JUMAT AGUNG
Yesaya
52 : 13 – 53 : 12; Mazmur 22; Ibrani 10 : 16 – 25; Yohanes 18 : 28 – 19 : 37
Dalam
bacaan Injil Yohanes, diceritakan setelah Yesus ditangkap Ia tidak langsung
dibawa ke hadapan Pilatus, tetapi terlebih dahulu dibawa ke hadapan Hanas –
Kayafas (imam besar Yahudi) di Mahkamah Agama dan juga dibawa ke hadapan
Herodes (Luk. 23 : 8 – 12). Namun setelah melakukan perjalan panjang dan ke
rumah-rumah para petinggi agama dan negara itu, tak ada satupun yang dapat
menyebutkan apa kesalahan Yesus.
Karena
Yesus belum diberi status eksekusi hukuman yang pasti dan menghindari kebebasan
Yesus, para pemuka agama Yahudi pun membawa Yesus ke hadapan Pilatus. Mengapa
dibawa ke Pilatus?
1. Pilatus adalah
wali negeri (gubernur) di Provinsi Yudea di masa itu
2. Pilatus berada
di bawah pemerintahan kekaisaran Romawi, sehingga keputusannya tentu
akan mewakili keputusan kerajaan Roma
3. Pilatus punya
kekuasaan
4. Pilatus sudah
terbiasa mengadili orang
5. Di tangan
Paulus, ia dapat mengambil keputusan untuk membebaskan, menghakimi atau
menyalibkan seseorang.
Dalam dialog awal perjumpaan Pilatus dan para pemuka agama Yahudi, orang-orang Yahudi itu menuduh bahwa Yesus adalah penjahat (18 : 30). Namun nampaknya Pilatus merasa ada keanehan yang terjadi. Karena, kalau Yesus disebut penjahat, seharusnya sejak awal ketika Ia dibawa entah ke Mahkamah Agama atau ke Herodes (para petinggi-petinggi itu), Yesus harusnya bisa langsung dieksekusi, namun ternyata belum dieksekusi juga. Ada apa sih sebenarnya antara Yesus dan orang-orang Yahudi ini? Mungkin inilah kejanggalan dan pertanyaan Pilatus kala itu. Pilatus yang biasanya mengadili ternyata bukan seorang yang mengadili dengan asal-asalan.
Karena
melalui adanya kejanggalan, pertanyaan dan tuduhan kepada Yesus yang tanpa
bukti, maka Pilatus memilih untuk berdialog dulu dengan sebelum ia menjatuhkan
keputusan untuk Yesus. Dalam dialog antara Pilatus dengan Yesus yang
terekam dari pasal 18 : 33 – 19 : 11 (19 ayat) ada banyak hal yang
menarik yang dilakukan oleh Pilatus:
1. Pilatus
menyebut Yesus berkali-kali bukan
dengan sebutan Yesus/Rabuni/Guru tapi dengan sebutan raja orang Yahudi (18
: 33, 37; 39; 19 : 14, 19 : 19) (penghormatan)
2. Pilatus tidak
menemukan kesalahan apapun pada Yesus dalam proses dialog dan berkali-kali hal itu ia
sampaikan kepada orang-orang Yahudi sebagai sebuah penegasan (18 :
38b; 19 : 4; 19 : 6).
3. Pilatus berusaha
membebaskan Yesus dengan berbagai cara:
a. Mengembalikan
Yesus kepada orang Yahudi supaya tidak dihukum pake hukuman Romawi
tapi hukuman Yahudi (18 : 31; 19 : 6). Supaya Yesus tidak cepat-cepat
dihukum karena tidak ditemukan salahNya apa.
b. Pilatus
mencambuk Yesus dan
prajurit memberi mahkota duri, mengenakan jubah ungu dan mengoloknya (19 : 1 –
3). Hal ini sebenarnya adalah salah 1 strategi Pilatus untuk
mempermalukan Yesus di hadapan orang Yahudi sekaligus memberi tahu mereka,
bahwa Yesus yang kalian anggap penjahat itu sesungguhnya manusia yang tidak
berdaya (Ia katakan Lihatlah manusia itu! - Yoh. 19 : 5).
Bahkan ia tidak punya kekuasaan
dan kekuatan dibandingkan Pilatus. Bahkan dengan menunjukkan sisi kemanusiaan
Yesus yang rapuh, penuh luka dan darah. Hal ini juga sebagai strategi Pilatus
supaya orang Yahudi merasa iba – merasa cukup Yesus disesah, terluka dan
berdarah dan akhirnya melepaskan Yesus yang tidak bersalah itu. Namun, usaha
kedua Pilatus untuk menyelamatkan Yesus tetap tidak berhasil juga.
c. Pilatus menawarkan
membebaskan raja orang Yahudi di momen Paskah Yahudi kala itu (18 :
39). Momen ini kalau di masa sekarang disebut remisi khusus narapidana
di hari raya. Namun ternyata, orang Yahudi justru meminta Barabas yang
dibebaskan. Padahal Barabas itu punya catatan kriminal, seorang penyamun,
penjahat, seorang pemberontak nasionalis, pembunuh dan pencuri di zaman
pemerintahan Pontius Pilatus.
Buat Pilatus kala itu, tidak adil
membebaskan Barabas yang terbukti bersalah dan menghukum Yesus yang tidak ada
salahnya. Itu aneh! Tapi lagi-lagi rencana Pilatus untuk membaskan Yesus gagal. Akhirnya saudara, beragam
cara usaha Pilatus untuk membebaskan Yesus tidak ada yang
berhasil. Dan akhirnya membuat Pilatus melepaskan Yesus dengan menyerahkanNya
untuk disalibkan.
Di
bagian ini saudara, yang mau ditegaskan kepada kita adalah pada
akhirnya,
salib
yang Yesus harus pikul itu terjadi bukan karena kedaulatan (kekuasaan) manusia
dalam diri Pilatus. Tetapi karena kedaulatan (kekuasaan) Allah. Bahwa Allah
memang berdaulat, berkuasa dan punya kehendak dalam salib itu.
Tapi
mengapa Allah memilih jalan penuh derita melalui salib itu? Karena Ia
memikirkan, mementingkan, mencintai dan mau menyelamatkan umatNya (Bdk. Yes. 53
: 4 – 12). Ia mau umatNya punya pengharapan, punya kehidupan dan punya
kebenaran di dalamNya dan bersamaNya.
Maka
di momen Jumat Agung ini kita sama-sama kembali diberi pesan oleh firman Tuhan:
1. Jumat Agung
mengingatkan kita kembali pada kedaulatan Allah dalam salib. Bahwa seberapa
pun besar jabatan, materi, kuasa atau kedaulatan manusia, tidak ada yang bisa
menandingi kedaulatan atau kekuasaan Allah. Bahkan bukan hanya hidup Yesus yang
ada kedaulatan (kekuasaan) Allah. Tapi di hidup kita juga ada kedaulatan/kuasa
Allah.
2. Kedaulatan Allah
dalam salib menunjukkan bahwa Allah tidak menolak penderitaan untuk kita. Ia
rela dikhianti oleh Yudas, disangkal oleh Petrus, ditinggalkan murid-muridNya, diolok
dan dipermalukan, disalahkan tanpa berbuat salah, bahkan mau mati di kayu salib
yang hina dan cela itu, bukan demi diriNya tapi demi kita manusia – umat yang
dikasihiNya yang mau ditemani, dirangkul, disahabati dan diselamatkan olehNya
(bdk. apa yang dirasakan oleh pemazmur dalam Mzm. 22)
3. Tidak semua yang
kita anggap baik, berdampak baik. Tidak semua yang kita anggap buruk, berdampak
buruk. Pilatus berusaha dengan baik untuk membebaskan Yesus. Namun
ternyata, apa yang menjadi rencananya tak berdampak baik untuk rencana Allah.
Sementara Yesus menerima salib yang dianggap buruk oleh orang lain, namun
ternyata tak selamanya yang buruk itu berdampak buruk. Karena justru melalui
salib yang buruk itu. Kita semua beroleh keselamatan, pengharapan dan kehidupan.
Selamat
merayakan, merasakan dan menjumpai cinta kasihNya melalui sabda, salib dan
kedaulatanNya. Amin.
(mc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar