Kamis, 28 Maret 2024

KEDAULATAN ALLAH DALAM SALIB

 

JUMAT AGUNG

Yesaya 52 : 13 – 53 : 12; Mazmur 22; Ibrani 10 : 16 – 25; Yohanes 18 : 28 – 19 : 37

 

Dalam bacaan Injil Yohanes, diceritakan setelah Yesus ditangkap Ia tidak langsung dibawa ke hadapan Pilatus, tetapi terlebih dahulu dibawa ke hadapan Hanas – Kayafas (imam besar Yahudi) di Mahkamah Agama dan juga dibawa ke hadapan Herodes (Luk. 23 : 8 – 12). Namun setelah melakukan perjalan panjang dan ke rumah-rumah para petinggi agama dan negara itu, tak ada satupun yang dapat menyebutkan apa kesalahan Yesus.

 

Karena Yesus belum diberi status eksekusi hukuman yang pasti dan menghindari kebebasan Yesus, para pemuka agama Yahudi pun membawa Yesus ke hadapan Pilatus. Mengapa dibawa ke Pilatus?

1.   Pilatus adalah wali negeri (gubernur) di Provinsi Yudea di masa itu

2.   Pilatus berada di bawah pemerintahan kekaisaran Romawi, sehingga keputusannya tentu akan mewakili keputusan kerajaan Roma

3.   Pilatus punya kekuasaan

4.   Pilatus sudah terbiasa mengadili orang

5.   Di tangan Paulus, ia dapat mengambil keputusan untuk membebaskan, menghakimi atau menyalibkan seseorang.


Dalam dialog awal perjumpaan Pilatus dan para pemuka agama Yahudi, orang-orang Yahudi itu menuduh bahwa Yesus adalah penjahat (18 : 30). Namun nampaknya Pilatus merasa ada keanehan yang terjadi. Karena, kalau Yesus disebut penjahat, seharusnya sejak awal ketika Ia dibawa entah ke Mahkamah Agama atau ke Herodes (para petinggi-petinggi itu), Yesus harusnya bisa langsung dieksekusi, namun ternyata belum dieksekusi juga. Ada apa sih sebenarnya antara Yesus dan orang-orang Yahudi ini? Mungkin inilah kejanggalan dan pertanyaan Pilatus kala itu. Pilatus yang biasanya mengadili ternyata bukan seorang yang mengadili dengan asal-asalan.

 

Karena melalui adanya kejanggalan, pertanyaan dan tuduhan kepada Yesus yang tanpa bukti, maka Pilatus memilih untuk berdialog dulu dengan sebelum ia menjatuhkan keputusan untuk Yesus. Dalam dialog antara Pilatus dengan Yesus yang terekam dari pasal 18 : 33 – 19 : 11 (19 ayat) ada banyak hal yang menarik yang dilakukan oleh Pilatus:

1.   Pilatus menyebut Yesus berkali-kali bukan dengan sebutan Yesus/Rabuni/Guru tapi dengan sebutan raja orang Yahudi (18 : 33, 37; 39; 19 : 14, 19 : 19) (penghormatan) 

2.   Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun pada Yesus dalam proses dialog dan berkali-kali hal itu ia sampaikan kepada orang-orang Yahudi sebagai sebuah penegasan (18 : 38b; 19 : 4; 19 : 6). 

3.  Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan berbagai cara:

a.    Mengembalikan Yesus kepada orang Yahudi supaya tidak dihukum pake hukuman Romawi tapi hukuman Yahudi (18 : 31; 19 : 6). Supaya Yesus tidak cepat-cepat dihukum karena tidak ditemukan salahNya apa.

 

b.   Pilatus mencambuk Yesus dan prajurit memberi mahkota duri, mengenakan jubah ungu dan mengoloknya (19 : 1 – 3). Hal ini sebenarnya adalah salah 1 strategi Pilatus untuk mempermalukan Yesus di hadapan orang Yahudi sekaligus memberi tahu mereka, bahwa Yesus yang kalian anggap penjahat itu sesungguhnya manusia yang tidak berdaya (Ia katakan Lihatlah manusia itu! - Yoh. 19 : 5).

 

Bahkan ia tidak punya kekuasaan dan kekuatan dibandingkan Pilatus. Bahkan dengan menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus yang rapuh, penuh luka dan darah. Hal ini juga sebagai strategi Pilatus supaya orang Yahudi merasa iba – merasa cukup Yesus disesah, terluka dan berdarah dan akhirnya melepaskan Yesus yang tidak bersalah itu. Namun, usaha kedua Pilatus untuk menyelamatkan Yesus tetap tidak berhasil juga.

 

c.  Pilatus menawarkan membebaskan raja orang Yahudi di momen Paskah Yahudi kala itu (18 : 39). Momen ini kalau di masa sekarang disebut remisi khusus narapidana di hari raya. Namun ternyata, orang Yahudi justru meminta Barabas yang dibebaskan. Padahal Barabas itu punya catatan kriminal, seorang penyamun, penjahat, seorang pemberontak nasionalis, pembunuh dan pencuri di zaman pemerintahan Pontius Pilatus.

 

Buat Pilatus kala itu, tidak adil membebaskan Barabas yang terbukti bersalah dan menghukum Yesus yang tidak ada salahnya. Itu aneh! Tapi lagi-lagi rencana Pilatus untuk membaskan Yesus gagal. Akhirnya saudara, beragam cara usaha Pilatus untuk membebaskan Yesus tidak ada yang berhasil. Dan akhirnya membuat Pilatus melepaskan Yesus dengan menyerahkanNya untuk disalibkan.

 

Di bagian ini saudara, yang mau ditegaskan kepada kita adalah pada akhirnya,

salib yang Yesus harus pikul itu terjadi bukan karena kedaulatan (kekuasaan) manusia dalam diri Pilatus. Tetapi karena kedaulatan (kekuasaan) Allah. Bahwa Allah memang berdaulat, berkuasa dan punya kehendak dalam salib itu.

 

Tapi mengapa Allah memilih jalan penuh derita melalui salib itu? Karena Ia memikirkan, mementingkan, mencintai dan mau menyelamatkan umatNya (Bdk. Yes. 53 : 4 – 12). Ia mau umatNya punya pengharapan, punya kehidupan dan punya kebenaran di dalamNya dan bersamaNya.

 

Maka di momen Jumat Agung ini kita sama-sama kembali diberi pesan oleh firman Tuhan:

1.  Jumat Agung mengingatkan kita kembali pada kedaulatan Allah dalam salib. Bahwa seberapa pun besar jabatan, materi, kuasa atau kedaulatan manusia, tidak ada yang bisa menandingi kedaulatan atau kekuasaan Allah. Bahkan bukan hanya hidup Yesus yang ada kedaulatan (kekuasaan) Allah. Tapi di hidup kita juga ada kedaulatan/kuasa Allah.

 

2.  Kedaulatan Allah dalam salib menunjukkan bahwa Allah tidak menolak penderitaan untuk kita. Ia rela dikhianti oleh Yudas, disangkal oleh Petrus, ditinggalkan murid-muridNya, diolok dan dipermalukan, disalahkan tanpa berbuat salah, bahkan mau mati di kayu salib yang hina dan cela itu, bukan demi diriNya tapi demi kita manusia – umat yang dikasihiNya yang mau ditemani, dirangkul, disahabati dan diselamatkan olehNya (bdk. apa yang dirasakan oleh pemazmur dalam Mzm. 22)

 

3.  Tidak semua yang kita anggap baik, berdampak baik. Tidak semua yang kita anggap buruk, berdampak buruk. Pilatus berusaha dengan baik untuk membebaskan Yesus. Namun ternyata, apa yang menjadi rencananya tak berdampak baik untuk rencana Allah. Sementara Yesus menerima salib yang dianggap buruk oleh orang lain, namun ternyata tak selamanya yang buruk itu berdampak buruk. Karena justru melalui salib yang buruk itu. Kita semua beroleh keselamatan, pengharapan dan kehidupan.

 

Selamat merayakan, merasakan dan menjumpai cinta kasihNya melalui sabda, salib dan kedaulatanNya. Amin. 

(mc)

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar