Kamis, 04 April 2024

Persekutuan Yang Dipulihkan

 

PERSEKUTUAN YANG DIPULIHKAN


Trauma, tidak hanya dimiliki oleh seseorang yang mengalami secara langsung sebuah peristiwa, namun juga bisa terjadi oleh mereka yang berada, hadir, dan melihat peristiwa tersebut. Trauma psikologis adalah salah satu dari beberapa jenis trauma yang ada. Menurut Willey & Sons, trauma psikologis merupakan keadaan yang terjadi akibat peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan, dapat merusak fungsi ketahanan mental seseorang (fisik dan psikis). Setidaknya trauma psikologis inilah yang juga barangkali dialami oleh para murid Yesus. Peristiwa penyaliban Yesus yang begitu membekas, menimbulkan trauma bagi para murid, dan reaksi yang muncul adalah ketakutan.

Dalam kondisi ketakutan ini, dikatakan dalam bacaan Injil Yohanes bahwa mereka kemudian berkumpul. Selain karena tengah berada dalam ketakutan, berkumpulnya para murid juga dapat dilihat sebagai sesuatu yang positif, mereka tidak melarikan diri keluar kota, mereka tidak terpencar, tetapi justru berkumpul. Itu berarti menandakan adanya sebuah ikatan persaudaraan yang juga dihidupi, mengalami bersama, memproses bersama, dan menguatkan bersama.

Kembali kepada persoalan ketakutan para murid yang tidak bisa dianggap enteng. Mereka mengalami ketakutan yang membuat diri mereka seolah-olah tengah terancam, tidak merasa aman. Ketakutan ini membuat mereka menutup dan mengunci pintu-pintu yang ada, sebab mereka takut terhadap orang Yahudi. Bagian menarik dari pintu-pintu yang terkunci, menggambarkan pula bagaimana pintu itu dikunci tidak hanya bagi orang Yahudi, namun juga bagi Yesus. Yesus beberapa kali menyatakan akan kebangkitan-Nya dan kabar kebangkitan itu juga sudah disampaikan oleh para perempuan kepada para murid (lih Markus 16:1-8). Namun hal itu, nyatanya tidak membuat mereka merasakan sebuah ketenangan ataupun sukacita, dan justru tetap berada dalam ketakutan.

Menutup pintu bukan hanya sekedar gambaran untuk menghindari orang Yahudi, namun juga orang lain, termasuk Yesus. Bukankah hal seperti ini sama dengan kehidupan kita,  kala tengah dalam ketakutan akan hal-hal lain dalam kehidupan, kita cenderung menutup diri, menarik diri dan bahkan juga menutup pintu untuk kehadiran Yesus. Gambaran akan pintu yang terkunci juga memperlihatkan bahwa hal ini bukanlah menjadi halangan bagi Yesus untuk hadir membawa pemulihan, bagi para murid yang tengah ketakutan dan juga bagi setiap kita dalam menghadapi ketakutan. Hadirnya Yesus di tengah pintu yang tertutup itu, adalah sebuah kehadiran yang membawa pemulihan. Setidaknya terdapat 3 hal yang bisa kita dapatkan dari peristiwa dimana Yesus mengunjungi para murid ini :


Pertama, sapaan yang menenangkan.

Lukas memberikan catatan untuk memperlangkapi gambaran akan situasi menegangkan dan menakutkan yang dialami oleh para murid. Dikatakan bahwa para murid begitu terkejut, bahkan mengira bahwa mereka melihat hantu (Luk 24:37-38). Hal ini disebabkan, karena tidak mungkin ada orang yang dapat masuk kedalam ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dalam ketakutan itu, hadirnya Yesus di tengah-tengah mereka, menjadi sesuatu yang mengejutkan. Dalam situasi inilah, Yesus menyapa mereka dengan mengucapkan “damai sejahtera”. Sebuah salam, yang pertama kali Yesus lakukan kepada para murid. 

Salam inipun bukanlah hal yang basa-basi, bukan hanya sekedar salam yang biasa diucapkan kalangan orang Yahudi, namun salam yang mengingatkan akan apa yang Ia janjikan sebelumnya (Yohanes 14:23-31). Dalam menghadapi kematian Yesus, murid-murid menghadapi kebimbangan, padahal damai sejahtera Ia janjikan bahkan sebelum Ia disalibkan, maka sapaan salam itu mengingatkan juga bahwa damai sejahtera akan tetap ada, dan damai itu akan memenuhi setiap orang percaya. Ini menunjukkan kepada kita, bahwa dalam tekanan hidup sekalipun jangan sampai damai sejahtera dari Tuhan hilang begitu saja.

“Damai sejahtera bagi kamu” (ay 19) adalah sebuah kalimat sapaan yang disampaikan oleh Yesus, yang juga merupakan bagian dari pendahuluan akan amanat agung yang disampaikan oleh Yesus dalam Matius 18:19-20. Para murid diberikan damai sejahtera, dan itu merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Tidak hanya sapaan damai sejahtera, namun Yesus juga mengatakan bahwa mereka diutus, sama seperti Bapa mengutus Yesus, demikianlah Yesus mengutus mereka.

Damai sejahtera kemudian ditekankan kembali (ay 21), karena tidak hanya saat ini mereka mengalami kegoncangan, namun juga dalam hari-hari berikutnya, mereka akan mengalami sebuah kegoncangan yang besar dan tantangan besar, ketika menjalankan tugas pemberitaan mereka. Penganiayaan menjadi salah satu hal yang akan mereka alami, maka ketika damai sejahtera itu tidak ada, para murid akan mengalami kesulitan dalam pemberitaan itu. Damai sejahtera yang menjadi sapaan pertama yang Yesus lakukan, menjadi sebuah jawab akan trauma dan ketakutan para murid. Satu sisi, sapaan tersebut juga mengingatkan bahwa hari-hari kedepan, Tuhan menyertai mereka. Inilah sapaan yang dilakukan oleh Yesus dan membawa ketenangan bagi para murid

 

Kedua, Tanda sebagai penegas kehadiran Allah

Yesus tidak hanya menyapa para murid, namun juga memperlihatkan tangan dan lambung sebagai tanda (semeion), seperti apa yang sudah pernah disampaiakn oleh Yesus dalam Yohanes 4:48 “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.” Maka ketika Yesus menunjukkan itu semua, inilah tanda akan kehadiran Allah dan kuasa-Nya. Inilah Yesus yang benar-benar disalib dan bangkit. Hal ini juga mematahkan pula kabar tentang Yesus yang tidak bangkit, sebab mayatnya hilang dicuri, atau kabar-kabar lainnya yang mungkin beredar. Kehadiran Yesus dengan menunjukkan tangan dan lambung kepada para murid, membuat mereka diteguhkan kembali iman mereka. Maka tidak mengherankan bahwa mereka bersukacita. Sebab apa yang menguatkan iman akan membangkitkan sukacita. Ketika mereka melihat tanda tersebut, sukacita itu bukan hanya karena mereka melihat fisik Yesus, namun juga mereka melihat secara rohani, mereka percaya sebab melihat dengan mata iman.  

Disatu sisi terdapat pula problem, bahwa Thomas sedang tidak ada bersama-sama dengan mereka saat itu, sehingga ia tidak percaya akan apa yang disampaikan oleh rekan-rekannya. Ini menunjukkan ketika seseorang tidak ikut dalam sebuah komunitas, ia mendapat problem iman dan kepercayaan “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku menaruh jariku ke dalam bekas paku itu serta menaruh tanganku ke lambung-Nya, sekali-kali aku tidak percaya” (ay 25 b). Memang tidak dijelaskan mengapa Thomas tidak ada, dan alasan apa, namun dari hal ini, bisa mengingatkan kepada kita, bahwa menjauh dari perkumpulan persekutuan, atau komunitas yang ada, dapat membuat kita kehilangan kesempatan untuk bersama-sama merasakan karya layanan yang indah. Walaupun kita juga tau bahwa ada fakta, bahwa kita tidak selalu bisa bersama-sama, namun dalam hal ini, bagaimana kita dapat tetap percaya dan beriman walau kesempatan itu tidak bisa kita rasakan, dan yakinlah kesempatan lain akan selalu diberikan. Dalam hal ini Thomas memilih tidak percaya, sebab ia tidak ada dalam kesempatan indah itu. Jeda waktu yang diberikan oleh Yesus sebelum memperlihatkan tanda tersebut kepada Thomas oleh beberapa penafsir juga dilihat sebagai pengingat kepada Thomas untuk tidak meninggalkan persekutuan bersama para murid.

 

Ketiga, jaminan penyertaan Allah

Dalam ayat 22 dikatakan bahwa Yesus menghembusi mereka. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini merupakan bagain yang masih terhubung dengan ayat sebelumnya. Sebuah karya layanan yang harus dilakukan oleh para murid, dan ketika Yesus menghembusi mereka, itu berarti mereka harus melayani dengan kuasa ilahi, bukan dengan kekuatan sendiri, bukan dengan kepentingan diri, bukan pula dengan ego diri.

Peristiwa itu juga memberikan tanda bahwa nafas kehidupan yang Allah berikan kepada manusia, sekarang Ia memberikan kehidupan baru pada para murid. Sama seperti Bapa yang memberikan nafas kehidupan kepada Adam (Kejadian 2), Yesus juga memberikan kehidupan kepada para murid, kehidupan yang baru. Karya keselamatan telah Ia lakukan dalam peristiwa kematian di kayu salib dan kebangkitan-Nya, kini para murid mengambil bagiannya. Inilah yang menjadi jaminan dimana dikatakan bahwa mereka disertai roh Kudus dalam tugas yang akan mereka kerjakan.


Inilah tiga hal yang menjadikan kehadiran Yesus membawa pada pemulihan bagi para murid. Mereka yang tadinya berada dalam ketakutan, kini merasakan damai dan sukacita. Tidak hanya berhenti disitu saja, iman yang tadinya goyah, kembali dikuatkan, dan bahkan Roh Kudus itu dicurahkan bagi mereka. Kehadiran Yesus di tengah-tengah para murid memulihkan persekutuan para murid, menjadi semakin diteguhkan. Hal ini juga mengingatkan kita akan pemulihan yang selalu Tuhan kerjakan bagi kita. Di tengah-tengah pemulihan tersebut, perubahan juga harus terjadi dalama hidup kita. Sebab perubahan terjadi bukan hanya sebatas dalam pikiran kita, namun juga pada sikap, hati dan juga tindakan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar