Kejadian 32 : 22 – 31; Mazmur 121; 2 Timotius 3 : 14 – 4 : 5; Lukas 18 : 1 – 8
Saudaraku, tidak ada keluarga yang tidak pernah bertengkar.
Entah itu karena hal sepele maupun karena hal besar yang terjadi. Namun, pertengkaran
yang sering ada tanpa diinginkan itu, kadang menjadi ujian dalam keluarga yang
entah meningkatkan saling mengenal, bertumbuh dan erat atau semakin berjarak
dan membangun tembok. Hal itu tergantung bagaimana setiap anggota keluarga menyikapi
setiap pertengkaran yang datang silih berganti.
Berbicara soal pertengkaran, hal itu pun tidak luput dari 2 saudara
kembar, yakni Esau dan Yakub (bc. Kej. 27). Pertengkaran itu menghasilkan jarak
yang semakin besar antara Esau dan Yakub. Namun demikian, dalam Kejadian 32
berisi kisah Yakub yang diperintahkan Tuhan untuk kembali ke rumah (Kej. 31 :
3). Perintah ini tentu menjadi berita sukacita bagi Yakub. Karena akhirnya ia
bisa pulang dan seperti yang dirasakan anak rantau, mau sejauh apapun kita pergi
pulang ke rumah keluarga akan menjadi tempat yang selalu dirindukan dan diinginkan.
Namun di sisi lain, buat Yakub perjalanan pulang ini juga
menjadi perjalanan yang menakutkan. Mengingat, pertengkaran ia dengan Esau di
masa lampau. Bahkan dulu, Esau bukan hanya marah tetapi juga ingin membunuhnya.
Apakah perasaan marah dan dendam itu masih ada dalam pikiran saudaranya?
Akankah ketika pulang, ia justru bukan melepas homesicknya tetapi malah
mati?
Semua pergumulan yang Yakub rasakan
nampaknya tidak diketahui oleh istri, budak dan anak-anaknya entah mengapa? namun
tentu diketahui oleh Allah. Sehebat apapun Yakub menyembunyikan masa lalunya dari
keluarga, namun ia tidak dapat menyembunyikannya dari Tuhan. Untuk itu, setelah
ia menyebrangkan keluarganya dan segala miliknya di sungai Yabok (ay. 23),
tinggallah Yakub seorang diri. Untuk apa? Banyak yang mengartikan tindakan Yakub
ini untuk berdoa dan bergumul dengan Allah (ay. 24 – 31). Sebab Yakub sadar
bahwa ia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri dan ia amat sangat
membutuhkan Tuhan dalam pergumulannya.
Bukan hanya Yakub, tetapi juga pemazmur.
Dalam Mazmur 121, ia mencari pertolongan dan mungkin saja ia sudah
berusaha mencari pertolongan pada yang lain. Namun pertolongan yang sejati
hanyalah dari Allah Sang Pencipta dan Penjaga hidup pemazmur. Bahkan penjagaan
Allah bukan hanya beberapa jam seperti waktu jaga security atau hanya 24
jam sehari tetapi dari sekarang sampai selama-lamanya (ay. 8). Sebab Penjaga
Israel tidak pernah terlelah dan tertidur.
Saudara jika dalam kitab Kejadian dan
Mazmur, kita melihat bagaimana para tokoh Alkitab baik Yakub dan pemazmur bergumul
bersama Allah - dalam pergumulan mencari Allah. Hal ini jugalah yang ditegaskan
oleh Yesus dalam Injil Lukas 18 : 1 – 8. Di mana di awal bacaan ini Yesus
katakan supaya pendengar harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Mengapa
perlu lagi Yesus tegaskan dan ingatkan? Yesus jelaskan lewat sebuah perumpamaan
seorang hakim dan seorang janda. Hakim ini tidak takut Allah dan tidak
menghormati seorang pun. Kok bisa? Mungkin karena dia punya jabatan yang tinggi
sehingga dia merasa bahwa bukan dia yang menghormati yang lain tetapi dia harus
dihormati oleh orang lain. Dan tidak takut Tuhan mungkin menggambarkan bahwa pekerjaannya
seperti Allah yang dapat menghukum dan menghakimi siapa pun.
Dalam bacaan juga menceritakan ada seorang janda yang selalu datang
untuk minta dibela haknya terhadap lawannya oleh sang hakim. Namun sang hakim terus
menolak dalam waktu yang lama. Si hakim pun merasa si janda ini hanya
menyusahkannya dan menyerangnya setiap kali ia datang. Mengapa si hakim merasa
demikian, bisa jadi karena si hakim memilih siapa yang mau ia tolong. Jika kaya
maka tentu akan mendapat bayaran yang cukup tinggi. Namun jika yang datang
hanya janda, mana ada uang? Apalagi di masa itu, kaum janda adalah kaum tidak
terpandang dan miskin. Hingga suatu kali hakim memutuskan memberi apa yang
diminta si janda namun dengan tujuan, supaya janda tidak datang lagi dan mengganggunya.
Saudara, karena ini adalah perumpamaan, maka siapa yang diumpamakan?
Si hakim ditafsirkan sebagai Allah sebab Allah selalu dicari, dihormati sebab
kedudukanNya melampaui siapapun, dimintai pertolongan, dimintai untuk dibela
dan Allah juga seperti hakim yang dapat menghakimi, menghukum dan mengampuni
seseorang. Sementara si janda ditafsirkan sebagai umat. Karena seperti janda
yang terus datang meminta pertolongan dan tak punya kekuatan apa-apa demikian
juga dengan umat.
Namun demikian dari perumpamaan ini,
Yesus menegaskan bahwa ada pemahaman umat yang keliru dan perlu diluruskan.
Bahwa sekalipun si hakim berkedudukan tinggi, dicari, dihormati dan dapat
menghakimi dan menghukum seperti Allah. Namun si hakim itu bukan Allah dan
Allah juga bukan seperti si hakim itu. Sebab sekalipun Allah berkedudukan
tinggi, dihormati, dapat menghakimi dan menghukum, namun Allah tidak mengadili secara
asal dan pilih kasih dengan hanya memandang status dan uang.
Pemahaman ini mungkin terjadi ketika
di masa itu, banyak orang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin. Yang berlebih
terus berlimpah, sementara yang kurang terus berkekurangan. Sehingga banyak orang
kaya merasa tidak perlu Tuhan sebab hidup mereka sudah makmur dan orang miskin
merasa lelah mencari Tuhan sebab hidup terus berkekurangan. Di tengah pemahaman
yang keliru ini, Yesus menegaskan kembali untuk jangan jemu-jemu (KBBI: sudah
tidak suka lagi atau bosan) berdoa sebab Allah tidak mempermainkan umatNya
dengan mengulur-ulur waktu menolong mereka dan Allah membenarkan orang-orang yang
siang malam berseru kepadaNya (ay.7).
Untuk itu teruslah berdoa kepada
Allah dan seperti pesan Paulus dalam 2 Timotius 3 : 15 - 17, ingat dan
berpeganglah pada tulisan yang diilhamkan Allah untuk mengajar, menyatakan
kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Dengan
demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik.
Saudaraku dari leksionari hari ini kita
diingatkan,
1)
Jika saat ini kita punya beban yang
begitu berat yang sedang kita pikul, kita akan menghadapi masa lalu kita yang
berat, kita akan menghadapi Esau atau masalah yang kita rasa begitu menakutkan,
ingatlah sikap Yakub – Ia berdoa dan bergumullah bersama Tuhan. Minta pertolonganNya
sebab seperti kata pemazmur, tidak ada yang dapat menolong kita selain Allah
dan Allah selalu stand by untuk kita.
2)
Jika kita mulai lelah untuk cari
Tuhan sebab masalah kita tidak kunjung selesai. Keadilan tidak kita temukan.
Kita merasa Tuhan pilih kasih antara kita dengan orang lain. Kita merasa usaha
kita sia-sia kepada Tuhan, di titik ini ingatlah perkataan Yesus, harus
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Jangan biarkan apa yang kita rasakan
dan hadapi membunuh relasi kita dengan Tuhan. Teruslah sekalipun jemu, bukan
sebagai paksaan tapi sebagai kebutuhan kita pada Tuhan.
Saudara, di bulan keluarga ini. Keluarga kita juga punya
banyak pertengkaran dan pergumulan. Kiranya kita belajar bukan berusaha
menyelesaikan dengan kekuatan sendiri karena tak akan mampu dan bukan hanya kita
secara pribadi yang bergumul dengan Allah. Tetapi sebagai keluarga, kita juga
memiliki kesatuan untuk bergumul bersama Allah. Caranya? Carilah Tuhan bersama,
berdoalah bersama, sharinglah bersama, baca Alkitablah bersama sebab #praytogetherstaytogether.
Tuhan beserta kita semua. Amin (mc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar