Sabtu, 07 Mei 2022

EVERLASTING LIFE

Minggu Paska IV

EVERLASTING LIFE

 Yohanes 10:22-30

Syalom, saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Bagaimana kabarnya? Saya harap kita semua ada dalam kondisi yang baik. Kalau pun sedang tak baik, biarlah kita boleh mengharapkan pemulihan yang datang dari Tuhan.

Pada ibadah Minggu Paskah IV ini kita akan merenungkan sebuah tema, yakni Everlasting Life. Mungkin ada di antara kita yang berpikir, “ini kenapa temanya sok sok enggres?” Ya, saya pun juga heran, mengapa tema minggu ini menggunakan bahasa Inggris. Tentu, bukan tanpa alasan. Untuk itu, marilah kita renungkan bersama-sama.

Teks Injil pada Minggu ini diambil dari Yohanes 10:22-30, yakni ketika orang-orang Yahudi merayakan Hari Raya Penahbisan bait Allah. Pada saat itu, Yesus sedang berjalan-jalan di Serambi Salomo, dan orang-orang nampak gusar, lalu bertanya kepada-Nya, “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Pertanyaan ini muncul secara tiba-tiba. Mengapa mereka seakan mendesak Yesus segera mendeklarasikan siapakah diri-Nya sesungguhnya. Dalam bacaan kita, ada dua hal yang bisa kita pertanyakan. Pertama, mengapa Bait Allah perlu ditahbiskan? Bukankah Bait Allah adalah tempat dimana Allah bersemayam? Itu pertama. Kemudian pertanyaan susulan, mengapa orang-orang seakan gundah dan mendesak Yesus mengakui kemesiasan-Nya? Kita jawab satu per satu.

Penahbisan Bait Allah. Sudah selayaknya kita mempertanyakan hal ini; tempat yang sudah diakui kekudusannya, bahkan Allah sendiri bersemayam di dalamnya (lih. Kel 25:8, 33:7-11, 40:38). Ternyata, ada sebuah catatatn peristiwa, terjadi kira-kira tahun 167-18 SM, dimana seseorang yang bernama Antiokus Epifanes 4 menyerang Yerusalem dan menaklukannya. Bukan hanya menaklukkan Yerusalem, Antiokus masuk ke Bait Allah, menjarahnya, mempersembahkan korban persembahan untuk dewa Zeus, terlebih lagi, ia berani dan lancang masuk ke Ruang Maha Kudus. Ya. Bait Allah telah dinajiskan oleh perbuatannya! Orang-orang Yahudi pada saat itu marah, dan berupaya dengan segala cara untuk merebut kembali Yerusalem dan mengembalikan fitrah Bait Allah sebagai tempat yang kudus. Akhhirnya, saat yang dinantikan tiba. Orang bernama Yudas Makabeus, memimpin penyergapan dan perlawanan, akhirnya merebut Yerusalem dan Bait Allah.

Kisah Bait Allah yang dilecehkan dan direbut kembali, menjadi jawaban atas dua pertanyaan kita di atas. Setelah direbut kembali, ada perayaan untuk kembali menahbiskan Bait Allah, itulah Perayaan Penahbisan Bait Allah. Lalu, mengapa mereka gundah dan mendesak Yesus? Jawabannya adalah karena mereka merindukan sosok Yudas Makabeus datang kembali, dan mereka merasa Yesus adalah sosok yang bisa memimpin perlawanan melawan Romawi.

Kegundahan mereka bukan kegundahan biasa. Mereka merindukan kedamaian yang paripurna. Untuk itulah, mereka menginginkan Yesus menjadi pemimpin mereka untuk melakukan pemberontakan. Namun, Yesus adalah sosok yang memiliki prinsip (baca: misi), yakni kedamaian Kerajaan Surga. Yesus menjawab mereka, “Aku tekah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;..” Apa yang sudah dikatakan Yesus? Coba kita lihat perikop sebelumnya. Di sana, Yesus berbicara bahwa diri-Nya adalah Gembala yang baik. Di sini kita menemukan makna ucapan Yesus, bahwa Yesus tidak mau menuruti apa mau mereka, namun Yesus memilih jalan penggembala untuk merampungkan keruwetan mereka. Yesus menegaskan, bahwa untuk menyelesaikan kekerasan, tidak bisa menggunakan kekerasan pula. Ia memilih jalur kasih yang mengampuni, menyembuhkan, merawat, dan merangkul. Bukan hanya itu, Ia adalah gembala yang memberikan nyawa bagi domba-dombaNya.

Saudaraku sekalian, saya yakin hampir semua di antara kita punya gawai. Ketika kita hendak membelinya, salah satu spesifikasi yang kita inginkan adalah barang itu awet. Padahal, garansi yang diberikan produsen sangat terbatas. Sebaik apapun kita merawatnya, gawai itu akan rusak pada masanya. Ya, kita senantiasa menginginkan keawetan barang, juga hubungan. Hal inilah yang juga dimaksudkan Yesus. Jika bentuk perlawanan atas kekerasan adalah kekerasan, hanya akan menimbulkan kekerasan yang lebih kacau. Sejarah membuktikan, bahwa perang selalu menghasilkan kehancuran dan merugikan semua pihak. Kasus dunia, politik, sampai kasus rumah tangga, kekerasan yang dilawan kekerasan hanya akan menghancurkan semuanya. Mahatma Gandhi, pejuang kemanusiaan nir kekerasan di india, pernah mengatakan, “aku keberatan terhadap kekerasan, karena ketika kekerasan digunakan untuk kebaikan, hasilnya temporer. Kejahatan dan kekerasan itu akan abadi.” Ya, kekerasan selalu akan melipatgandakan kekerasan itu sendiri.

Saudaraku sekalian, seperti tema kita, Yesus tidak ingin menghadirkan damai yang semu, namun langgeng (everlasting). Untuk itulah, Yesus juga berbicara mengenai kehidupan yang diberikan kepada tiap orang percaya. Yesus katakan, “dan aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka..” Apa maksud Yesus? Kebangkitan-Nya bukan hanya menghapuskan dosa, namun memberikan manusia kelanggengan kehidupan. Namun di sini, kita nampaknya perlu mencermati kata ‘kekal’. Kata ‘kekal’, sesungguhnya berarti suatu kehidupan yang tidak memiliki awal dan akhir, tidak terbatas ruang dan waktu. Dan, kita tahu, bahwa hanya Allah yang kekal dalam kehidupan ini. Lalu, apa terma yang pas untuk menggambarkan kata ‘kekal’ bagi manusia? Ada satu kata, yaitu ‘abadi’. Abadi adalah kehidupan yang memiliki awal, namun pada akhirnya ia langgeng seterusnya. Itulah manusia, itulah kita. Kita memiliki awal, seharusnya memiliki akhir (kematian), namun kebangkitan Yesus membuat kita hidup bersama-sama denganNya dalam keabadian. Tema kita bukan Eternal Life atau Kehidupan Kekal, namun Everlasting Life, yaitu Kehidupan Abadi. Kita dihisab dalam kekekalan Allah setelah ditebus dari maut. Apa maksudnya? Supaya kita tetap mensyukuri anugerah Allah dalam karya salib dan kebangkitan Kristus.

Kita adalah orang-orang yang mendapatkan keabadian dalam keselamatan, untuk itu, marilah kita juga hidup selayaknya orang yang sudah mendapatkan keselamatan. Yesus katakan, “domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku..” Kita mengenal suara Kristus, mengikuti dan meneladaninya. Jika Yesus selalu mengutamakan kasih dalam penyelesaian, kita pun seyogyanya melakukan itu.

Selamat merayakan kehidupan yang Tuhan anugerahkan. Selalu upayakan kasih, karena itulah yang setia dilakukan oleh Kristus, Tuhan kita. Amin.

 

FTP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar