Yesaya 40:21 -31; Mazmur 147:1-11,20; 1 Korintus 9:16-23; Markus 1:29-39
Yesus melanjutkan perjalanannya setelah berkhotbah di rumah Ibadah di
Kapernaum. Teks Injil minggu ini masih merupakan lanjutan dari minggu-minggu
sebelumnya. Setelah menyampaikan khotbahm Yesus mendapati kabar bahwa Ibu
mertua Simon sakit demam. Mari kita segera membayangkan; Apakah sakit yang
diderita ibu mertua simon adalah demam biasa?
1. Kesaksian dalam teks
lain, missal Lukas 4:38, ibu mertua Petrus menderita demam keras; Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu
dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka
meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Di sini, kita tidak
membayangkan ‘masuk angin’ pada umumnya, atua sekedar gejala flu. Mungkin panas
tubuh yang tinggi disertai gejala-gejala lain.
2. Demam merupakan salah
satu kutuk Allah. Pada kitab Ulangan pasal 28, Allah berbicara tentang dua hal,
yakni berkat dan kutukan. Khusus di ayat 22 dikatakan; TUHAN akan menghajar engkau dengan batuk
kering, demam, demam kepialu, sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit
gandum; semuanya itu akan memburu engkau sampai engkau binasa. Sehingga, orang
yang demam (keras) pada saat itu bisa diasosiasikan dengan dosa besar sehingga
Allah menghukum mereka.
Misal, ada mitos di Jawa, mata belekan (bintitan) itu karena mengintip
perempuan yang mandi. Sehingga, orang belekan akan dianggap orang mesum.
Di sini kita melihat ada derita yang dialami oleh ibu mertua Simon. Ada
sakit secara fisik yang dirasa, namun sebuah stigma dari masyarakat yang
menghukumnya. Jangan-jangan, sakit yang diderita ibu mertua Simon menjadi makin
parah karena gosip orang-orang. Itulah mengapa, di ayat 30 dituliskan; Ibu mertua Simon terbaring karena sakit
demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Kata ‘segera’ ini
memiliki unsur urgensi, yakni musti segera ditindak lanjuti. Seakan-akan bisa
saja terjadi pemahaman dalam masyarakat, makin lama sakit, makin lama dikutuk
Tuhan. Sehingga, bisa saja kutuk itu dikaitkan dengan dosa-dosa masa lalu; pantas aja, kan dulu dia melakukan ini dan
itu.
Di sini kita bisa belajar dua hal. Pertama; apa yang keluar dari mulut kita?
Berkat atau Kutuk? Mengapa demikian? Kita bisa bayangkan
kondisi hidup pada zaman itu; tradisi lisan menjadi sesuatu yang sangat kuat.
Dalam dunia ekonomi khususnya marketing ada istilah work of mouth atau gethok tular dalam tradisi Jawa, yakni
kekuatan mulut yang bisa menyebar berita dan mempersuasi orang dengan begitu
luar biasa. Bayangkan, jika gosip itu menjadi sangat masif dan menyakiti
perasaan seorang manusia. Seseorang yang sakit demam, tapi anggapannya begitu
menyakitkan. Bahkan, kesalahan-kesalahan lama pun bisa dinaikkan ke permukaan
agar makin ‘gurih’ gosipnya. Apakah dalam hidup kita tidak ada model seperti
itu? Lho, jangan salah. Justru gereja bisa jadi lahan gembur untuk gosip-gosip
macam itu. Niat hati awalnya hanya ingin tahu, namun terseret dalam penghakiman.
Namun marilah kita melihat apa yang dilakukan oleh Yesus. Ada sebuah
gestur mesra yang diperlihatkan oleh Yesus. Di ayat 31 dituliskan, Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan
sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya.
Kemudian perempuan itu melayani mereka. Ketika orang-orang bermanuver tentang
dosa dan salah, Yesus hadir sebagai sosok yang mau datang, memegang, dan
memulihkan. Beda dengan orang-orang yang bisa saja datang gosipnya, memegang hoax,
dan menghancurkan perasaan. Kata ‘memegang’ di ayat 31 berasal dari kata κρατήσας
dari kata ‘krateo’, yang bisa berarti memegang, menangkap, juga untuk
menguatkan. Kita bisa melihat Yesus memegang itu dan memberikan penguatan kepada
ibu mertua Simon.
Mungkin, bagi kita yang pernah mengunjungi orang yang sakit, lalu
memegang tangan mereka untuk menguatkan, orang yang sakit itu benar-benar
merasa dikuatkan dengan kedatangan kita. Itulah yang dilakukan Yesus.
Di masa pandemi seperti ini, kita makin lincah dan canggih dengan gawai
kita masing-masing. Intensitas pemakaian gawai menjadi makin melonjak. Nah, di
tengah-tengah kondisi seperti ini, bagaimana kita menggunakan gawai kita? Apakah
bijak dan mendatangkan berkat yang menguatkan, apa malah justru membawa
kehancuran perasaan seseorang? Tema ibadah kita adalah Beritakanlah Kabar Baik.
Itu adalah tema dan juga apa yang dilakukan Yesus dalam segala karyaNya. Jika
sekarang gawai menjadi kawan karib kita, apakah kita bisa berperan di dunia digital
ini? Seorang sahabat pernah bercerita bahwa saudaranya pernah mengucapkan
banyak terima kasih kepadanya karena sebuah unggahan di media sosial tentang
sebuah kutipan motivasi hidup. Bukankah itu luar biasa?
Ada yang bertanya, apakah kita sebagai orang-orang Kristen boleh main sosial
media? Saya katakan kepadanya ‘boleh’. Yang tidak boleh adalah kita tahu
sahabat kita kelaparan tapi kita mengunggah foto makan-makanan mewah. Be wise!
Yang kedua,
siapa Yesus yang kau ceritakan. Alam pikir tentang segala kutukan
berasal dari Allah, bisa membuat pemahaman akan siapa Allah menjadi begitu
mengerikan. Ada ungkapan you are what you think, yakni kita adalah apa
yang kita pikirkan. Bayangkan, jika kita memiliki paham tentang Allah yang maha
mengutuk dan menghukum? Tidak heran jika gaya pikirannya diisi tentang salah,
hukum, dosa, kutuk dan segala hal konstruktif lainnya.
Namun dalam teks ini kita diajak melihat siapa Allah dalam diri Yesus
yang begitu berbeda. Yesus memegang dalam kuasa Ilahi, memebri kekuatan dan
pemulihan. Jika itu adalah penyakit, Yesus adalah Allah yang memulihkan. Jika
itu adalah dosa, Yesus adalah Allah yang begitu mengampuni kesalahan-kesalahan umatNya.
Bukankah memahami Allah yang hangat akan membawa jiwa dan spiritualitas kita
menjadi hangat?
Thomas A. Dorsey adalah musisi jazz yang begitu terkenal pada masanya,
yakni sekitar tahun 1930an. Di tahun 1932, ia tepat berusia 32 tahun, dan menjadi
solois utama dalam kegiatan kebangunan rohani yang besar. Ia ingin mengajak
Istrinya, Nettie, untuk ikut bersamanya, namun saat itu Nettie hamil tua, hamil
anak pertama mereka. Dorsey memutuskan untuk segera pergi k eke St. Louis. Ia
berangkat dari apartemennya di selatan Chicago dengan mobil, namun di tengah
jalan ia sadar bahawa peralatan musiknya tertinggal di rumah. Ia Kembali, dan
mendapati istrinya sedang tertidur pulas. Tak tega ia membangunkan, ia
mengalbil alat music dan segera melanjutkan perjalanan. Singkat cerita,
kegiatan kebangunan rohani itu begitu semarak. Dorsey sudah membawakan beberapa
pujian. Suasana begitu luar biasa. Namun, di sela-sela lagu, seorang kru
menghampirinya dan memberitahunya, bahwa istrinya meniggal dunia. Ia segera
pulang. Pikirannya berkecamuk. Ia mendapat kabar, istrinya melahirkan anak laki-laki,
dan malamnya juga meninggal. Ia begitu terpukul dan menganggap bahwa Allah
tidak adil dalam hidupnya. Ia menjadi pemurung dan menutup diri. Sampai suatu ketika,
sahabatnya mengajaknya untuk bermain musik. Dorsey menolak. Namun, ketika ia
sendirian, ia menghampiri sebuah piano, dan memainkan beberapa nada-nada baru.
Ia merasakan perasaan hangat yang memulihkan dirinya. Ia merasa bahwa Tuhan
sedang memegang tangannya. Ia merasa mendapatkan kekuatan dan semangat untuk Kembali
bangkit. Saat itu, ia menulis lirik dan membubuhinya dengan nada indah. Begini
liriknya;
Precious Lord, take my hand, lead me on,
let me stand!
I am tired, I am weak, I am worn,
Through the storm, through the night lead me on to the light,
Take my hand, precious Lord, lead me home.
Dorsey memiliki gaya piker yang berubah tentang siapa Allah. Allah yang
tadinya begitu Nampak tidak adil, kini Allah mendatanginya dan memulihkannya,
serta memberinya kekuatan yang baru. Ia merasakan genggaman kasih Tuhan. Untuk
itulah, ia berhasil pulih dan mengabarkan kabar baik. Mana kabar baiknya? Kita
bisa menjumpainya dalam terjemahan lagu Precious Lord, take my hand yang sudah diterjemahkan
oleh K. P. Nugroho, yakni di NKB 131, TUHANKU, PIMPINLAH.
Marilah kita merasakan genggaman tangan Tuhan di tengah situasi yang
tidak mudah ini. Sebagaimana ibu mertua Simon, setelah merasakan genggaman
tangan Yesus, ia bangkit dan melayaniNya. Beritakanlah kabar baik. Bagikan kebahagiaanmu.
Tuhan memberkati.
ftp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar