(Minggu Biasa)
Yesaya 55:10-13; Mazmur 65:10-14; Roma 8:1-11; Matius
13:1-9, 18-23
Saudara, dalam perjalanan hidup ini ada banyak hal
yang kita kerjakan. Namun semua yang kita kerjakan selalu dimulai dari
bagaimana kita bersiap. Misalnya, kita mau bangun pagi dan mengerjakan beberapa
kegiatan di pagi hari, tentu kita harus mempersiapkannya sejak semalam. Dengan
tidur cepat atau memasang alarm
misalnya.
Contoh lain, jika di masa pandemi ini kita membuka
usaha menjual makanan, tentu ada banyak hal yang harus kita siapkan. Mulai dari
mempersiapkan modal, alat masak, bahan makanan, cara mempublikasi dan mengantar
makanan ke konsumen. Dengan demikian, persiapan menjadi hal yang sangat penting
kita lakukan dalam keseharian. Bersiap ibarat sebuah langkah kecil yang kita
lakukan untuk mempersiapkan langkah-langkah besar kita lainnya.
Bukan hanya dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari
kita bersiap. Ketika mendengarkan firman Tuhan, kita pun harus mempersiapkan
diri. Itulah yang Yesus sampaikan dalam perumpamaan tentang seorang penabur
yang Ia ajarkan kepada orang banyak yang berbondong-bondong (KBBI:
beramai-ramai) menghampiri dan mengerumuni Dia (Mat. 13).
Mengapa Yesus pakai perumpamaan? Pertama, ada banyak
penafsir mengartikan supaya umat yang mendengarkan pengajaranNya juga berpikir,
bergumul, merenung dan penasaran untuk memahami apa yang Yesus sampaikan.
Kedua, penafsir lain mengartikan Yesus menggunakan metode perumpamaan supaya
pengajaranNya bisa diterima dengan baik, karena bahasa ilustrasi dalam
perumpamaan yang Yesus pakai adalah bahasa sehari-hari (konteks masa itu).
Dalam bacaan Injil hari ini (Mat. 13 : 1 – 10), Yesus
menggunakan perumpamaan seorang penabur yang keluar untuk menabur. Ketika ia
menabur, sebagian benih jatuh di pinggir jalan lalu datang burung dan
memakannya sampai habis. Ada pula benih yang jatuh di tanah yang berbatu, namun
ia tak bertahan lama karena tanahnya tipis. Ada pula benih yang jatuh di tengah
semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan
sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah.
Apa makna dari perumpamaan ini? (Mat. 13 : 18 – 23)
Yesus jelaskan, benih yang ditabur adalah firman tentang Kerajaan Allah yang
ditaburkan. Penabur merujuk pada Anak Manusia, yang merujuk pada Yesus (ay.
37). Sementara beragam tempat di mana benih itu jatuh menggambarkan setiap
orang yang mendengarkan firman Allah dan nampaknya tak semua mempersiapkan diri
dengan baik ketika hendak ditabur akan firman Tuhan.
Yesus jelaskan, ada benih yang jatuh di pinggir jalan
yang menggambarkan hati manusia lalu datanglah burung, si jahat yang merampas
benih itu dalam hati orang itu. Maka, benih atau firman itu hanya bertahan
sejenak. Selanjutnya, ada juga benih yang jatuh di tanah yang berbatu. Benih
itu sempat tumbuh tapi sayangnya tidak bertahan lama. Sama dengan orang yang
mendengar firman Tuhan, segera menerimanya dengan gembira, sempat bertumbuh
tetapi karena tidak berakar, maka ia hanya bertahan sebentar.
Ada pula benih yang jatuh semak duri, yang
menggambarkan kekuatiran dunia. Benih tak bisa bertumbuh dan berbuah karena
dihimpit oleh semak. Sama dengan orang yang mendengarkan firman Allah, tetapi
terus dihimpit oleh kekuatiran dunia, ia pun merasa hidupnya terhimpit, tak
berbuah dan akhirnya mati terhimpit. Terakhir, ada benih firman Tuhan yang
jatuh di tanah yang baik. Ialah orang yang mendengar firman itu, mengerti dan
berbuah berkali-kali lipat. Namun tentu yang Yesus maksudkan di sini bukan
hanya mengerti tetapi juga melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari (bdk.
Yes. 55 : 10)
Saudara, membaca perumpamaan ini nampaknya Yesus mau
memberi pengertian kepada orang banyak yang mengerumuni Dia saat itu. Ia pasti
tahu motivasi mereka datang kepadaNya tidak semua-muanya mau mendengarkan
pengajaranNya. Mungkin ada yang datang hanya kepo mau tahu Yesus yang viral itu
seperti apa tampangNya. Mungkin ada yang datang untuk minta kesembuhan.
Mungkin ada yang datang untuk melihat mujizat yang Ia
lakukan. Mungkin ada juga yang datang memang untuk mendengarkan firmanNya. Di
balik semua motivasi itu, Yesus tentu menghendaki semua orang yang mendengarkan
apa yang Ia tabur menjadi tanah yang baik. Mereka datang dengan mempersiapkan
diri mereka untuk ditabur oleh firman dan ketika mempersiapkan diri untuk
ditabur, mereka pun akan bertumbuh dan berbuah. Dan ketika mereka berbuah,
mereka pun bersiap menjadi benih yang menabur ke tanah yang lain juga.
Saudara, pengajaran Yesus ini bukan hanya untuk orang
banyak tetapi juga untuk para muridNya. Ia ingin mengajarkan bahwa ketika para
murid juga sedang bersiap menjadi seorang penabur, Yesus sampaikan bahwa tidak
semua yang mereka tabur nantinya akan menghasilkan. Ada banyak benih yang
nantinya akan terbuang dan sia-sia. Tapi tak apa. Jangan berhenti menabur,
Karena Yesus pun terus menabur sekalipun tidak semua orang mempersiapkan diri
untuk mendengarkanNya dengan sungguh-sungguh.
Saudaraku, jika merefleksikan bacaan ini di masa
pandemi ini di mana kita semua harus ibadah secara online. Kita sadar bahwa
ibadah online distraksinya lebih banyak ketimbang ibadah offline. Jika kita
tidak mempersiapkan diri, waktu, pikiran dengan baik. Maka, ibadah yang kita lakukan
bisa seenaknya, bisa asal-asalan, bahkan bisa jadi kita tidak ibadah hari
Minggu. Kita menjadi tanah yang pertama, kedua atau ketiga.
Kita menyadari pesan Yesus bukan hanya untuk orang
banyak masa itu, tetapi juga untuk kita, kini dan di sini. Maka, maukah kita
mempersiapkan diri dengan baik untuk mendengarkan firman Tuhan? Dengan bersiap
ditabur, kita juga siap menabur. Semangat berupaya menjadi tanah yang baik.
Tuhan memampukan kita semua. Amin.
-mc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar