Jumat, 15 Maret 2024

MEMILIH JALAN KEMULIAAN

Minggu V Pra-Paska

Yeremia 31:31-34 | Mazmur 51:3-15 | Ibrani 5:5-10 | Yohanes 12:20-33


Manusia sering kali diperhadapkan pada pilihan. Memilih yang ini atau yang itu. Kadang pilihannya mudah, kadang pilihannya sulit. Manusia umumnya memilih yang baik menurutnya, yang lebih menyenangkan, atau lebih aman. Jika diminta memilih kemuliaan atau penderitaan, manusia pada umumnya akan memilih kemuliaan. Untuk apa memilih penderitaan? Jelas lebih baik kemuliaan. Namun, tidak begitu bagi Yesus. Tidak ada pilihan antara kemuliaan dan pendertiaan, karena kemuliaan adalah penderitaan, bahkan kematian. Ketika Yesus memilih jalan kemuliaan, ia pun memilih jalan derita dan kematian.

Konteks bacaan Injil hari ini adalah Hari Raya Paskah yang sudah mendekat. Yerusalem saat itu dipadati orang dari berbagai penjuru dunia yang ingin berziarah ke Bait Allah. Tidak ketinggalan di situ hadir juga orang-orang dari bangsa asing yang menganut agama Yahudi. Di antara mereka tersebutlah sejumlah orang Yunani yang ingin bertemu dengan Yesus. Ketika Andreas dan Filipus menyampaikan perihal orang-orang Yunani yang mau bertemu dengan-Nya, Yesus menjawab dengan kata-kata soal kematian-Nya. Menariknya, Yesus menyebutnya dengan “dimuliakan”. "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan" (Yoh. 12:23). Dimuliakan bagi Yesus bukanlah menerima kehormatan, kekayaan, atau kekuasaan seperti raja-raja dunia. "Dimuliakan" bagi Yesus adalah seperti biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati, baru dia menghasilkan banyak buah. Kemuliaan adalah derita dan kematian-Nya. Orang mengira kematian adalah akhir segalanya. Namun, kematian Yesus justru menjadi awal tersebarnya Kabar Baik ke seluruh penjuru dunia. Kematian Yesus adalah kemuliaan yang membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Apa buktinya? Penulis Kitab Ibrani menyatakan bahwa Yesus dimuliakan oleh Bapa-Nya. Ketaatan Yesus melalui doa, ratap tangis, dan dalam derita membuat Ia dimuliakan. Bukan hanya sampai di situ, "... sesudah Ia disempurnakan, Ia menjadi sumber keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya ..." (Ibr. 5:9). Jalan derita dan kematian yang ditempuh Yesus adalah jalan kemuliaan yang membawa keselamatan.

Pada saatnya, para murid juga perlu menempuh jalan derita yang membawa kemuliaan itu. Yesus bahkan menghendaki murid-murid-Nya agar tidak mencintai nyawa mereka sendiri. Artinya, tidak takut kehilangan nyawa demi sesuatu yang jauh lebih berharga, yakni Kerajaan Allah. Kemuliaan Yesus adalah dengan mederita dan mati. Jalan Yesus adalah jalan salib dan penderitaan. Karena itu jika orang hanya ingin mencari selamat sendiri, mereka justru akan gagal. Namun, mereka yang tahu bahwa jalan yang ditempuh adalah penderitaan dan bersedia menderita, maka ia akan masuk dalam kehidupan abadi di dalam Allah. Itulah kemuliaan yang Yesus maksudkan. Yesus menyatakan bahwa setiap orang yang mau melayani-Nya, menjadi pengikut-Nya, juga harus mengikuti jalan-Nya. Di mana Ia berada, di situ ia berada. Artinya, jika kita mau mengikut Tuhan dan melayani-Nya, kita juga harus menempuh jalan yang ia tempuh; jalan salib dan penderitaan.

Jika demikian, masihkah kita mau memilih Yesus dan jalan "kemuliaan"-Nya? Bagi banyak orang yang hanya mencari kenikmatan, tentu mengikut Yesus menjadi tidak menarik. Namun, justru dalam kehinaan, penderitaan, dan kematian-Nya, Yesus menarik semua orang kepada-Nya. Dalam kematian-Nya, Ia ditinggikan dan dimuliakan, dan melaluinya Ia menarik kita datang kepada-Nya. Jadi, jika kita mengaku percaya dan mau mengikut Kristus, kita juga harus melalui jalan yang Yesus ambil, meneladani-Nya, merangkul derita dan masuk dalam kemuliaan-Nya.

Tidak ada cara lain. Begitulah yang harus dilalui ketika kita menjawab panggilan Yesus. Memilih jalan kemuliaan adalah memilih jalan derita. Ketika kita mengikuti jalan salib-Nya, ia juga membawa kita ke jalan kemuliaan-Nya. Bukan berarti juga kemudian kita mencari-cari derita, atau mencari kematian. Setiap hari kita hidup dalam ancaman, dalam derita, dalam bayang-banyang kamatian. Memilih jalan derita adalah bersedia merangkul segala pergumulan hidup dan derita dunia itu dengan taat dan setia sebagaimana Yesus merangkul kematian yang membawa kemuliaan. Ia memanggil kita dan Ia juga yang meneguhkan dan menguatkan kita. Jika kita mau menladan Kristus dalam jalan salib-Nya, percayalah Ia juga memampukan kita untuk menjalaninya. Tuhan menyartai kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar