Jumat, 20 Mei 2022

WARISAN DAMAI SEJAHTERA

Minggu Paska VI

Kisah Para Rasul 16:9-15 | Mazmur 67 | Wahyu 21:10, 22-22:5 | Yohanes 14:23-29


Teks Injil minggu ini begitu kompleks. Ada banyak tema yang bisa diangkat dari teks ini. Salah satu tema yang diangkat pada Minggu ini adalah soal damai sejahtera, diambil dari perkataan Yesus, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.” Apa itu damai? Terlalu sering kita menganggap bahwa damai adalah konsisi tidak ada konflik, tidak ada peperangan. Memang tidak salah. Kita mengharapkan dunia yang damai, tidak ada konflik dan peperangan. Kita mendoakan agar konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur dapat mereda dan terjadi perdamaian. Namun, damai sejahtera yang Yesus tawarkan lebih daripada sekadar tidak adanya konflik. Yesus memberikan damai sejahtera yang utuh, yang memberi rasa aman di tengah kemelut, memberi pengharapan di tengah pergumulan, keberanian di tengah ketakutan, dan keyakinan di tengah keragu-raguan. Damai sejahtera yang timbul dalam kesulitan, perjuangan, konflik, dan gangguan.

Jika kita menilik kembali teks Injil, waktu Yesus memberikan janjinya tentang damai sejahtera, itulah adalah saat-saat terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya. Ia akan menghadapi segala macam penderitaan, ditangkap, disiksa, dan disalibkan. Namun, pada saat-saat menuju momen terendah dan terburuk dalam hidup-Nya di dunia, Yesus tidak hanya mersakan damai sejahtera, tetapi juga mememberikan damai kepada murid-murid-Nya. Damai sejahtera yang diberikan Yesus terasa ketika kita mengalami kesulitan atau tekanan. Ketika kita menyerahkan kekuatiran kita pada penyertaan Allah, pada saat itulah Ia memberikan damai sejahtera yang memungkinkan kita untuk bangkit dari masalah yang menimpa kita dan melihat orang-orang di sekitar kita sebagai anugerah Tuhan yang layak untuk kita cintai dan perhatikan.

Lebih lanjut, Yesus juga mengatakan, ”… apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” Pertanyaannya, apa yang dunia bisa berikan kepada kita? Sangat banyak yang dapat diberikan dunia kepada kita. Dunia bisa memberi kita kesenangan, kenikmatan, kekayaan, bahkan kekuasaan, tapi dunia ini juga memberikan kita pergumulan, tantangan, bahkan penderitaan. Dunia menuntut kita untuk individualistis, bersaing dengan saling sikut dan saling menjatuhkan untuk mendapatkan kesenangan, kenikmatan, kekayaan, dan kekuasaan itu. Orang-orang harus menampilkan dirinya sedemikian agar dianggap yang paling hebat, paling bahagia, paling kaya, paling populer. Dunia menuntut kita untuk melakukan segala hal demi aktualisasi diri. Ini sungguh melelahkan.

Lalu apakah dunia menawarkan damai sejahtera? Damai yang ditawarkan dunia ini tidak lebih dari sekadar tidak adanya konflik, bahkan menggunakan pendekatan kekuasaan. Perdamaian itu pun diraih dengan melanggengkan status quo, kekerasan, represi, dikriminasi untuk membungkam pihak lain supaya keadaan "damai". Dalam dunia kerja, ada pengusaha yang membungkan buruhnya dengan ancaman, atasan yang menekan bawahannya untuk mencapai target. Dalam keluarga, orang tua menuntut anaknya patuh dengan pendekatan kekuasaan. Maksudnya mungkin baik agar anak ini tidak menjadi anak yang suka melawan dan memberontak, tetapi caranya adalah dengan menutup kesempatan bagi anak untuk mengembangkan diri, anak tidak diberi ruang untuk mengutarakan pendapatnya, dan anak yang malawan dibilang pembangkang. “Perdamaian” seperti inilah yang ditawarkan dunia.

Damai sejahtera yang ditawarkan Yesus berbeda. Damai sejahtera yang diawarkan Yesus menuntut kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada anugerah-Nya. Damai Kristus membuat kita tenang dan teduh di tengah segala kepenatan dan kelelahan dunia, memampukan kita untuk terus bertahan dan berjalan di tengah kemelut kehidupan. Damai Kristus mendorong kita untuk melepaskan segala kemelekatan dan keinginan untuk mendapatkan semua yang dunia tawarkan. Itulah damai sejahtera yang sejati, yang hadir di tengah segala pergumulan kita di dunia.

Damai sejahtera Kristus juga memampukan kita untuk menjadi saksi-Nya. Kita melihat pengalaman Rasul Paulus yang telah menerima damai sejahtera Allah dalam Kristus dimampukan untuk menjalankan misi-Nya. Oleh tuntunan Roh Kudus, ia menyeberang ke Makedonia untuk melayani mereka yang membutuhkan pertolongan. Damai sejahtera Kristus itu juga mengutus kita untuk berbagi dengan sesama, membawa pengharapan kepada yang putus asa, menghibur yang berduka, menjadi sabahat bagi yang kesepian, memperhatikan yang sakit fisik maupun psikis tanpa menghakimi. Kita diundang untuk menghadirkan damai sejahtera Kristus; Untuk peduli kepada tetangga kita yang sakit dan butuh pertolongan, menjadi pendengar yang baik untuk rekan kerja kia yang berkeluh kesah, mendoakan sahabat kita yang sedang bergumul dalam keluarga atau pekerjaannya, menjadi sahabat yang terbuka dan memberi kesampatan orang lain untuk mengutarakan pendapat, menjadi orang tua yang mendidik dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan serta memberi ruang bagi anak untuk mengemukakan pendapat; Berkomunikasi dengan cinta kasih, saling mendengarkan, saling memahami, dan saling memperhatikan. Kita adalah telah menerima warisan damai sejahtera. Marilah kita juga menjadi pewarta damai sejahtera. Amin. (thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar