Rabu, 12 Oktober 2022

Keluarga Yang Memiliki Kesatuan Bergumul Bersama Allah

 

Kejadian 32 : 22 – 31; Mazmur 121; 2 Timotius 3 : 14 – 4 : 5; Lukas 18 : 1 – 8

 

Saudaraku, tidak ada keluarga yang tidak pernah bertengkar. Entah itu karena hal sepele maupun karena hal besar yang terjadi. Namun, pertengkaran yang sering ada tanpa diinginkan itu, kadang menjadi ujian dalam keluarga yang entah meningkatkan saling mengenal, bertumbuh dan erat atau semakin berjarak dan membangun tembok. Hal itu tergantung bagaimana setiap anggota keluarga menyikapi setiap pertengkaran yang datang silih berganti.

Berbicara soal pertengkaran, hal itu pun tidak luput dari 2 saudara kembar, yakni Esau dan Yakub (bc. Kej. 27). Pertengkaran itu menghasilkan jarak yang semakin besar antara Esau dan Yakub. Namun demikian, dalam Kejadian 32 berisi kisah Yakub yang diperintahkan Tuhan untuk kembali ke rumah (Kej. 31 : 3). Perintah ini tentu menjadi berita sukacita bagi Yakub. Karena akhirnya ia bisa pulang dan seperti yang dirasakan anak rantau, mau sejauh apapun kita pergi pulang ke rumah keluarga akan menjadi tempat yang selalu dirindukan dan diinginkan.

Namun di sisi lain, buat Yakub perjalanan pulang ini juga menjadi perjalanan yang menakutkan. Mengingat, pertengkaran ia dengan Esau di masa lampau. Bahkan dulu, Esau bukan hanya marah tetapi juga ingin membunuhnya. Apakah perasaan marah dan dendam itu masih ada dalam pikiran saudaranya? Akankah ketika pulang, ia justru bukan melepas homesicknya tetapi malah mati?

          Semua pergumulan yang Yakub rasakan nampaknya tidak diketahui oleh istri, budak dan anak-anaknya entah mengapa? namun tentu diketahui oleh Allah. Sehebat apapun Yakub menyembunyikan masa lalunya dari keluarga, namun ia tidak dapat menyembunyikannya dari Tuhan. Untuk itu, setelah ia menyebrangkan keluarganya dan segala miliknya di sungai Yabok (ay. 23), tinggallah Yakub seorang diri. Untuk apa? Banyak yang mengartikan tindakan Yakub ini untuk berdoa dan bergumul dengan Allah (ay. 24 – 31). Sebab Yakub sadar bahwa ia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri dan ia amat sangat membutuhkan Tuhan dalam pergumulannya.

          Bukan hanya Yakub, tetapi juga pemazmur. Dalam Mazmur 121, ia mencari pertolongan dan mungkin saja ia sudah berusaha mencari pertolongan pada yang lain. Namun pertolongan yang sejati hanyalah dari Allah Sang Pencipta dan Penjaga hidup pemazmur. Bahkan penjagaan Allah bukan hanya beberapa jam seperti waktu jaga security atau hanya 24 jam sehari tetapi dari sekarang sampai selama-lamanya (ay. 8). Sebab Penjaga Israel tidak pernah terlelah dan tertidur.  

          Saudara jika dalam kitab Kejadian dan Mazmur, kita melihat bagaimana para tokoh Alkitab baik Yakub dan pemazmur bergumul bersama Allah - dalam pergumulan mencari Allah. Hal ini jugalah yang ditegaskan oleh Yesus dalam Injil Lukas 18 : 1 – 8. Di mana di awal bacaan ini Yesus katakan supaya pendengar harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Mengapa perlu lagi Yesus tegaskan dan ingatkan? Yesus jelaskan lewat sebuah perumpamaan seorang hakim dan seorang janda. Hakim ini tidak takut Allah dan tidak menghormati seorang pun. Kok bisa? Mungkin karena dia punya jabatan yang tinggi sehingga dia merasa bahwa bukan dia yang menghormati yang lain tetapi dia harus dihormati oleh orang lain. Dan tidak takut Tuhan mungkin menggambarkan bahwa pekerjaannya seperti Allah yang dapat menghukum dan menghakimi siapa pun.

Dalam bacaan juga menceritakan ada seorang janda yang selalu datang untuk minta dibela haknya terhadap lawannya oleh sang hakim. Namun sang hakim terus menolak dalam waktu yang lama. Si hakim pun merasa si janda ini hanya menyusahkannya dan menyerangnya setiap kali ia datang. Mengapa si hakim merasa demikian, bisa jadi karena si hakim memilih siapa yang mau ia tolong. Jika kaya maka tentu akan mendapat bayaran yang cukup tinggi. Namun jika yang datang hanya janda, mana ada uang? Apalagi di masa itu, kaum janda adalah kaum tidak terpandang dan miskin. Hingga suatu kali hakim memutuskan memberi apa yang diminta si janda namun dengan tujuan, supaya janda tidak datang lagi dan mengganggunya.

Saudara, karena ini adalah perumpamaan, maka siapa yang diumpamakan? Si hakim ditafsirkan sebagai Allah sebab Allah selalu dicari, dihormati sebab kedudukanNya melampaui siapapun, dimintai pertolongan, dimintai untuk dibela dan Allah juga seperti hakim yang dapat menghakimi, menghukum dan mengampuni seseorang. Sementara si janda ditafsirkan sebagai umat. Karena seperti janda yang terus datang meminta pertolongan dan tak punya kekuatan apa-apa demikian juga dengan umat.

          Namun demikian dari perumpamaan ini, Yesus menegaskan bahwa ada pemahaman umat yang keliru dan perlu diluruskan. Bahwa sekalipun si hakim berkedudukan tinggi, dicari, dihormati dan dapat menghakimi dan menghukum seperti Allah. Namun si hakim itu bukan Allah dan Allah juga bukan seperti si hakim itu. Sebab sekalipun Allah berkedudukan tinggi, dihormati, dapat menghakimi dan menghukum, namun Allah tidak mengadili secara asal dan pilih kasih dengan hanya memandang status dan uang.

          Pemahaman ini mungkin terjadi ketika di masa itu, banyak orang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin. Yang berlebih terus berlimpah, sementara yang kurang terus berkekurangan. Sehingga banyak orang kaya merasa tidak perlu Tuhan sebab hidup mereka sudah makmur dan orang miskin merasa lelah mencari Tuhan sebab hidup terus berkekurangan. Di tengah pemahaman yang keliru ini, Yesus menegaskan kembali untuk jangan jemu-jemu (KBBI: sudah tidak suka lagi atau bosan) berdoa sebab Allah tidak mempermainkan umatNya dengan mengulur-ulur waktu menolong mereka dan Allah membenarkan orang-orang yang siang malam berseru kepadaNya (ay.7).

          Untuk itu teruslah berdoa kepada Allah dan seperti pesan Paulus dalam 2 Timotius 3 : 15 - 17, ingat dan berpeganglah pada tulisan yang diilhamkan Allah untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

          Saudaraku dari leksionari hari ini kita diingatkan,

1)   Jika saat ini kita punya beban yang begitu berat yang sedang kita pikul, kita akan menghadapi masa lalu kita yang berat, kita akan menghadapi Esau atau masalah yang kita rasa begitu menakutkan, ingatlah sikap Yakub – Ia berdoa dan bergumullah bersama Tuhan. Minta pertolonganNya sebab seperti kata pemazmur, tidak ada yang dapat menolong kita selain Allah dan Allah selalu stand by untuk kita.

 

2)   Jika kita mulai lelah untuk cari Tuhan sebab masalah kita tidak kunjung selesai. Keadilan tidak kita temukan. Kita merasa Tuhan pilih kasih antara kita dengan orang lain. Kita merasa usaha kita sia-sia kepada Tuhan, di titik ini ingatlah perkataan Yesus, harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Jangan biarkan apa yang kita rasakan dan hadapi membunuh relasi kita dengan Tuhan. Teruslah sekalipun jemu, bukan sebagai paksaan tapi sebagai kebutuhan kita pada Tuhan.

 

Saudara, di bulan keluarga ini. Keluarga kita juga punya banyak pertengkaran dan pergumulan. Kiranya kita belajar bukan berusaha menyelesaikan dengan kekuatan sendiri karena tak akan mampu dan bukan hanya kita secara pribadi yang bergumul dengan Allah. Tetapi sebagai keluarga, kita juga memiliki kesatuan untuk bergumul bersama Allah. Caranya? Carilah Tuhan bersama, berdoalah bersama, sharinglah bersama, baca Alkitablah bersama sebab #praytogetherstaytogether. Tuhan beserta kita semua. Amin (mc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar