Jumat, 25 November 2022

BANGUNLAH, SIAP SEDIALAH

Minggu Adven I

Yesaya 2:1-5 | Mazmur 22 | Roma 13:11-14 | Matius 24:36-44


Menunggu. Sebuah pekerjaan yang membosankan dan melelahkan menurut banyak orang. Biasanya, apa yang Saudara lakukan sembari menunggu, dalam antrean di rumah sakit misalnya? Mungkin ada yang melakukan kegiatan produktif lain, seperti membaca buku atau membaca artikel di internet. Ada juga yang menunggu sambil menonton film atau video melalui gawainya, atau ada juga yang bermain video game. Namun ada juga orang yang tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiam diri. Bagaimana pun cara kita menunggu, yang pasti semua punya harapan yang sama, yakni agar penantian itu segera berakhir.

Minggu ini kita memulai tahun gerejawi yang baru melalui Minggu Adven pertama. Selain mempersipakan diri kita untuk mengingatrayakan kelahiran Kristus dalam Natal, Minggu Adven pertama juga mengajak kita untuk merenungkan penantian akan kedatangan Tuhan kembali pada akhir zaman. Jadi, sebenarnya masa Adven mengajak kita untuk merenungkan identitas kita sebagai orang Kristen yang hidup di antara dua Adven, yang sudah dan yang belum. Di satu pihak, Kristus sudah datang ke dunia, dan setiap tahun kita merayakannya. Di pihak lain, Kristus belum datang kembali, dan kita masih menantikan kedatangan-Nya kembali ke dunia pada akhir zaman. Dalam penantian itu, ada berbagai hal yang dapat terjadi, tetapi kita semua punya pengharapan bahwa Tuhan akan datang kembali untuk membarui segala sesuatu.

Dalam penantian itu, kita diajak untuk siap sedia. Namun, jangan sampai kebablasan karena pengharapan yang dispekulasikan. Mungkin di antara kita masih ada yang mengingat kejadian sembilan tahun lalu di Bandung. Seorang pendeta menyatakan bahwa pada tanggal 10 November 2003, kiamat akan terjadi, dan para pengikutnya akan diangkat sekitar pukul 09.00-15.00. Lalu ia mengumpulkan banyak orang dari berbagai daerah berkumpul di Baleendah, Bandung. Banyak di antara mereka yang menjual harta bendanya, lalu bekumpul di tempat itu menantikan pengangkatan. Namun ternyata kemudian bukan Tuhan yang mengangkat mereka, melainkan isilop. Sampai sekarang pun, kiamat yang dinubuatkan pendeta itu tidak pernah terjadi. Itulah jika pengharapan itu dispekulasikan, yakni didetailkan sampai hari dan waktunya.

Yesus sendiri sudah menekankan bahwa tentang hari dan saat itu tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Bapa (Mat. 24:36). Karena itulah, Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga dan siap sedia. Ia mengatakan bahwa hari Tuhan itu akan datang sepeeti pencuri pada malam hari. Pencuri tidak pernah memberi tahu kapan ia akan datang mencuri, karena itu pemilik rumah harus siap sedia mengamankan rumahnya kapan pun, dalam kondisi apa pun. Ia tidak boleh lengah supaya rumahnya tidak kebobolan. Yesus juga mengatakan bahwa pada waktu itu, jika ada dua orang di ladang atau dua orang perempuan memutar batu kilangan, yang satu akan dibawa dan yang satu ditinggalkan. Yesus mau mengatakan bahwa kita tidak pernah tahu siapa yang berkenan dan siapa yang tidak. Tidak bisa dinilai melalui pekerjaan, jenis kelamin, atau apa pun itu. Hanya Allah yang dapat menghakimi. Selain itu, Yesus juga mengaitkan hari dan waktunya dengan zaman Nuh. Sebelum air bah datang, banyak orang hidup seperti biasa, makan, minum, kawin, dan sebagainya, sampai pada akhirnya air bah itu datang dan melenyapkan mereka. Ini mau menginatkan bahawa hari Tuhan itu bisa datang kapan saja.

Pesan lain dari sini adalah bahwa Nuh sudah mengingatkan orang-orang pada zaman itu, tetapi mereka masih hidup bersenang-senang, berpesta pora, bahkan menganggap sepele peringatan Nuh. Sementara mereka terlena dengan segala kenikmatan, Nuh sedang bersiap sedia. Inilah pesan Yesus bagi murid-murid-Nya dan juga bagi kita, bersiap sedia. Nuh mewujudkan kesiapsediaannya itu dengan membangun bahtera, tidak terlena dengan kenikmatan, dan tidak tergoda untuk mencari kepuasan. Siap sedia juga bukan berarti menjual segala harta benda, menjauhi dunia, dan hanya menanti tanpa berbuah apa-apa, seperti sekte Akhir Zaman yang akhirnya diciduk itu. Rasul Paulus mengekspresikan kesiapsediaan itu dengan kata-kata, “…saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur” (Rm. 13:11). Bangun di sini berarti terjaga, waspada, tidak terlena dan terbawa arus dengan moralitas bobrok masyarakat. Orang Kristen tidak boleh ikut arus dunia yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan keinginan untuk memuaskan diri sendiri. Namun, bangun di sini juga bukan berarti terus menunggu kedatangan Tuhan tanpa melakukan apa-apa. Bangun dan bersiap sedia artinya tetap melakukan peran dan tugas kita dalam dunia ini dengan bertanggung jawab.

Bangun dan bersiap sedia dalam penantian akan kedatangan Tuhan artinya terus berkarya dan berdampak, serta menghasilkan buah. Penantian itu tetap kita isi dengan melakukan pekerjaan kita – apa pun profesi kita, guru, pedagang, dokter, karyawan, pengacara, dan lainnya – dengan jujur dan bertanggung jawab; Melakukan pelayanan kita dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan; Merawat dan mendidik anak-anak dan melakukan tanggung jawab sebagai anggota keluarga dengan kesadaran bahwa apa yang kita lakukan ini untuk membawa kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat; Turut memperjuangkan keadilan dan perdamaian dalam masyarakat sebagai bentuk kepedulian kita; Ikut terlibat dalam pembagunan dan transformasi masyarakat. Bangun dan bersiap sedia artinya terus bekerja, dan bekerja adalah menghasilkan buah demi kebaikan dan menjadikan dunia ini tempat yang adil dan damai.

Reformator gereja, Martin Luther, pernah mengatakan, “Seandainya pun aku tahu besok dunia akan berakhir, aku akan tetap menanam apel hari ini.” Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan datang kembali. Namun, kita punya pengharapan akan kedatangan-Nya kembali yang membawa pembaruan, dan kita terus menantikannya. Dalam penantian itu, kapan pun datang waktunya, bahkan besok sekalipun, bangunlah dan siap sedialah! Jangan pernah berhenti berkarya dan berdiam diri. Tetaplah lakukan karya yang menghasilkan buah dalam pengharapan akan kedatangan-Nya. Maranata! Datanglah, Tuhan! Amin. (thn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar