Kamis, 27 Oktober 2022

KELUARGA YANG MEMILIKI HIDUP YANG BERDAMPAK


Yesaya 1 : 10 – 18; Mazmur 32 : 1 – 7; 2 Tesalonika 1 : 1 – 4, 11 – 12; Lukas 19 : 1 – 10

 

Saudaraku, kualitas hidup seseorang bukan semata ditentukan dari kehadiran saja melainkan dari dampak apa yang ia beri pada lingkungan sekitar maupun sesama. Karena benda mati saja berdampak. Contoh, pena akan dinyatakan berdampak ketika kehadirannya bisa dipakai untuk menulis catatan, dll. Maka, hidup menjadi berarti ketika kita bukan hanya hadir tetapi juga mempunya dampak. Demikian juga dengan hidup orang percaya.

Dalam Yesaya 1 : 10 – 18 mengisahkan tentang kejemuan (kebosanan, ketidaksukaan) dan kebencian Tuhan (ay. 11, 14) atas ibadah orang Israel. Mereka begitu aktif memberi persembahan kepada Tuhan (ay. 11). Namun ibadah mereka yang baik itu tidak berdampak dalam kehidupan sehari-hari sebab hidup mereka tidak berdampak buat sesama. Tangan yang mereka pakai untuk berdoa ternyata tangan yang sama juga penuh dengan darah (ay. 15). Tentu bukan darah korban persembahan tapi darah sesama. Itu sebabnya, di awal bacaan Tuhan menyebut mereka Sodom dan Gomora karena perbuatan jahat mereka di hadapan Tuhan.  

Kejahatan apa saja yang dilakukan oleh orang Israel? Hal itu terjawab lewat harapan Tuhan untuk orang Israel di akhir bacaan kita. (ay. 16 – 17) Tuhan menginginkan agar umat Israel membasuh atau membersihkan diri mereka dari dosa, berhenti berbuat jahat, belajar berbuat baik, mengusahakan keadilan untuk anak-anak yatim dan perjuangkan perkara para janda. Jika mereka mau berdampak buat sesama, bukan hanya buat Tuhan melalui persembahan korban bakaran, Tuhan berkenan untuk menghapus segala dosa mereka (ay. 18) untuk itu seperti kata pemazmur dalam Mazmur 32 : 1 – 2, “berbahagialah yang diampuni pelanggarannya.”

Berbeda dengan orang-orang Yehuda, jemaat di Tesalonika justru melakukan hal-hal yang berdampak baik. Itu sebabnya, dalam surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Tesalonika : 1 – 1 - 4 Paulus, Silwanus dan Timotius bersyukur atas iman dan kasih jemaat di Tesalonika. Sekalipun kehidupan mereka penuh derita, penindasan dan penganiayaan (ay. 4) sebab mereka minoritas sebagai orang percaya. Namun apa yang mereka rasakan tidak membuat mereka berhenti untuk berdampak bagi sesama.

          Hal ini terlihat di ay. 3, Paulus sampaikan karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu. Dampak yang mereka tunjukkan tak perlu jauh-jauh ke orang yang tidak mereka kenal atau asing. Mereka memulai dampak justru dari lingkup terkecil dan di sekitar mereka. Bahkan apa yang mereka lakukan juga berdampak jauh kepada Paulus, Silwanus dan Timotius.

          Saudaraku, bukan hanya dalam surat Paulus karena dalam kitab Injil Lukas, Yesus juga menunjukkan bahwa Ia juga berdampak dan Ia pun mau mengajak orang lain untuk berdampak. Injil Lukas 19 : 1 – 10 menceritakan Zakheus yang kala itu adalah kepala pemungut cukai mengetahui bahwa Yesus datang ke kota Yerikho, tempat ia tinggal. Ia yang kala itu sekalipun seorang pemimpin namun juga dianggap sebagai orang berdosa karena pekerjaannya yang dianggap banyak orang mengambil jatah pajak lebih dari yang seharusnya.

          Namun bagaimanapun tanggapan orang lain tentang dirinya, ia tak peduli karena yang ia butuhkan adalah melihat Yesus. Hal ini terlihat dari bagaimana ia berusaha untuk melihat Yesus dengan berusaha memanjat pohon ara. Hal itu tentu penuh resiko. Bagaimana kalau ia jatuh? pastinya bukan hanya malu, ditertawakan tetapi juga tubuhnya bisa terluka parah. Saat Zakheus berusaha untuk melihat Yesus. Yesus pun melihat Zakheus, memanggil Namanya padahal baru pertama kali emreka bertemu dan berkata  (ay. 5) “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”Lalu Zakheus turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tentu apa yang Yesus lakukan ini bukan gratifikasi.

Namun apa yang Yesus lakukan ini mau memberi pengampunan dan dampak bagi Zakheus. Karena itu, (ay. 8) Zakheus berkata “Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Saudaraku, dari bacaan di Injil Lukas, Yesus mau mengajarkan bahwa Ia mau berdampak bagi orang lain melalui kehadiranNya dalam rumah dan hidup Zakheus. Demikian juga akhirnya Zakheus mau berdampak bagi hidup orang lain.

Dari seluruh bacaan hari ini, kita belajar untuk menjadi umat Tuhan yang saleh di hadapan Tuhan. Namun kesalehan kita bukan hanya kita wujudkan untuk Tuhan tetapi juga harus berdampak untuk sesama. Bagaimana dengan kita dan keluarga kita? Apakah hidup kita dan keluarga kita sudah berdampak bagi sesama? Setidaknya di dalam keluarga kita? (jemaat diberi waktu untuk sharing bersama pasangan/keluarga yang hadir/PF memberi contoh-contoh dampak yang bisa ditunjukkan oleh di dalam keluarga). Selamat berdampak. Tuhan memampukan kita semua. Amin. (mc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar