Selasa, 16 Februari 2021

KASIH SETIA ALLAH KEPADA CIPTAAN-NYA

Minggu I dalam Masa Prapaska

Kejadian 9:8-17 |  Mazmur 25:1-10 | 1 Petrus 3:18-22 | Markus 1:9-15


Bagi saya, pelangi sehabis hujan itu indah. Karena pelangi yang muncul setelah hujan reda karena yang paling dinantikan dari hujan akhirnya tiba, yakni redanya. Apalagi kalau hujannya sangat deras, kita pasti bertanya-tanya kapan hujannya akan reda atau berhenti. Karena kalau hujan tidak berhenti, akan terjadi bencana banjir. Karena itu, ketika pelangi sudah muncul, yang menandakan hujan sudah reda, maka kita punya pengharapan. Sebagai orang Kristen, ketika kita membicarakan pelangi, kita tentu akan mengingat perjanjian Allah dengan Nuh. Jika kita melihat pelangi, kita punya pengharapan bahwa selalu ada awal yang baru. Pelangi sehabis hujuan membawa pengharapan akan kehidupan.

Pelangi menjadi tanda pembaruan perjanjian Allah dengan manusia. Mengapa pembaruan perjanjian. Perjanjian yang pertama adalah perjanjian Allah dengan dengan manusia pertama ketika Ia berkata, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilan bumi dan taklukanlah itu…” (Kej 1:28). Dengan Nuh, perjanjian itu diperbarui dengan sedikit revisi. “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. 9:1). Frasa “taklukanlah itu (bumi)” dihilangkan dari perjanjian yang kedua ini. Mengapa demikian? Karena penaklukan manusia atas bumilah yang menjadi penyebab utama Allah mendatangkan air bah. Allah menyesal karena mencipatakan manusia yang berbuat jahat, yang dengan segala cara bertindak untuk menguasai sesamanya, bahkan melakukan kejahatan. Allah melihat bumi itu rusak akibat manusia yang menjalankan hidup yang rusak di bumi (Kej. 6:12). Allah menghukum bumi, justru karena kesalahan manusia (Kej. 8:21).

Tapi, karena Allah adalah kasih, Ia tidak bisa tidak mengasihi. Bahkan dalam murka-Nya, Ia masih memberi ruang belas kasihan. Karena itulah ia menyelamatkan Nuh beserta keluarganya, juga hewan-hewan untuk diselamatkan. Mereka yang diselamatkan ini tujuannya untuk memulai kehidupan baru di bumi. Mengapa Allah bertindak demikian? Karena sekalipun Allah keecewa terhadap manusia, Ia sangat mengasihi dunia ini. Karena kasih-Nya akan dunia, Ia masih tetap mempertahankan kehidupan di bumi. Lalu apa peran Nuh di sini? Nuh adalah pribadi yang berkenan dalam rencana kasih setia Allah. Ia masuk dalam ruang belas kasih Allah bagi seluruh ciptaan. Itulah mengapa dalam perjanjian-Nya setelah air bah, fokusnya bukan pada manusia,tetapi pada ciptaan. Kita bisa lihat dalam kata-kata Allah, “Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup…” (Kej 9:9-10), “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk hidup…” (Kej. 9:12), juga yang terakhir, “… supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi” (Kej. 9:13). Perjanjian Allah adalah dengan bumi, untuk tidak menghukum bumi karena kesalahan salah satu ciptaan-Nya, manusia.

Jadi, Allah yang mencintai dunia ini konsisten untuk tidak memusnahkan dunia ini. Karena itu dia mengikat perjanjian dengan seluruh ciptaan, bukan hanya dengan manusia. Manusia terikat dalam perjanjian itu karena manusia merupakan bagian dari ciptaan. Manusia diselamatkan karena manusia adalah bagian dari alam semesta yang dikasihi Allah ini. Teolog Lingkungan, Annette Mosher, mengatakan bahwa adalah demi kebaikan bumi Allah tidak menghancurkan ciptaan-Nya yang lain; Karena kasih Allah akan bumi, maka Ia menyelamatkan manusia. Karena itu, jadi manusia jangan belagu. Jangan merasa kita ini ciptaan yang paling mulia, lebih utama daripada ciptaan lain, lalu kita bertindak semena-mena terhadap alam. Justru karena manusialah Allah kecewa dan menyesal. Manusia yang diberi kuasa untuk menaklukkan, malah merusak bumi. Karena itulah dalam perjanjiaan dengan Nuh, Allah telah membatasi kuasa manusia. Manusia memang bisa menaklukkan, tetapi itu bukan lagi menjadi mandat Allah. 

Perjanjiaan Allah dengan Nuh ini menjadi pengingat bagi kita untuk hidup ramah dengan alam, sebab kita ini adalah bagian dari alam semesta yang dikasihi Tuhan. Allah mengasihi dunia, alam semesta ciptaan-Nya ini, termasuk kita. Karena itu marilah mengasihi bumi ini juga. Pandemi covid yang sudah setahun ini memperingatkan kita, bahwa manusia ini rapuh. Dan alam bisa terus bergerak tanpa manusia, bahkan memperbaruni dirinya. Karena itu, marilah mulai hidup selaras dengan alam, sebagai bagian dari ciptaan Allah. Jika Allah begitu mengasihi seluruh ciptaan-Nya, marilah kita menjadi rekan sekerja Allah yang berkarya demi kebaikan seluruh ciptaan-Nya. Amin. (ThN)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar