Kamis, 11 April 2019

SUARAKAN DAMAI

| MINGGU PRAPASKAH VI |

| Yesaya 50:4-9 | Mazmur 118:1-2, 19-29 | Filipi 2:5-11 | Lukas 19:28-40 |

      Media sosial di Indonesia gempar lagi dengan kasus perundungan terhadap seorang remaja putri bernama Audrey. Audrey mengalami kekerasan fisik dan emosional yang mengakibatkan dirinya mengalami banyak luka di tubuhnya dan trauma. Ia dianiaya oleh 3 orang pelaku utama dan dibantu 9 orang rekannya. Apa yang Audrey alami, didengar, dilihat, danturut dirasakan masyarakat Indonesia. #JusticeForAudrey terpampang di media sosial masyarakat Indonesia sebagai suara Indonesia untuk Audrey. Suara yang menuntut masyarakat untuk berhenti memandang perundungan sebagai hal yang biasa-biasa saja, suara yang menuntut pendidikan anti kekerasan di sekolah dan di rumah, suara yang menuntut keadilan baik untuk Audrey maupun korban lainnya, dan suara yang membawa kedamaianbagi Audrey bahwa ia tidak sendiri. Apa yang dialami Audrey, maupun banyaknya kasus yang belum terkuak menunjukkan bahwa rasa damai adalah kebutuhan dan perlu disuarakan bersama. 
      Demikian juga yang dialami oleh masyarakat Yahudi di era Yesus Kristus. Di masa penganiayaan yang dialami oleh masyarakat Yahudi dari pemerintahan romawi melalui pajak yang tinggi, mereka membutuhkan raja yang mampu menyuarakan, membela dan memberi mereka rasa damai. Ketika Yesus hadir dan dilihatlah karya-karya mujizat yang pernah Ia lakukan(ay. 37), maka Yesuslah yang dianggap sebagai orang yang tepat sebagai raja yang datang membawa pembebasan dan damai bagi mereka yang membutuhkan Itu sebabnya, ketika Yesus berjalan menuju Yerusalem, Yesus yang pada masa itu hanya mengendarai/menunggangi seekor keledai muda (bdk. Za. 9 : 9) tidak dianggap soal oleh orang-orang yang menyambutNya. Padahal umumnya, seorang raja akan memakai kuda/unta untuk ditunggangi sebagai binatang mahal dan nampak lebih terhormat. Bahkan Yesus juga mendapat perlakuan yang sangat istimewa. Ia benar-benar disambut sebagai seorang Raja, karena mereka – orang-orang yang turut dalam perjalanan ke Yerusalem menghamparkan pakaian mereka di jalan (red carpet) sebagai penghormatan bagi Yesus. Bahkan bukan hanya itu, mereka pun memuji Allah dengan suara nyaring “diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” teriakan ini merupakan nyanyian puji-pujian kepada Allah (bdk. Mzm. 118:26a), sekaligus pengakuan bersama bahwa Yesus adalah Raja yang datang dalam nama Tuhan. 
      Di tengah-tengah suara dan rasa sukacita umat Yahudi, ternyata ada juga suara yang nyinyir. Lihat saja, ketika banyaknya orang memuji Yesus, beberapa orang Farisi yang turut dalam perjalanan itu berkata kepada Yesus,“Guru, tegorlah murid-muridMu itu.” Apa yang dipikir oleh orang Farisi sehingga mereka menganggap bahwa yang dilakukan para murid Yesus itu salah dan patut ditegor? 1) Karena mereka tidak menerima Yesus sebagai Raja, 2) Yesus hanya dianggap sebagai guru, 3) Yesus hanya diterima sebagai anak tukang kayu (seperti penolakan terhadapNya di Nazareth). Namun ternyata, Yesus tidak menyuruh suara-suara itu untuk diam. Yesus justru berkata kepada orang Farisi, jika mereka ini diam, maka batu iniakan berteriak. Apa maksudnya? 1) Yesus dapat memakai media apa saja untuk mengakuiNya sebagai raja, 2) Apa yang disuarakan adalah benar. Karena Yesus adalah Raja damai untuk membebaskan manusia bukan dari pemerintahan Romawi, tetapi dari dosa. 3) Yesus mengajak umat saat itu untuk berhenti berdiam. Bersuaralah demi kedamaian dan suarakanlah bersama!Di dunia ini, ketika banyak orang memakai pepatah “diam itu emas.” Ternyata dalam ajaran Yesus, diam tak selamanya emas. Karena kita perlu bersuara. Kita perlu berani mengatakan sesuatu yang baik dan benar, bukan nyinyir apalagi menyebarkan berita kebencian dan hoax. Kiranya kita dimampukan untuk berani menyuarakan kedamaian seperti yang diteladankan Kristus bagi kita. Terutama sebagai masyarakat Indonesia, kita menyuarakan suara kita dengan damai di pesta demokrasi tanggal 17 April 2019 mendatang.
(MCT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar