Jumat, 01 Juli 2022

MENJADI DUTA KRISTUS BAGI DUNIA

 Minggu Biasa XIV

Yesaya 66:10-14 | Mazmur 66:1-9 | Galatia 6:7-16 | Lukas 10:1-11, 16-20


“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Luk. 10:2). Kalimat Yesus itu sering kali disalahartikan untuk melakukan kristenisasi. Dunia ini adalah ladang pekabaran Injil, ada banyak orang yang belum mengenal Kristus, tapi penginjil sedikit. Karena itu perlu ditambah penginjil-penginjil lagi untuk menginjili orang yang banyak itu. Namun, jika kita melihat konteks masa Yesus, yang dimaksud berbeda. Yesus diutus untuk berkarya di kalangan orang Yahudi. Pada masa itu, orang-orang Yahudi di Palestina berada di bawah penjajahan Romawi. Banyak orang yang miskin, lapar, sakit, dan menderita akibat penjajahan itu. Namun, para pemimpin agama Yahudi yang seharusnya melayani mereka, malah mencari aman. Mereka sibuk mendekati penguasa dan melupakan umat yang menderita. Banyak orang miskin dan sakit yang telantar karena tidak dilayani. Karena itulah Yesus kemudian meanggil para murid untuk membantu-Nya melayani orang yang banyak itu. Ia mengutus 70 murid untuk melayani mereka. Ke-70 orang murid ini diutus menjadi duta-duta Kristus, artinya mereka menjadi wakil Kristus untuk diutus melayani orang-orang yang menderita.

Dari pengutusan 70 murid itu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menjalani peran sebagai duta Kristus. Pertama, para murid itu diutus berdua-berdua. Mengapa tidak sendiri-sendiri? Bisa saja mereka bekerja sendiri, mungkin akan lebih efisien. Namun, Yesus mau menunjukkan bahwa kita perlu rekan untuk saling menopang dan menguatkan jika menghadapi pergumulan. Pendeta tidak bisa melayani sendiri. Maka, perlu ada penatua, badan pelayanan, dan aktivis yang juga turut melayani bersama. Blog ini juga dibuat sebagai bentuk para pelayan yang berjalan bersama. Kita bisa saling membantu dalam mempersiapkan khotbah. 

Kedua, Yesus hanya mengutus 70 orang. Jumlah itu memang terlihat banyak jika dibandingkan dengan 12 murid-Nya yang utama. Namun, itu jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan seluruh umat Israel pada masa itu. Yesus tidak mengutus 700 atau 7000 orang, tetapi hanya 70 orang. Namun, dengan 70 orang itu, berita Kerajaan Allah sampai kepada banyak orang. Belajar dari pengutusan 70 orang itu, kita tidak perlu berkecil hati apabila anggota jemaat kita tidak banyak, atau kekurangan SDM dalam pelayanan, atau jika kita lemah secara finansial. Yesus hanya mengutus 70 murid, dan melalui merekalah, karya Kerajaan Allah disebarkan. Mungkin mereka juga hadir dalam peristiwa Pentakosta, dan melalui mereka juga karya Kristus diteruskan sampai sekarang. Saat ini, penerus 70 orang itu bisa membuat rumah sakit, sekolah, panti asuhan atau panti wreda, penampungan bagi pengungsi, dan membagi-bagikan makanan kepada yang miskin.

Ketiga, ke-70 murid itu dilarang membawa bekal, uang, atau alas kaki. Mengapa demikian? Bukanlah merekan harus menjalani tantangan dalam pelayanan mereka? Yesus mau agar mereka belajar untuk mengandalkan Allah dan saling bergantung pada rekan seperjalanan. Yesus mengajarkan mereka untuk tidak bergantung pada materi, tetapi sepenuhnya pada penyertaan Tuhan, dan penyertaan Tuhan itu didapat dari rekan seperjalanan mereka. Karena itu, jika saat ini kita kekurangan materi, seharusnya itu bukan menjadi masalah besar. Yang menjadi masalah jika kita kelebihan materi, lalu kita bergantung pada materi. Mungkin kita bisa terjebak pada kemelakatan sehingga kita merasa nyaman dan mulai malas untuk melayani.

Keempat, “tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Seperti yang dijelaskan di awal tadi, ada banyak orang yang perlu dilayani. Para murid ini diutus untuk masuk ke ladang-ladang pelayanan yang ada itu. Ini juga menunjukkan bahwa ada banyak ladang pelayanan, dan kita semua dipanggil untuk melayani. Banyak orang Kristen berpikir bahwa ketika ia ikut ibadah di gereja setiap minggu, berdoa, mendengar Firman, memberi persembahan, itu cukup. Kita dipanggil menjadi duta Kristus bagi dunia, mengisi ladang-ladang pelayanan, di gereja dan masyarakat, bukan hanya untuk diri sendiri. Menjadi duta Kristus artinya bersedia diutus untuk berkarya dalam seluruh aspek hidup, ladang kehidupan kita, untuk menyatakan Kerajaan Allah. Ibadah yang sejati justru dalam hidup sehari-hari.

Terakhir, Yesus mengutus 70 murid itu “seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” Artinya, tugas ke-70 orang ini tidak mudah, penuh dengan ancaman dan bahaya. Mereka akan menghadapi banyak pengumulan, mereka mungkin akan ditolak, bahkan oleh orang yang mereka layani. Status mereka sebagai murid Yesus pun akan menarik perhatian para penguasa yang terganggu dengan kehadiran Yesus, sehingga mereka berisiko dipersekusi. Belum lagi, dengan segala kekurangan dan keterbatasan, mereka harus tetap berkomitmen menjadi duta Kristus. Saudara, menjadi murid Kristus dan duta-Nya bagi dunia tidaklah mudah. Duta Kristus di tengah dunia adalah seperti anak domba di tengah serigala. Minggu lalu kita telah belajar juga bahwa mengikut Kristus berati harus bersedia menghadapi segala ketidaknyamanan dengan komitmen dan pengharpan. Minggu ini kita diingatkan kembali untuk tidak mencari kenyamanan, karena menjadi duta Kristus berarti rela menghadapi semua pergumulan dan masalah, sambil tetap percaya dan berpengharapan kepada Kristus yang selalu menyertai, menopang, dan menguatkan kita. (thn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar