Minggu Biasa
17 Juli 2022
Lukas 10:38-42
Seorang anak kecil yang sedang asyik menonton TV, tiba-tiba mendengar sebuah suara yang tergesa-gesa yang datang dari dapur.
“Nak,
belikan kecap 2 sachet, telur setengah kilo, sama gula seprapat. Uangnya dia atas
kulkas. Cepet, keburu masakannya gosong..”, seru seorang perempuan yang sedang memasak sembari
mengelap keringatnya.
“YYAAAAAA!!!”,
sahut bocah itu kesal.
Naas,
sesampainya di warung, ia blank. Ia lupa semua hal yang harus ia beli.
Sekian.
Umat terkasih,
cerita itu nampaknya banyak dialami oleh banyak dari kita. Paling tidak, saya
mengalaminya. Tak lain, karena tidak mendengarkan dengan baik, pesan tidak diterima
dengan baik, maka eksekusi berantakan.
Pada ibadah
kali ini, kita akan merenungkan sebuah tema, Belajar Mendengar-Nya sebelum
MelayaniNya. Seperti kisah anak kecil yang blank tadi, kita akan
belajar bagaimana mendengar suara Allah, agar kita tidak blank dalam
kehidupan.
Teks Injil
yang kita baca kali ini, bercerita tentang Yesus yang sedang singgah ke rumah
Maria dan Marta. Kisah Maria dan Marta, adalah kisah dalam Injil yang dengan
cepat akan mengajak pembaca untuk menyayangi Maria dan tidak suka pada Marta. Namun,
saat ini kita akan melihat bagaimana Maria yang sedari awal menemani Yesus dan mendengarNya,
sebagai perenungan kita. Apa atau bagaimana sikap Maria? Kita perhatikan, bukan
kaca mata kita, namun kaca mata Yesus. Yesus berkata di ayat 41-42 Tetapi
Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri
dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.“ Mengapa Yesus
begitu menyanjung Maria? Apa yang sebenarnya dilakukan Maria? Mari kita
renungkan bersama-sama
Lukas 10:39 Perempuan
itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki
Tuhan… Ketika Yesus datang ke rumahnya, Maria langsung saja duduk di situ
menemani Yesus. Secara spesifik, Injil Lukas menulis bahwa Maria ini ‘duduk
dekat kaki Tuhan’. Tidak sampai di situ, NIV menerjemahkan bagian ini
dengan ‘sat at the Lord’s feet’, juga KJV sat at Jesus' feet.
Umat
terkasih, saya akan mengucapkan sesuatu, dan sila ibu bapak saudara sekalian
meresponnya; Tempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita. Bagaimana
respon ibu bapak sekalian? Saya rasa semua setuju dengan kalimat ini. Namun, bukankah
ini sikap yang kurang ajar? Iya, kurang ajar. ‘menempatkan’, itu dilakukan oleh
sosok yang memiliki otoritas lebih tinggi ketimbang siapa yang ‘ditempatkan’.
Kalau kita ‘menempatkan’ Tuhan, berarti kita merasa punya otoritas yang lebih
tinggi. Lihatlah Maria! Ia menempatkan diri. Ia ambil posisi, karena ia tahu ia
siapa. Ia duduk dekat kaki Tuhan. Ia mendengar dengan sikap hormat, karena ia
tahu ia duduk di hadapan Sang Pencipta. Jadi, bukan bagaimana kita
‘menempatkan’ Tuhan, namun ‘menempatkan diri’ di hadapan Tuhan. Ini merupakan
sikap yang begitu hormat kepada Yesus. Nampaknya, kita perlu memperhatikan
ungkapan-ungkapan yang nampak begitu kristiani, namun salah kaprah. Maksud hati
mengagungkan Tuhan, namun malah mengangungkan diri sendiri.
Sikap hormat
ini akan memengaruhi, bagaimana kita menerima sebuah pesan yang kita dengar. Tentu
kita sepakat, bahwa hormat Maria kepada Yesus bukan karena ia ketakutan, namun
hatinya dipenuhi dengan kasih yang haru. Bayangkan seperti sepasang kekasih
yang berbicara dengan nada yang sangat lirih di sebuah kedai kopi. Bahkan
barista yang mencoba kepo pun tak akan sanggup mendengar apa yang mereka
percakapkan. Mengapa mereka bisa saling mendengar? Karena mereka benar-benar
menaruh hati saat mendengarkan pasangan mereka sedang berbicara. Bukan hanya kepada pasangan, saya mendengar
alm. Nenek saya bercerita dengan menaruh hormat dan bersemangat. Sehingga
detail wajah, cerita, ekspresi dan aksinya, menancap di hati saya. Saya
mengingatnya, dan menghayati semua yang dikatakan beliau begitu berharga. Ya,
bagaimana kita menghormati siapa yang sedang berbicara. Apakah kita menempatkan
diri sebagai pribadi yang hormat kepada Yesus seperti Maria?
Bukan hanya ‘duduk
dekat kaki Yesus’ yang bis akita renungkan, namun bagaimana Maria ‘mendengar
Yesus’. Kata ‘mendengar’ adalah ‘listening’ dalam Alkitab terjemahan KJV.
Ada perbedaan antara hear dan listen meskipun secara harafiah
artinya sama-sama ‘mendengar’. Namun, ada perbedaan mendasar, dan itulah yang
menjadi sikap Maria kepada perkataan Yesus. Kata ‘hear’ berarti mendengar
sesuatu dan lalu begitu saja. Misalnya saja kita sedang duduk di ruang tamu,
lalu suara penjual bakso terdengar. Ya, lalu begitu saja. Intinya, ‘hear’
itu tanpa perhatian. Beda dengan ‘listening’. ‘listening’ adalah
mendengar dengan sengaja, juga penuh perhatian. Nah, Maria, ia me-’listening’
kepada Yesus. Pada karakter alfabet China, kata ‘mendengar’ memiliki banyak
aspek, yakni mata, hati, pikiran, telinga. Mendengar berarti memiliki kesatuan antara
hati, telinga, pikiran, juga mata. Itulah mendengar. Maria mendengarkan tiap
perkataan Yesus dengan penuh perhatian dan kesadaran.
Umat terkasih,
apakah kita mendengar tiap perkataan Tuhan dengan benar? Itu menjadi pertanyaan
sederhana yang bisa kita pertanyakan. Apakah setiap kita mendengarkan Firman
Tuhan pada ibadah, kita dengan sepenuh hati mendengar-Nya? Dalam tradisi GKI,
seseorang yang memberitakan Firman sudah jarang disebut sebagai ‘pengkhotbah’,
namun ‘pelayan Firman’. Ini merupakan kesadaran bahwa ia tidak sedang berorasi
tentang sesuatu, namun ia sadar bahwa ia adalah mitra Kristus dalam
memberitakan Injil. Apakah pemberitaan Injil ini masih memiliki tempat spesial di
hati kita? Dewasa ini, banyak orang-orang Kristen yang hanya mau mendengar
Firman bila Pelayan Firman tersebut lucu dan menarik. Bah, macam mana pula. Ini
mau cari Firman atau cari hiburan?! Ini menjadi perenungan kita bersama. Apakah
kita ada telinga, hati. Pikiran, seluruh diri untuk mendengar suara Allah?
Mendengarkan
Tuhan dengan baik, akan membuat kita tahu apa yang harus kita lakukan. Jangan
sampai, kita mengalami salah paham akan maksud Tuhan, melakukan sepenuh hati,
tapi tidak pas. Biarlah kita bisa mendengar Kristus dengan sebaik-baiknya, agar
pelayanan kitab oleh semakin berdampak dan berkenan di hadapan-Nya. Tuhan
memberkati. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar