Sabtu, 08 Januari 2022

ARTI PEMBAPTISAN YESUS

Minggu Yesus Dibaptis

9 Januari 2022

Pada ibadah kali ini, kita secara spesifik akan merenungkan bersama mengenai arti baptisan Yesus. Peristiwa pembaptisan Yesus adalah peristiwa yang agung dan mulia, dimana Bapa dan Roh Kudus tampil dalam waktu yang bersamaan. Ada tiga Injil yang memotret peristiwa tersebut dengan kekhasan masing-masing, yakni dalam Matius, Markus, dan Lukas. Kali ini, sudut pandang Lukas akna kita renungkan. Sebenarnya, Lukas menceritakan kisah ini dengan begitu pendek, namun tentunya, Lukas selalu menghadirkan sisi-sisi kemanusiaan yang kental oleh sebab latar belakang penulisnya.

Baptisan sendiri menjadi sebuah tema yang begitu penting dalam kehidupan kekristenan. Bagi orang-orang protestan, termasuk GKI, Baptisan menjadi satu dari dua sakramen yang dijalankan dan dihayati sebagai tanda dan meterai atas perjanjian Allah. Baptisan tidak dihayati sebagai syarat keselamatan, namun bagaimana karunia Allah itu diwujudkan dalam sebuah tanda yang bisa dilihat, dan di sana terdapat janji keselamatan Allah. Untuk itu, jika berbicara mengenai baptisan, perbedaan tradisi menjadi isu yang serius. Tidak ada salahnya menseriusi sakramen baptisan, namun jangan sampai justru perbedaan tradisi menjadi sekat tinggi untuk kita berkawan baik.

Pembaptisan Yesus ini tentu memilik banyak makna yang bisa kita ambil, namun Injil Lukas menawarkan sebuah sudut pandang untuk kita bisa kaji lebih dalam. Saya mengusulkan dua pokok pikiran yang hendak kita renungkan bersama dalam memaknai peristiwa pembaptisan Yesus.

Pertama, mengenai alasan mengapa Yesus harus dibaptis. Tentu pertanyaan yang ada di kepala kita adalah ‘mengapa Yesus harus dibaptis?’.  Dalam seruannya, Yohanes Pembaptis menyuarakan pertobatan melalui baptisan. Seakan-akan pertobatan harus dilakukan sesegera mungkin dan disuarakan dengan begitu lantang. Di sini kita melihat, bahwa pertobatan menjadi poin penting dalam pertobatan oleh Yohanes Pembaptis. Untuk itulah, pertanyaan kita menjadi sahih untuk diajukan, ‘mengapa Yesus harus dibaptiskan?’. Kita tahu, Yesus adalah Anak Allah yang kudus dan tak bercacat. Banyak kesaksian dalam Alkitab menjelaskan bahwa Yesus tak berdosa. Misalkan saja sejak Ia belum dilahirkan, Malaikat Gabriel berkata kepada Maria “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35). Kata ‘Kudus’ dalam perkataan Malaikat Gabriel itu merujuk pada diri Yesus sebagai anak Allah yang tak tersentuh oleh dosa, sejak lahir sampai Ia kembali kepada Bapa pada peristiwa kenaikan. Berarti, alasan Yesus dibaptis bukanlah karena Ia berdosa, dan tentu bukan untuk bertobat. Lalu apa?

Kita harus melihat relasi antara Yesus dan Yohanes Pembaptis. Mereka adalah saudara yang sedari awal ada untuk saling menolong. Bagaimana tidak, Yohanes Pembaptis adalah sosok yang membukakan jalan bagi pelayanan Yesus dalam dunia. Yohanes Pembaptis mengawali dengan menyuarakan suara pertobatan untuk hidup lebih baik di hadapan Allah. Bukan hanya itu, ia mengatakan tentang siapa yang akan hadir setelahnya. Injil Lukas mencatat dalam Lukas 3:16-17,  Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." Ia begitu luar biasa mendukung Yesus untuk memulai karyanya. Di sini, kita bisa melihat, Yohanes Pembaptis mendukung Yesus, bukankah demikian pula semestinya itu yang Yesus lakukan? Tidak mungkin Yesus akan mementahkan karya dan perkataan Yohanes, justru haruslah mendukung sebagai saudara. Untuk itulah, Yesus memberi diri dibaptis. Sesederhana itu? Tentu tidak. Ketika Yesus memberi diri dibaptis, lalu peristiwa turunnya merpati dan suara dari langit itu, menjadi legitimasi bahwa apapun yang disuarakan dan dilakukan Yohanes Pembaptis adalah benar-benar dari Allah. Mungkin tanpa legitimasi ilahi itu, seruan Yohanes Pembaptis tidak akan mendapat penerimaan penuh dari orang-orang pada zaman itu. Yesus bukan hanya mendukung, namun mengesahkan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Bahkan, pada akhirnya, itulah perintah Yesus kepada para murid sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:19-20).

Kita bisa melihat, Yesus dibaptis bukan karena dosa-dosanya, namun mendukung hal baik yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Bentuk dukungan itu sangat kuat, sehingga membuat orang-orang semakin diyakinkan untuk masuk dalam undangan pertobatan. Di sekitar kita, tentu ada hal-hal baik yang kita lihat, bahkan rasakan sendiri. Meneladan Yesus, mustinya kita tidak hanya menjadi para penonton saja. Memang, kadang kala kita bukanlah inisiator sebuah kebaikan, namun kita bisa terjun menjadi orang yang mendukung itu semua. Seperti halnya satu lilin menyala, akan lebih berguna jika ada lilin lain yang ikut dibakar, dan meancarkan apinya. Lihat sekitarmu, apa yang bisa kamu dukung segala perbuatan baiknya? Misalkan saja, ada teman yang senang membagi makanan gratis di hari tertentu, mungkin kita bisa bergambung.

Poin kedua yang bisa kita pelajari adalah tentang runutan peristiwa baptisan Yesus, orang-orang, dan kehadiran Allah Tritunggal. Kita perhatikan Lukas 3:21-22, Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Kita perhatikan, “seluruh orang telah dibaptis dan Ketika Yesus juga dibaptis”. Lukas menceritakan dengan detail, bahwa Yesus dibaptis setelah orang-orang selesai dibaptis. Apa maknanya? Yang pertama, tentu membuat orang-orang semakin diyakinkan bahwa undangan pertobatan itu berasal dari Allah sendiri. Tandanya, Allah tidak murka dan meberikan teguran. Yang kedua, kita bisa memaknainya, bahwa setelah manusia berkomitmen untuk bertobat dan memperbaiki dirinya, manusia akan merasakan kehadiran Allah lebih nyata. Di sini, bukan berarti bahwa Allah hanya bisa didekati ketika kita sudah bertobat. Allah itu mengasihi manusia, no matter what! Namun, pertobatan membuat manusia semakin tertata batinnya, emosinya, sehingga akan semakin mudah merasakan kehadiran Allah. Pertobatan tentu mengarahkan hati dan perilaku kita kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah, apa yang tak disukai Allah, apa yang menjadi janji-janji Allah. Allah, dan Allah. Gaya beriman seperti itu akan membuat manusia semakin peka akan kehadiran Allah.

Dalam minggu ini, kita diingatkan bagaimana Yesus adalah Allah yang mendukung segala perbuatan baik. Untuk itulah, kita diajak untuk melihat ke sekitar kita, apa yang bisa kita dukung dan perkuat. Selain itu, pertobatan yang dilakukan dengan setia, akan membuat kita semakin peka terhadap kehadiran Allah.

ftp


Tidak ada komentar:

Posting Komentar