Kamis, 25 April 2019

BERHENTI MERAGU. PERCAYA DAN BERSAKSILAH!

| MINGGU PASKAH II |

| Kisah Para Rasul 5:27-32 | Mazmur 118:14-29 | Wahyu 1:4-8 | Yohanes 20:19-31

Untuk percaya pada sesuatu/seseorang dan menyebarluaskannya, seorang butuh bukti. Sebelum ada bukti yang pasti dan resmi maka yang ada adalah keraguan. Untuk menjadi seorang pemimpin daerah/negara dan wakil rakyat terpilh diperlukan catatan dan hasil kerja yang baik sebagai bukti dan alasan bagi rakyat untuk memilih. Untuk dinyatakan terpilih pun, dibutuhkan bukti alias data dari kumpulan surat suara sah yang masuk. Karena itu sejak 17 April – 22 Mei 2019 kegelisahan sedang meliputi warga negara Indonesia secara umum karena sedang menanti hasil penghitungan suara setelah merayakan pesta demokrasi yang begitu meriah. Dalam kegelisahan itu, ada yang percaya pada pengumuman hasil penghitungan cepat beberapa lembaga survei dan ada yang meragukannya.

Kegelisahan/keraguan ini akan berhenti bila hasil yang pasti/resmi dengan bukti yang kuat telah di umumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) 22 Mei 2019 mendatang. Karena saat itulah kebutuhan mendasar orang untuk menjadi percaya pada hasil pemilihan dan berani untuk bersaksi tentang hal tersebut terpenuhi dengan bukti dan data yang memadai dari KPU bahkan dari berbagai lembaga independen yang mengawal proses penghitungan suara dapat diakses dengan transparan.

Bila tak ada bukti yang kuat, maka tentu menjadi tak mudah. Itulah yang dihadapi pengikut Kristus yang hidup dalam iman dan percaya pada Yesus Kristus yang mati disalibkan dan bangkit dari maut. Sejatinya sukar untuk percaya pada peristiwa kematian dan kebangkitan. Terlebih data untuk percaya pada peristiwa kebangkitan ini berasal dari kesaksian orang-orang yang mengaku telah mendengar berita kebangkitan Yesus, atau sempat bertemu Yesus di kubur pagi-pagi benar. Kalau toh ada data yang paling otentik, hanyalah kain kafan bekas tubuh Yesus yang telah tergulung (Yoh.20:7). Murid-muridNya sendiri tidak begitu saja percaya. Bahkan Tomas dengan jelas meragukan kesaksian teman-temannya sampai ia berjumpa langsung dengan Yesus yang bangkit.

Padahal hidup beriman bukan hanya soal percaya pada kematian dan kebangkitan Yesus. Namun mengakui Ia yang mati dan bangkit itu sebagai juruselamat, yang akan menyelamatkan manusia dari segala bentuk kuasa dan kekuatan yang menindas. Ini lebih sukar lagi. Sebelum mati dan bangkit pun, tak sedikit yang meragukan Yesus sebagai juruselamat (bandingkan Yoh. 10:20). Karena penyelamat tentu dibayangkan memiliki kekuatan yang hebat, aman, makmur, berwibawa dan memiliki pasukan perang yang perkasa. Apalagi yang dihadapi para pengikut Kristus adalah kehidupan di zaman Kaisar Romawi, yang tak hanya menuntut ketaatan rakyatnya, tapi menuntut mereka untuk menyembah dia sebagai Tuhan. Karena sang Kaisar merasa memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tak tertandingi.

Bila hari ini kita mendapati bahwa sejak dulu hingga sekarang banyak orang memilih tidak percaya, atau mulai percaya namun banyak bimbangnya, itu karena untuk percaya pada sesuatu/seseorang dan menyebarluaskannya, seorang butuh bukti yang meyakinkan secara rasio/nalar atau setidak-tidaknya secara tradisi sosio kultural. Yesus Kristus paham betul hal ini, karena itu Ia memakai cara yang memenuhi bahkan melampaui nalar/rasio kita (transrasional).

Yesus hadir menembus tembok dan pintu ruang yang tertutup sekaligus menerobos pintu hati dan pikiran para murid yang gelisah/ragu dengan sapaan “Damai Sejahtera bagi kamu.” Yesus ingin mengatakan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya telah memulihkan hubungan antara manusia dengan Allah. Sekaligus menjadi jaminan bagi para murid bahwa kebangkitanNya telah mengalahkan segala kuasa dan kekuatan dunia dan membuat dunia ada dalam damai sejahtera. Yesus ingin menegaskan bahwa tanda keselamatan dari Allah tidak ditandai dengan kekuatan dan kekuasaan politik yang saling mengalahkan kekuatan dan kekuasaan yang lain. Tanda keselamatan juga bukan ketika aturan-aturan keagamaan dipenuhi dan dijalankan dengan ketat. Namun kata “Damai Sejahtera bagi kamu” menjadi tanda bahwa Keselamatan dari Yesus Kristus adalah keselamatan yang membuat orang susah merasakan penghiburan, orang berdosa mendapat pengampunan yang mendorongnya berpulih (/bertobat), para korban ketidakadilan mendapat pembelaan, orang yang takut berhenti meragu dan menjadi percaya. Yesus ingin setiap mereka yang ketakutan, cemas, dan khawatir membuka hati dan pikiran serta membawa kesemuanya kepada-Nya yang membawa dan membagikan damai sejahtera dan mendapat kelegaan.

Yesus sungguh memenuhi dan melampaui keraguan dan ketakutan para murid karena Ia tak hanya hadir memberi damai sejahtera namun juga menghembusi (BIS: meniupkan napas-Nya) mereka (Yoh 20:22). Ini menjadi bukti baru, bahwa Yesus memulihkan dan mengangkat para murid menjadi komunitas (ciptaan) baru yang digerakkan oleh napas Allah. Suatu tindakan dan pernyataan yang membawa para murid ke dalam relasi persekutuan dan misi dari Allah untuk bersaksi dan melayani di dunia dan bagi dunia. Ia sungguhlah “Alfa dan Omega…, yang ada, dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8).

Sehingga para murid tidak perlu lagi merasa takut, karena Yesus yang bangkit, senantiasa turut bekerja, hadir bersama dengan mereka dalam pewartaan mereka. Bahkan Tuhan akan memperlengkapi mereka dengan tanda-tanda yang meneguhkan. Mengapa Tuhan memperlengkapi? Tentu karena Tuhan tahu bahwa melanjutkan karya-Nya bukan hal yang mudah di tengah dunia yang membenci-Nya. Tuhan memang tidak menanti keadaan hidup ideal dan iman percaya yang sempurna, justru lebih sering di tengah kesulitan dan pergumulan kita diajak melakukan karya bersamaNya sehingga kita dan setiap orang yang terlibat merasakan kehadiran-Nya.

Bahkan bagi Bruce Epperly, seorang Teolog dan dosen, ketika murid Kristus yang melakukan karya dengan perlengkapan dari Tuhan. Ia sedang menghadirkan Roh Kudus yang menghadirkan pemulihan/rekonsiliasi di tengah banyaknya isu/roh yang memecah belah. Pernyataan Eperly ini menguatkan kita yang memiliki tantangan khusus hari ini. Tantangan untuk bersaksi hari ini adalah karena begitu banyak orang suka bersaksi. Kenyataannya kesaksian orang hari ini juga bersanding/beriringan dengan orang-orang yang bersaksi menyebarkan berita bohong dengan masif. Masifnya berita bohong hari ini berdampak pada perilaku orang yang cenderung jadi saling meragukan, sulit untuk percaya pada yang lain, bahkan tak jarang membuat orang memilih bungkam, atau malah berdebat dengan sengit. Tuhan memperlengkapi untuk percaya dan bersaksi bukan untuk berdebat. Karena sangat sedikit orang yang percaya karena kalah debat, justru perdebatan hanya akan memeruncing keadaan kebencian. Yesus melengkapi kita untuk tidak lagi meragu untuk berdialog, membangun jembatan damai sejahtera dari setiap perbedaan, membuka ruang-ruang perjumpaan yang menghadirkan damai sejahtera yang memulihkan bagi siapa saja yang sedang ketakutan, yang tersisih, terluka, tersakiti, terbungkam oligarki, terpukau hawa nafsu, termakan berita bohong, atau yang sedang terbawa arus sibuk saling melukai. Kalau dengan kesaksian kita mereka masih meragu dan belum percaya pada Kristus tidak Bangkit, Andar Ismail pernah berkata tenanglah dan teruslah menjadi teman yang percaya dan bersaksi membawa dampak. Itulah yang akan menjadi bukti meyakinkan bahwa Kristus Bangkit! 
(YPP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar