Senin, 12 Agustus 2019

IMAN MENGENYAHAN KETAKUTAN


Kejadian 15 : 1 – 6; Mazmur 33 : 12 – 22; Ibrani 11 : 1 – 3, 8 – 16; Lukas 12 : 32 – 40

          Dunia ini dipenuhi dengan rasa takut. Kebanyakan rasa takut itu terhadap apa yang dialami juga terhadap hal-hal yang belum terjadi. Misalnya, orang sehat takut sakit, orang sakit takut mati, Orang bekerja/punya usaha takut ngga sukses/bangkrut, orang kuliah takut gagal dan masih banyak ketakutan manusia lainnya. Ketika ketakutan itu ada dalam diri manusia, nampaknya ketakutan itu sesuatu yang wajar karena setiap orang punya rasa takut itu.
Demikianlah yang dialami oleh Abram (Kej. 15). Ketika Abram sudah tua demikian juga istrinya, Sara. Abram juga punya ketakutan, karena dia belum mempunyai anak dan warisannya justru akan jatuh kepada hambanya. Persoalannya bukan warisan semata, tetapi seorang anak adalah sesuatu yang sangat diharapkan oleh Abram dan dalam tradisi Yahudi, anak (terkhusus laki-laki) lebih berharga daripada harta.
Dalam ketakutan dan kekhawatiran Abram, Tuhan berfirman kepadanya (ay. 1) “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu: upahmu akan sangat besar.” Lagi Ia berfirman (ay. 5) “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang jika engkau dapat menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Lantas apakah Allah langsung membuktikannya? Belum! Tetapi ay. 6a tertulis lalu percayalah Abram kepada Tuhan. Artinya,
1.   Jika dalam ketakutan manusia, manusia selalu menuntut bukti dari Allah terlebih dahulu baru percaya, Allah justru membalikkan pola itu. Percaya dulu dan Tuhan akan memperlihatkan buktinya. Itulah iman. Ibr. 11 : 1 “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

(lih. Ibr. 11 : 11” Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia)

2.   Jangan fokuskan dirimu pada ketakutan, tetapi kepada Allah dengan percaya pada rencanaNya, janjiNya dan kesetiaanNya!

Dalam Injil Lukas 12, Yesus juga memberi pesan yang sama kepada kawanan kecil yaitu para pengikutNya yaitu “janganlah takut.” Mengapa? karena dari segi kuantitas tentu jumlah mereka kecil/sedikit. Ketika mereka kecil, rasa khawatir dan takut pastilah ada. Namun Yesus sampaikan “janganlah takut hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.” Jika diparafrase kalimat ini, maka menjadi jangan takut karena kamu punya Allah Sang Raja yang punya kerajaan, kekuasaan dan kemuliaan melampaui manusia manapun. Jangan takut karena kamu punya Allah yang melampaui segalanya.
Saudaraku, setiap orang punya rasa takut. Itu wajar. Namun, menjadi tak wajar jika kita terus memfokuskan diri kita pada rasa takut itu. Jadinya seperti sepenggal lirik lagu Syahrini “maju mundur cantik.” Ketakutan jika membuat kita maju mundur terus, maka ketakutan itu tidak cantik tetapi membuat kita staknan. Kita tidak ke mana-mana, tidak menghasilkan karya, dan kita menyia-nyiakan waktu yang ada.
Oleh karena itu, biarkan ketakutan itu ada tetapi bukan sebagai penghambat kita berjalan, tetapi alaram bagi kita bahwa kita selalu butuh Tuhan, butuh percaya dan butuh iman dari Tuhan untuk mengenyahkan ketakutan kita.

“Orang berani bukan mereka yang tidak pernah merasa takut tapi yang bisa menaklukkan rasa takut itu dengan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.”

Amin.
            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar