Anak Manusia, yang merujuk pada Yesus (ay. 37). Sementara beragam tempat di mana benih itu jatuh menggambarkan setiap orang yang mendengarkan firman Allah dan nampaknya tak semua mempersiapkan diri dengan baik ketika hendak ditabur akan firman Tuhan.

Yesus jelaskan, ada benih yang jatuh di pinggir jalan yang menggambarkan hati manusia lalu datanglah burung, si jahat yang merampas benih itu dalam hati orang itu. Maka, benih atau firman itu hanya bertahan sejenak. Selanjutnya, ada juga benih yang jatuh di tanah yang berbatu. Benih itu sempat tumbuh tapi sayangnya tidak bertahan lama. Sama dengan orang yang mendengar firman Tuhan, segera menerimanya dengan gembira, sempat bertumbuh tetapi karena tidak berakar, maka ia hanya bertahan sebentar.

Ada pula benih yang jatuh semak duri, yang menggambarkan kekuatiran dunia. Benih tak bisa bertumbuh dan berbuah karena dihimpit oleh semak. Sama dengan orang yang mendengarkan firman Allah, tetapi terus dihimpit oleh kekuatiran dunia, ia pun merasa hidupnya terhimpit, tak berbuah dan akhirnya mati terhimpit. Terakhir, ada benih firman Tuhan yang jatuh di tanah yang baik. Ialah orang yang mendengar firman itu, mengerti dan berbuah berkali-kali lipat. Namun tentu yang Yesus maksudkan di sini bukan hanya mengerti tetapi juga melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari (bdk. Yes. 55 : 10)

Saudara, membaca perumpamaan ini nampaknya Yesus mau memberi pengertian kepada orang banyak yang mengerumuni Dia saat itu. Ia pasti tahu motivasi mereka datang kepadaNya tidak semua-muanya mau mendengarkan pengajaranNya. Mungkin ada yang datang hanya kepo mau tahu Yesus yang viral itu seperti apa tampangNya. Mungkin ada yang datang untuk minta kesembuhan.

Mungkin ada yang datang untuk melihat mujizat yang Ia lakukan. Mungkin ada juga yang datang memang untuk mendengarkan firmanNya. Di balik semua motivasi itu, Yesus tentu menghendaki semua orang yang mendengarkan apa yang Ia tabur menjadi tanah yang baik. Mereka datang dengan mempersiapkan diri mereka untuk ditabur oleh firman dan ketika mempersiapkan diri untuk ditabur, mereka pun akan bertumbuh dan berbuah. Dan ketika mereka berbuah, mereka pun bersiap menjadi benih yang menabur ke tanah yang lain juga.

Saudara, pengajaran Yesus ini bukan hanya untuk orang banyak tetapi juga untuk para muridNya. Ia ingin mengajarkan bahwa ketika para murid juga sedang bersiap menjadi seorang penabur, Yesus sampaikan bahwa tidak semua yang mereka tabur nantinya akan menghasilkan. Ada banyak benih yang nantinya akan terbuang dan sia-sia. Tapi tak apa. Jangan berhenti menabur, Karena Yesus pun terus menabur sekalipun tidak semua orang mempersiapkan diri untuk mendengarkanNya dengan sungguh-sungguh.

Saudaraku, jika merefleksikan bacaan ini di masa pandemi ini di mana kita semua harus ibadah secara online. Kita sadar bahwa ibadah online distraksinya lebih banyak ketimbang ibadah offline. Jika kita tidak mempersiapkan diri, waktu, pikiran dengan baik. Maka, ibadah yang kita lakukan bisa seenaknya, bisa asal-asalan, bahkan bisa jadi kita tidak ibadah hari Minggu. Kita menjadi tanah yang pertama, kedua atau ketiga.

Kita menyadari pesan Yesus bukan hanya untuk orang banyak masa itu, tetapi juga untuk kita, kini dan di sini. Maka, maukah kita mempersiapkan diri dengan baik untuk mendengarkan firman Tuhan? Dengan bersiap ditabur, kita juga siap menabur. Semangat berupaya menjadi tanah yang baik. Tuhan memampukan kita semua. Amin.
-mc-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar