Selasa, 02 Februari 2021

Beritakanlah Kabar Baik

Yesaya 40:21 -31; Mazmur 147:1-11,20; 1 Korintus 9:16-23; Markus 1:29-39

Yesus melanjutkan perjalanannya setelah berkhotbah di rumah Ibadah di Kapernaum. Teks Injil minggu ini masih merupakan lanjutan dari minggu-minggu sebelumnya. Setelah menyampaikan khotbahm Yesus mendapati kabar bahwa Ibu mertua Simon sakit demam. Mari kita segera membayangkan; Apakah sakit yang diderita ibu mertua simon adalah demam biasa?

1.      Kesaksian dalam teks lain, missal Lukas 4:38, ibu mertua Petrus menderita demam keras; Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Di sini, kita tidak membayangkan ‘masuk angin’ pada umumnya, atua sekedar gejala flu. Mungkin panas tubuh yang tinggi disertai gejala-gejala lain.

2.      Demam merupakan salah satu kutuk Allah. Pada kitab Ulangan pasal 28, Allah berbicara tentang dua hal, yakni berkat dan kutukan. Khusus di ayat 22 dikatakan; TUHAN akan menghajar engkau dengan batuk kering, demam, demam kepialu, sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit gandum; semuanya itu akan memburu engkau sampai engkau binasa. Sehingga, orang yang demam (keras) pada saat itu bisa diasosiasikan dengan dosa besar sehingga Allah menghukum mereka.

Misal, ada mitos di Jawa, mata belekan (bintitan) itu karena mengintip perempuan yang mandi. Sehingga, orang belekan akan dianggap orang mesum.

Di sini kita melihat ada derita yang dialami oleh ibu mertua Simon. Ada sakit secara fisik yang dirasa, namun sebuah stigma dari masyarakat yang menghukumnya. Jangan-jangan, sakit yang diderita ibu mertua Simon menjadi makin parah karena gosip orang-orang. Itulah mengapa, di ayat 30 dituliskan; Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Kata ‘segera’ ini memiliki unsur urgensi, yakni musti segera ditindak lanjuti. Seakan-akan bisa saja terjadi pemahaman dalam masyarakat, makin lama sakit, makin lama dikutuk Tuhan. Sehingga, bisa saja kutuk itu dikaitkan dengan dosa-dosa masa lalu; pantas aja, kan dulu dia melakukan ini dan itu.

Di sini kita bisa belajar dua hal. Pertama; apa yang keluar dari mulut kita? Berkat atau Kutuk? Mengapa demikian? Kita bisa bayangkan kondisi hidup pada zaman itu; tradisi lisan menjadi sesuatu yang sangat kuat. Dalam dunia ekonomi khususnya marketing ada istilah work of mouth atau gethok tular dalam tradisi Jawa, yakni kekuatan mulut yang bisa menyebar berita dan mempersuasi orang dengan begitu luar biasa. Bayangkan, jika gosip itu menjadi sangat masif dan menyakiti perasaan seorang manusia. Seseorang yang sakit demam, tapi anggapannya begitu menyakitkan. Bahkan, kesalahan-kesalahan lama pun bisa dinaikkan ke permukaan agar makin ‘gurih’ gosipnya. Apakah dalam hidup kita tidak ada model seperti itu? Lho, jangan salah. Justru gereja bisa jadi lahan gembur untuk gosip-gosip macam itu. Niat hati awalnya hanya ingin tahu, namun terseret dalam penghakiman.

Namun marilah kita melihat apa yang dilakukan oleh Yesus. Ada sebuah gestur mesra yang diperlihatkan oleh Yesus. Di ayat 31 dituliskan, Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Ketika orang-orang bermanuver tentang dosa dan salah, Yesus hadir sebagai sosok yang mau datang, memegang, dan memulihkan. Beda dengan orang-orang yang bisa saja datang gosipnya, memegang hoax, dan menghancurkan perasaan. Kata ‘memegang’ di ayat 31 berasal dari kata κρατήσας dari kata ‘krateo’, yang bisa berarti memegang, menangkap, juga untuk menguatkan. Kita bisa melihat Yesus memegang itu dan memberikan penguatan kepada ibu mertua Simon.

Mungkin, bagi kita yang pernah mengunjungi orang yang sakit, lalu memegang tangan mereka untuk menguatkan, orang yang sakit itu benar-benar merasa dikuatkan dengan kedatangan kita. Itulah yang dilakukan Yesus.

Di masa pandemi seperti ini, kita makin lincah dan canggih dengan gawai kita masing-masing. Intensitas pemakaian gawai menjadi makin melonjak. Nah, di tengah-tengah kondisi seperti ini, bagaimana kita menggunakan gawai kita? Apakah bijak dan mendatangkan berkat yang menguatkan, apa malah justru membawa kehancuran perasaan seseorang? Tema ibadah kita adalah Beritakanlah Kabar Baik. Itu adalah tema dan juga apa yang dilakukan Yesus dalam segala karyaNya. Jika sekarang gawai menjadi kawan karib kita, apakah kita bisa berperan di dunia digital ini? Seorang sahabat pernah bercerita bahwa saudaranya pernah mengucapkan banyak terima kasih kepadanya karena sebuah unggahan di media sosial tentang sebuah kutipan motivasi hidup. Bukankah itu luar biasa?

Ada yang bertanya, apakah kita sebagai orang-orang Kristen boleh main sosial media? Saya katakan kepadanya ‘boleh’. Yang tidak boleh adalah kita tahu sahabat kita kelaparan tapi kita mengunggah foto makan-makanan mewah. Be wise!

Yang kedua, siapa Yesus yang kau ceritakan. Alam pikir tentang segala kutukan berasal dari Allah, bisa membuat pemahaman akan siapa Allah menjadi begitu mengerikan. Ada ungkapan you are what you think, yakni kita adalah apa yang kita pikirkan. Bayangkan, jika kita memiliki paham tentang Allah yang maha mengutuk dan menghukum? Tidak heran jika gaya pikirannya diisi tentang salah, hukum, dosa, kutuk dan segala hal konstruktif lainnya.

Namun dalam teks ini kita diajak melihat siapa Allah dalam diri Yesus yang begitu berbeda. Yesus memegang dalam kuasa Ilahi, memebri kekuatan dan pemulihan. Jika itu adalah penyakit, Yesus adalah Allah yang memulihkan. Jika itu adalah dosa, Yesus adalah Allah yang begitu mengampuni kesalahan-kesalahan umatNya. Bukankah memahami Allah yang hangat akan membawa jiwa dan spiritualitas kita menjadi hangat?

Thomas A. Dorsey adalah musisi jazz yang begitu terkenal pada masanya, yakni sekitar tahun 1930an. Di tahun 1932, ia tepat berusia 32 tahun, dan menjadi solois utama dalam kegiatan kebangunan rohani yang besar. Ia ingin mengajak Istrinya, Nettie, untuk ikut bersamanya, namun saat itu Nettie hamil tua, hamil anak pertama mereka. Dorsey memutuskan untuk segera pergi k eke St. Louis. Ia berangkat dari apartemennya di selatan Chicago dengan mobil, namun di tengah jalan ia sadar bahawa peralatan musiknya tertinggal di rumah. Ia Kembali, dan mendapati istrinya sedang tertidur pulas. Tak tega ia membangunkan, ia mengalbil alat music dan segera melanjutkan perjalanan. Singkat cerita, kegiatan kebangunan rohani itu begitu semarak. Dorsey sudah membawakan beberapa pujian. Suasana begitu luar biasa. Namun, di sela-sela lagu, seorang kru menghampirinya dan memberitahunya, bahwa istrinya meniggal dunia. Ia segera pulang. Pikirannya berkecamuk. Ia mendapat kabar, istrinya melahirkan anak laki-laki, dan malamnya juga meninggal. Ia begitu terpukul dan menganggap bahwa Allah tidak adil dalam hidupnya. Ia menjadi pemurung dan menutup diri. Sampai suatu ketika, sahabatnya mengajaknya untuk bermain musik. Dorsey menolak. Namun, ketika ia sendirian, ia menghampiri sebuah piano, dan memainkan beberapa nada-nada baru. Ia merasakan perasaan hangat yang memulihkan dirinya. Ia merasa bahwa Tuhan sedang memegang tangannya. Ia merasa mendapatkan kekuatan dan semangat untuk Kembali bangkit. Saat itu, ia menulis lirik dan membubuhinya dengan nada indah. Begini liriknya;

Precious Lord, take my hand, lead me on, let me stand!
I am tired, I am weak, I am worn,
Through the storm, through the night lead me on to the light,
Take my hand, precious Lord, lead me home.

Dorsey memiliki gaya piker yang berubah tentang siapa Allah. Allah yang tadinya begitu Nampak tidak adil, kini Allah mendatanginya dan memulihkannya, serta memberinya kekuatan yang baru. Ia merasakan genggaman kasih Tuhan. Untuk itulah, ia berhasil pulih dan mengabarkan kabar baik. Mana kabar baiknya? Kita bisa menjumpainya dalam terjemahan lagu Precious Lord, take my hand yang sudah diterjemahkan oleh K. P. Nugroho, yakni di NKB 131, TUHANKU, PIMPINLAH.

Marilah kita merasakan genggaman tangan Tuhan di tengah situasi yang tidak mudah ini. Sebagaimana ibu mertua Simon, setelah merasakan genggaman tangan Yesus, ia bangkit dan melayaniNya. Beritakanlah kabar baik. Bagikan kebahagiaanmu. Tuhan memberkati.

ftp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar