Kamis, 14 Juli 2022

Belajar Mendengar-Nya sebelum Melayani-Nya

Minggu Biasa

17 Juli 2022

Lukas 10:38-42 

Seorang anak kecil yang sedang asyik menonton TV, tiba-tiba mendengar sebuah suara yang tergesa-gesa yang datang dari dapur.

“Nak, belikan kecap 2 sachet, telur setengah kilo, sama gula seprapat. Uangnya dia atas kulkas. Cepet, keburu masakannya gosong..”, seru seorang perempuan yang sedang memasak sembari mengelap keringatnya.

“YYAAAAAA!!!”, sahut bocah itu kesal.

Naas, sesampainya di warung, ia blank. Ia lupa semua hal yang harus ia beli. Sekian.

Umat terkasih, cerita itu nampaknya banyak dialami oleh banyak dari kita. Paling tidak, saya mengalaminya. Tak lain, karena tidak mendengarkan dengan baik, pesan tidak diterima dengan baik, maka eksekusi berantakan.

Pada ibadah kali ini, kita akan merenungkan sebuah tema, Belajar Mendengar-Nya sebelum MelayaniNya. Seperti kisah anak kecil yang blank tadi, kita akan belajar bagaimana mendengar suara Allah, agar kita tidak blank dalam kehidupan.

Teks Injil yang kita baca kali ini, bercerita tentang Yesus yang sedang singgah ke rumah Maria dan Marta. Kisah Maria dan Marta, adalah kisah dalam Injil yang dengan cepat akan mengajak pembaca untuk menyayangi Maria dan tidak suka pada Marta. Namun, saat ini kita akan melihat bagaimana Maria yang sedari awal menemani Yesus dan mendengarNya, sebagai perenungan kita. Apa atau bagaimana sikap Maria? Kita perhatikan, bukan kaca mata kita, namun kaca mata Yesus. Yesus berkata di ayat 41-42 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.“ Mengapa Yesus begitu menyanjung Maria? Apa yang sebenarnya dilakukan Maria? Mari kita renungkan bersama-sama

Lukas 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan… Ketika Yesus datang ke rumahnya, Maria langsung saja duduk di situ menemani Yesus. Secara spesifik, Injil Lukas menulis bahwa Maria ini ‘duduk dekat kaki Tuhan’. Tidak sampai di situ, NIV menerjemahkan bagian ini dengan ‘sat at the Lord’s feet’, juga KJV sat at Jesus' feet.

Umat terkasih, saya akan mengucapkan sesuatu, dan sila ibu bapak saudara sekalian meresponnya; Tempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita. Bagaimana respon ibu bapak sekalian? Saya rasa semua setuju dengan kalimat ini. Namun, bukankah ini sikap yang kurang ajar? Iya, kurang ajar. ‘menempatkan’, itu dilakukan oleh sosok yang memiliki otoritas lebih tinggi ketimbang siapa yang ‘ditempatkan’. Kalau kita ‘menempatkan’ Tuhan, berarti kita merasa punya otoritas yang lebih tinggi. Lihatlah Maria! Ia menempatkan diri. Ia ambil posisi, karena ia tahu ia siapa. Ia duduk dekat kaki Tuhan. Ia mendengar dengan sikap hormat, karena ia tahu ia duduk di hadapan Sang Pencipta. Jadi, bukan bagaimana kita ‘menempatkan’ Tuhan, namun ‘menempatkan diri’ di hadapan Tuhan. Ini merupakan sikap yang begitu hormat kepada Yesus. Nampaknya, kita perlu memperhatikan ungkapan-ungkapan yang nampak begitu kristiani, namun salah kaprah. Maksud hati mengagungkan Tuhan, namun malah mengangungkan diri sendiri. 

Sikap hormat ini akan memengaruhi, bagaimana kita menerima sebuah pesan yang kita dengar. Tentu kita sepakat, bahwa hormat Maria kepada Yesus bukan karena ia ketakutan, namun hatinya dipenuhi dengan kasih yang haru. Bayangkan seperti sepasang kekasih yang berbicara dengan nada yang sangat lirih di sebuah kedai kopi. Bahkan barista yang mencoba kepo pun tak akan sanggup mendengar apa yang mereka percakapkan. Mengapa mereka bisa saling mendengar? Karena mereka benar-benar menaruh hati saat mendengarkan pasangan mereka sedang berbicara.  Bukan hanya kepada pasangan, saya mendengar alm. Nenek saya bercerita dengan menaruh hormat dan bersemangat. Sehingga detail wajah, cerita, ekspresi dan aksinya, menancap di hati saya. Saya mengingatnya, dan menghayati semua yang dikatakan beliau begitu berharga. Ya, bagaimana kita menghormati siapa yang sedang berbicara. Apakah kita menempatkan diri sebagai pribadi yang hormat kepada Yesus seperti Maria?

Bukan hanya ‘duduk dekat kaki Yesus’ yang bis akita renungkan, namun bagaimana Maria ‘mendengar Yesus’. Kata ‘mendengar’ adalah ‘listening’ dalam Alkitab terjemahan KJV. Ada perbedaan antara hear dan listen meskipun secara harafiah artinya sama-sama ‘mendengar’. Namun, ada perbedaan mendasar, dan itulah yang menjadi sikap Maria kepada perkataan Yesus. Kata ‘hear’ berarti mendengar sesuatu dan lalu begitu saja. Misalnya saja kita sedang duduk di ruang tamu, lalu suara penjual bakso terdengar. Ya, lalu begitu saja. Intinya, ‘hear’ itu tanpa perhatian. Beda dengan ‘listening’. ‘listening’ adalah mendengar dengan sengaja, juga penuh perhatian. Nah, Maria, ia me-’listening’ kepada Yesus. Pada karakter alfabet China, kata ‘mendengar’ memiliki banyak aspek, yakni mata, hati, pikiran, telinga. Mendengar berarti memiliki kesatuan antara hati, telinga, pikiran, juga mata. Itulah mendengar. Maria mendengarkan tiap perkataan Yesus dengan penuh perhatian dan kesadaran.

Umat terkasih, apakah kita mendengar tiap perkataan Tuhan dengan benar? Itu menjadi pertanyaan sederhana yang bisa kita pertanyakan. Apakah setiap kita mendengarkan Firman Tuhan pada ibadah, kita dengan sepenuh hati mendengar-Nya? Dalam tradisi GKI, seseorang yang memberitakan Firman sudah jarang disebut sebagai ‘pengkhotbah’, namun ‘pelayan Firman’. Ini merupakan kesadaran bahwa ia tidak sedang berorasi tentang sesuatu, namun ia sadar bahwa ia adalah mitra Kristus dalam memberitakan Injil. Apakah pemberitaan Injil ini masih memiliki tempat spesial di hati kita? Dewasa ini, banyak orang-orang Kristen yang hanya mau mendengar Firman bila Pelayan Firman tersebut lucu dan menarik. Bah, macam mana pula. Ini mau cari Firman atau cari hiburan?! Ini menjadi perenungan kita bersama. Apakah kita ada telinga, hati. Pikiran, seluruh diri untuk mendengar suara Allah?

Mendengarkan Tuhan dengan baik, akan membuat kita tahu apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai, kita mengalami salah paham akan maksud Tuhan, melakukan sepenuh hati, tapi tidak pas. Biarlah kita bisa mendengar Kristus dengan sebaik-baiknya, agar pelayanan kitab oleh semakin berdampak dan berkenan di hadapan-Nya. Tuhan memberkati. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar