Kamis, 07 Juli 2022

KASIH ITU SEDERHANA

 Minggu Biasa XV

Ulangan 30:9-14 | Mazmur 25:1-10 | Kolose 1:1-14 | Lukas 10:25-37


Di Perth, Australia, ada sebuah toserba murah yang benama Good Sammy. Toserba ini menjual berbagi macam produk, mulai dari pakaian, perabotan rumah tangga dan lain-lain, yang semuanya didapatkan dari sumbangan masyarakat. Good Sammy menerima barang bekas atau pakaian layak pakai dari masyarakat, kemudian disortir untuk kemudian dijual dengan harga murah. Hasil penjualan barang-barang itu digunakan untuk membantu orang-orang dengan disabilitas. Selain itu, Good Sammy juga dikola oleh komunitas disabilitas, dan memberi pekerjaan kepada orang-orang dengan disabilitas. Good Sammy sendiri adalah singkatan dari Good Samaritan, yang dalam Bahasa Indonesia artinya Orang Samaria yang Murah Hati. Apa yang dilakukan oleh Good Sammy adalah perhatian kepada orang-orang yang sering kali terluput dari perhatian masyarakat, menolong orang-orang yang diabaikan oleh masyarakat, yakni orang-orang dengan disabilitas, sebagaimana yang dilakukan Orang Samaria kepada orang yang dirampok di jalan, yang diabaikan oleh Imam dan Orang Lewi.

Kisah Orang Samaria yang Murah Hati ini adalah kisah yang dikatakan Yesus ketika seorang ahli Taurat bertanya, “siapakah sesamaku manusia?” Setelah menceritakan kisah tentang Orang Samaria ini, Yesus berkata, “pergi dan perbuatlah demikian.” Apa yang diperbuat Orang Samaria dalam kisah itu? Ia “melihat” orang yang dirampok dan ditinggalkan setengah mati di jalan, sedangkan dua orang sebelumnya, Imam dan Orang Lewi, “tidak melihat” orang itu. Sebenarnya kedua orang pertama ini melihatnya, tetapi mereka mengabaikannya. Mereka tidak melihatnya sebagai sesama, tetapi sebagai beban dan ancaman. Orang Samaria bukan hanya melihat orang yang dirampok itu, melainkan juga melihatnya sebagai sesama.

Orang Samaria itu juga tidak hanya melihat orang yang dirampok itu sebagai sesama, tetapi juga mendekat dan menawarkan bantuan. Dengan mendekat, sebenarnya Orang Samaria ini sedang menempatkan dirinya pada posisi dan situasi yang rentan, karena bisa saja itu merupakan jebakan yang dapat membuatnya terancam bahaya juga. Dengan membuat dirinya rentan, ia sebenarnya sedang berbela rasa dengan keadaan orang yang dirampok itu. Di lain pihak, kedua orang lainnya menghindar dari orang yang dirampok ini. Imam dan Orang Lewi menghindar karena mereka takut menjadi rentan dan tidak mau merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang dirampok itu. Selain ini, Orang Samaria ini juga berbela rasa atau berbelas kasih dengan orang yang dirampok itu. Ia membalut luka-lukanya, menaikkannya ke keledai, membawamya ke penginapan, serta memastikan orang ini dirawat sampai pulih. Belas kasih atau bela rasa Orang Samaria ini dinyatakan melalui tindakannya.

Jadi ketiga hal itulah yang diperbuat Orang Samaria itu, melihat, mendekat, dan berbelas kasih. Tiga hal yang pasti Yesus lakukan dalam kondisi seperti itu. Yang menarik, Yesus melekatkan perbuatan itu pada Orang Samaria, orang yang tidak dianggap oleh orang Yahudi. Yesus mau menunjukkan bahwa orang yang tidak dianggap, diabaikan, bahkan disingkirkan dari masyarakat itu bisa peduli dan mengasihi orang lain. Sementara itu, orang-orang yang dipandang terhormat, para pemimpin agama, justru mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan dan belas kasihan. Ini juga sindiran bagi orang-orang Yahudi yang suka mengabaikan dan tidak menganggap keberasaan orang lain, khususnya orang Samaria. Ini terlihat ketika ahli Taurat ini menjawab pertanyaan Yesus tentang siapakah sesama bagi orang yang dirampok ini. Ia tidak mampu (atau tidak mau) menyebut “orang Samaria”, hanya “Orang yang telah menujukkan belas kasih.” Dan memang benar, orang Samaria itu menunjukkan belas kasihan. Dengan kisah ini, Yesus mau menujukkan bahwa melalui orang yang tidak dinggap ini, Allah menyatakan kasih-Nya, kepada orang yang juga tidak dianggap dan diabaikan.

Jika kembali melihat Good Sammy, konsep inilah yang dapat saya bayangkan. Melalui komunitas orang-orang yang sering diabaikan, kasih dan kepedulian dinyatakan demi kepentingan orang-orang yang diabaikan. Melalui kisah Orang Samaria ini juga, kita belajar untuk lebih peka dengan sekitar kita. Untuk tidak mengabaikan mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Mungkin kita seringkali mengabaikan tetangga kita, yang tidak kita anggap penting, karena hanya sekadar lewat saja. Mungkin kita mengabaikan pedagang kaki lima di depan komplek karena tidak mau berurusan dengannya. Mungkin kita mengabaikan satpam komplek karena merasa mereka hanya karyawan yang digaji dengan iuran kita. Mungkin, kita juga mengabaikan kakek yang sering duduk di pojok belakang ketika kebaktian Minggu karena tampangnya yang lusuh. Mungkin juga kita mengabaikan anak-anak di rumah karena kita menganggap mereka tidak tahu apa-apa, juga di gereja karena mereka dianggap berisik dan mengganggu jalannya ibadah. Mungkin kita mengabaikan orang-orang dengan disabilitas karena kita tidak tahu dan tidak mau tahu harus berbuat apa, sehingga kebutuhan mereka tidak terpenuhi dan akhirnya tersingkir dari komunitas. Melalui kisah Orang Samaria, kita ditegur untuk membuka mata dan hati kita, untuk lebih peka dengan sekitar kita, untuk memperhatikan sesama dan kebutuhan mereka.

Kita juga diingatkan melalui kisah ini bahwa Allah menyatakan kasih-Nya melalui orang-orang yang terbaikan. Melalui tukang bubur yang selalu menyapa setiap pagi kita lewat. Melalui pengemis yang mengembalikan dompet yang hilang. Melalui supir gereja yang selalu setia dengan sukacita mengantar para pelayan gereja dan umat yang beribadah. Melalui anak-anak yang selalu membawa keceriaan dengan tingkah mereka. Melalui orang-orang dengan disabilitas yang mau berbagi dengan orang lain, mengusahakan yang terbaik dalam segala keterbatasan mereka. Dari sinilah kita belajar untuk semakin peduli dan memperhatikan orang-orang yang terabaikan. Dari mereka yang terbaikan dan sering luput dari pandangan, kita justru belajar, bahkan ditampar, untuk mau melihat sekitar kita, mendekat kepada mereka yang terlupakan, serta menunjukkan belas kasihan kepada siapa pun yang kita jumpai dalam keseharian. (thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar